bc

Anak Gadis Dari Mantan Istri Rahasia

book_age18+
160
FOLLOW
2.9K
READ
HE
kickass heroine
stepfather
tragedy
sweet
polygamy
like
intro-logo
Blurb

Kelahiran anak kedua yang diberi nama Hayissa membuat kebahagiaan di antara Hilmi dan Namari semakin lengkap. Keduanya saling mengucapkan terima kasih dan rasa sayang. Namun kebahagiaan itu tak bertahan lama saat Hilmi pulang dari pekerjaannya di kota. Pria itu menggugat cerai Namari dan meninggalkan wanita itu dengan kedua anaknya. Keadaan ekonomi yang bermasalah membuat Namari nekat pergi ke mencari pekerjaan ke kota bersama sahabatnya meninggalkan Hayissa dan kakaknya Rajena bersama dengan ibunya yang sudah tua. Hingga Hayissa beranjak dewasa, Namari tak pernah pulang. Akhirnya Hayissa menjadi gadis yang tumbuh tanpa bimbingan kedua orang tuanya. Setelah Hayissa dewasa, ia bertemu dengan seseorang yang menyelamatkannya dari keterpurukan dan penderitaan hidup. Tak sampai di sana, Hayissa juga bertemu kembali dengan kedua orang tuanya yang ternyata sudah memiliki keluarga masing-masing. Akankah Hayissa mengakui dan memaafkan kedua orang tuanya atau justru membalaskan rasa sakit hati yang ia rasakan sejak kecil?

chap-preview
Free preview
PROLOG
Guys, tolong baca sampai halaman terakhir ya ^⁠_⁠^ ___ Suara tangisan bayi yang baru lahir terdengar di sebuah ruang bersalin di suatu desa. Sepasang suami istri menangis haru atas kelahiran anak kedua mereka yang berjenis kelamin perempuan. "Mas Hilmi, terima kasih karena sudah menemani aku melahirkan anak kedua kita," ucap sang ibu dengan penuh haru. Lelaki bernama Hilmi itu mengangguk lalu mencium kening istrinya, "Sama-sama sayang, terima kasih juga karena kamu sudah berjuang melahirkan anak-anak kita." Perempuan itu bernama Namari. Perempuan polos dan baik hati yang bertemu dengan Hilmi saat Hilmi sedang mengerjakan proyek pembangunan di desa di mana Namari tinggal. "Oh iya, sebentar. Di luar Rajena nunggu sama ibu kamu, aku panggil dulu ya," pamit Hilmi. Namari mengangguk, kemudian Hilmi berjalan meninggalkan ruangan itu dan segera menemui anak pertama beserta ibu mertuanya. "Gimana Mi, anakmu sudah lahir?" tanya Herliza, ibu kandung Namari. Hilmi mengangguk, "Sudah Bu, anak kedua kami perempuan." "Syukurlah, anak kalian jadi sepasang." "Rajen, mau ikut Ayah lihat adik kamu?" tanya Hilmi pada anak berusia lima tahun itu. Dengan ragu Rajena mengangguk, kemudian Hilmi menuntun tangan jagoannya itu masuk ke dalam ruangan bersalin Namari. "Ibu, gak apa-apa kan tunggu sebentar?" Herliza mengangguk, "Iya Hilmi, kamu aja masuk sama Rajen. Ibu nanti lagi." Hilmi masuk kembali ke dalam ruang bersalin, kali ini bersama Rajena si anak pertama yang tampan. Namari yang melihat itu tersenyum senang lalu mengajak Rajena untuk menyapa adiknya yang baru lahir. "Sini sayang, sapa dulu adiknya," ujar Namari. Rajena berjalan mendekat kemudian mengelus tangan mungil bayi itu dengan pelan, "Halo adik." "Halo Abang Rajen," balas Namari dengan suara yang menirukan khas anak kecil. Rajena tertawa kemudian disusul oleh Hilmi yang langsung memeluk anak beserta istrinya. ___ Beberapa hari kemudian, Namari dan Hilmi mengadakan syukuran kecil-kecilan atas kelahiran anak kedua mereka yang mereka beri nama Hayissa. Herliza membuat nasi kuning untuk dibagikan kepada para tetangga. Acara sudah selesai karena diadakan pada sore hari dan para tamu sudah pulang ke kediaman masing-masing. Hilmi mendekati Namari yang sedang menyusui anak keduanya, kemudian ia duduk di samping istrinya itu. "Abang Rajen ke mana, Mas?" tanya Namari. "Lagi ikut anaknya Bu RT bagi-bagi nasi kuning ke tetangga." "Oh... Seneng dia pasti pamer sama teman-temannya kalau dia punya adik." "Hahaha gak apa-apa, lagian Rajen udah dari lama kan minta adik. Tapi baru bisa kesampaian sekarang." "Iya. Mas, kamu besok pulang lagi ke kota ya?" tanya Namari sedih. Hilmi mengangguk, "Iya, Mas banyak kerjaan di sana. Ini aja Mas ngajuin cuti seminggu susah banget disetujuinya." "Berarti seperti biasa ya Mas Hilmi pulangnya tiga bulan sekali?" "Iya sayang, pekerjaan Mas banyak banget. Apalagi ini udah mau akhir tahun, pasti harus banyak cek laporan ini itu." "Ya udah, kamu di sana hati-hati ya. Jangan lupa makan sama minum vitamin, terus jaga hatinya. Di sana pasti banyak perempuan cantik dan kaya, pendidikan mereka juga pasti pada tinggi. Aku kalau sama mereka kalah sai-" Hilmi tidak membiarkan Namari melanjutkan ucapannya. Pria itu langsung membungkam bibir Namari dengan bibirnya. Untuk beberapa saat ia menggerakan bibirnya menyesap bibir ranum milik istrinya itu. Kemudian ia melepaskannya sambil menatap Namari dengan serius. "Mas gak suka kalau kamu bilang kayak gitu. Mas sayang dan cinta sama kamu dengan tulus, tolong jangan berpikir seperti itu," mohon Hilmi. "Iya Mas, maaf ya. Aku selalu gak percaya diri soalnya, Mas bahkan belum pernah bawa aku ketemu sama keluarga besar Mas. Jadi aku takut." "Gak perlu takut, suatu saat nanti Mas janji akan bawa kamu ke sana. Kamu tahu kan kalau kedua orang tua Mas itu sudah tidak ada, jadi keluarga Mas yang tersisa itu cuma Om dan Tante aja. Mas gak sedekat itu sama mereka." "Hm.. ya udahlah, yang terpenting Mas selalu ingat ada aku di sini ya. Apalagi sekarang udah ada Rajen dan Hayi juga, tolong ya Mas kalau bukan demi aku setidaknya demi mereka," pinta Namari. Hilmi mengangguk lalu membawa tubuh mungil Namari ke dalam dekapannya. "Maaf ya, Namari," ucap Hilmi dalam hatinya. Keesokan harinya, Namari harus ditinggalkan kembali oleh Hilmi. Pria itu harus kembali ke kota untuk mencari nafkah bagi keluarga kecilnya. "Sehat-sehat ya di sini, sampai jumpa tiga bulan lagi," pamit Hilmi. ___ Tiga bulan kemudian. Sedari tadi, Namari tak bisa untuk menahan senyumnya. Lantaran hari ini tepat tiga bulan ia dan suaminya dipisahkan oleh pekerjaan. Akhirnya kerinduannya akan terobati, Namari sudah berencana akan memeluk Hilmi sepanjang hari untuk melepaskan rasa rindunya itu. Saat Namari sedang menyapu teras, tiba-tiba sebuah mobil masuk ke pekarangan rumahnya. Wanita itu penasaran kemudian menunggu siapa yang akan turun dari mobil tersebut. Begitu seseorang turun, Namari langsung membanting sapu yang ia pegang dan segera berlari menghampiri orang itu. Iya, orang yang baru saja turun dari mobil mewah itu adalah Hilmi, suaminya. "Mas, aku kangen banget sama kamu," pekik Namari sambil memeluk tubuh jangkung Hilmi. Hilmi terdiam beberapa saat sebelum akhirnya ia melepaskan pelukan itu, "Iya, kita bicara di dalam ya." Namari mengangguk kemudian segera membawa Hilmi masuk ke dalam rumahnya. "Sebentar ya Mas, aku panggilkan dulu Rajen. Dia lagi tidur siang sama Hayi," ujar Namari dengan semangat. "Gak perlu, Namari." Namari terdiam sebentar mendengar Hilmi menyebut namanya. Biasanya pria itu akan memanggilnya dengan sebutan "sayang". "Ada yang mau Mas bicarakan sama kamu," ujar Hilmi serius. Namari mengangguk kemudian mendudukan dirinya di hadapan Hilmi. Namun ternyata Hilmi tak langsung berbicara, pria itu menatap Namari dengan tatapan yang sulit diartikan. "Mas, kamu beli mobil?" tanya Namari pada suaminya dan Hilmi hanya menjawab dengan anggukan. Entahlah, Namari merasakan bahwa Hilmi adalah orang yang berbeda. Hilmi yang saat ini ada di hadapannya adalah Hilmi yang dingin, intinya Namari tidak kenal dengan Hilmi versi ini. "Mas, mau bicara apa?" tanya Namari kemudian. Hilmi menghela napas, kemudian ia mengambil sesuatu dari balik jaketnya lalu menyerahkannya kepada Namari. "Ini, tolong kamu tanda tangani ya," pinta Hilmi. Namari mengambil secarik kertas itu kemudian membacanya dengan seksama. Tangannya seketika menutup mulutnya saat ia selesai membaca deretan kalimat yang tertulis pada kertas putih itu. "Maksud kamu apa, Mas? Kamu mau menceraikan aku?" tanya Namari dengan suara bergetar. Hilmi mengangguk, "Mas minta maaf, tapi udah saatnya Mas harus jujur sama kamu." Namari telah menangis, ia menatap Hilmi dengan tatapan tak percaya. "Sebenarnya kamu adalah istri kedua Mas. Istri pertama Mas ada di kota, kami sudah menikah sejak tujuh tahun yang lalu," jelas Hilmi. Namari semakin tidak percaya, berulang kali kepalanya menggeleng. Bahkan tangannya berusaha mencubit pahanya sendiri untuk membuktikan bahwa semua ini bukanlah mimpi. "Pada tahun kedua pernikahan saya dan istri pertama saya, kami masih belum dikaruniai anak. Akhirnya saya memilih untuk menikahi kamu, wanita yang saya temui saat saya mengerjakan proyek pembangunan di desa ini," lanjut Hilmi. Namari semakin mengepalkan tangannya saat Hilmi telah mengubah panggilannya dari Mas menjadi saya. "Dan akhirnya saya bahagia karena kamu bisa memberikan saya keturunan. Untuk semua pernyataan cinta yang saya ucapkan kepada kamu tidak pernah bohong, saya benar-benar mencintai kamu." "Tapi kenapa kamu mau menceraikan aku?" tanya Namari tak terima. "Istri pertama saya sekarang sedang hamil, Namari. Saya gak mungkin meninggalkan dia lagi. Rasa bersalah saya begitu besar kepada dia karena menikah diam-diam. Saya minta maaf," ujar Hilmi lirih di akhir kalimatnya. "Terus kamu tega meninggalkan Rajena dan Hayissa? Mereka masih kecil, Mas." "Saya minta maaf, Namari. Saya akui, saya ini b******k. Saya tidak pantas menjadi ayah mereka. Kamu pasti bisa mendapatkan lelaki yang lebih baik lagi dari ini." "Gila ya kamu!" maki Namari. "Iya, kamu bisa sebut saya seperti itu. Jadi sekarang tolong tanda tangani surat ini," mohon Hilmi. Namari tidak langsung menandatanganinya, perempuan itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Rasanya begitu sakit, Namari tidak tahu harus melakukan apa setelah ini. Dengan berat hati, akhirnya Namari menandatangani surat itu, tangannya bergetar hebat. Setelah itu ia berikan kembali surat itu kepada Hilmi, tatapannya kosong. "Terima kasih, Namari. Maafkan saya. Tolong sampaikan kepada Rajen dan Hayi, bahwa saya menyayangi mereka. Saya akan tetap mengirimkan kamu uang untuk keperluan anak-anak kita. Sampaikan maaf juga kepada ibu kamu karena saya telah menyakiti putrinya," ucap Hilmi sebelum lelaki itu pergi meninggalkan Namari. Tangis Namari pecah, apalagi saat suara mobil Hilmi terdengar menjauh meninggalkan pekarangan rumahnya. Tidak ada pelukan perpisahan atau kesan yang baik. Hati Namari hancur lebur, tangisnya semakin terdengar menyayat hati. Herliza yang baru pulang dari warung seketika berlari menghampiri Namari yang menangis tergugu. "Nana, ada apa, Nak? Kenapa kamu nangis?" tanya Herliza khawatir. "Mas Hilmi..." "Kenapa? Hilmi kenapa?" "Mas Hilmi menceraikan aku. Mas Hilmi meninggalkan aku dan anak-anak," lirihnya sambil menangis di pelukan sang ibu. Herliza tidak dapat berkata-kata lagi, ia ikut menangis merasakan apa yang putri semata wayangnya rasakan dan mereka juga tidak tahu bahwa Rajena sedari tadi melihat semua kejadian dari balik pintu kamarnya. Anak lima tahun itu tidak mengerti, tapi yang ia tahu bahwa ayah kesayangannya tidak akan pernah kembali lagi

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The CEO's Little Wife

read
629.9K
bc

Revenge

read
18.0K
bc

Hasrat Istri simpanan

read
8.9K
bc

After That Night

read
9.1K
bc

BELENGGU

read
65.0K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
55.5K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook