Part 06

1149 Words
Zenobex Corporation, Manhattan Pagi ini adalah pagi yang sangat indah untuk seorang Sean. Karena pagi ini ia akan bertemu dengan gadis yang sudah mencuri hatinya. Sean sengaja berangkat pagi-pagi untuk mempersiapkan ruangan yang akan di pakai oleh Greysie magang di perusahaannya dengan dibantu oleh Matias dan Livedor. Sean begitu semangat, sampai-sampai ia menjadi pusat pandangan kedua kaki tangannya. Ruangan minimalis yang di siapkan untuk tempat kerja Greysie dengan nuansa classic modern. Dengan di lengkapi sofa kecil untuk sekedar beristirahat menghilangkan penat. Sean sangat memperhatikan dari hal-hal yang terkecil untuk Greysie. “Apa memang benar hari ini Greysie mulai magang di perusahaan kita?” tanya Sean kepada Matias dan Livedor. “Benar Bos, Greysie Natalie hari ini ia mulai magang. Seperti yang tertulis di surat magang yang kita kirimkan ke kampusnya,” tutur Livedor. “Baiklah kalau seperti itu. Jika nanti dia sudah datang, langsung bawa dia ke ruanganku,” ucap Sean sambil keluar dari ruangan Greysie. Sean berjalan dengan perasaan yang tidak jelas yang ia rasakan saat ini. Perasaan yang aneh yang belum pernah dia rasakan. Tiba-tiba jantungnya berdebar dengan keras saat teringat Greysie akan datang ke perusahaannya. Terlebih lagi dia akan sering bisa melihat wajahnya. “Grey, kau sudah membuatku gila karena pesonamu,” batin Sean. Sean memasuki lift yang akan membawanya menuju ke ruangannya. Ruangan Greysie dan Sean selisih cuma dua lantai. Tak berselang lama, pintu lift pun terbuka. Sean keluar dari lift dan langsung berjalan menuju keruangannya. “Entah apa yang akan aku lakukan jika bertemu dengannya,” batin Sean risau. Sean duduk di kursinya dengan banyak pikiran di benaknya. Sean mencoba mengalihkan pikirannya dengan menghubungi sang Mama, karena Sean yakin kalau Mamanya sekarang pasti sedang kesal dengannya. Karena sudah janji untuk pulang ke San Fransisco minggu kemarin. Namun karena sebuah urusan Sean harus membatalkan janjinya untuk pulang. Sean menekan panggilan video di ponselnya. Panggilan pun langsung terhubung. Terlihat wajah cantik sang Mama yang sedang berbicara dengan seseorang. Sean mendengarkan apa yang sedang di bicarakan Mamanya, Sean merasa seperti tidak asing dengan suara yang sedang berbicara dengan sang Mama. Sean mencoba melihat layar ponselnya. Seperti tidak asing tempat yang saat ini Mamanya berada. Tiba-tiba pintu ruangannya terbuka. Sean begitu kaget saat melihat sang Mama dengan sang Papa berjalan dari pintu ruangannya. “Sepertinya kau tidak senang bertemu dengan kami, Boy,” ucap Naraya dengan intonasi suara yang tidak seperti biasanya. Sean yang mendengar nada suara sang Mama yang tidak seperti biasanya, ia langsung berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri sang Mama dan Papa. Sean memeluk mereka berdua dan menyuruh mereka berdua untuk duduk di sofa yang ada di ruangannya. “Siapa yang tidak senang kedatangan kedua orang tuanya yang menyempatkan diri menjenguk putranya,” ucap Sean dengan lembut sambil mencium pipi sang Mama. Sean jika berada di dekat sang Mama akan berubah menjadi anak yang manja. “Kenapa kau berbohong sama Mama, katanya kau mau menjenguk kami, tapi ternyata apa, malahan kami yang menjengukmu, apa sudah tidak penting lagi Mama dan Papa di matamu Sean Aziel Lessham Wijaya,” ucap Naraya penuh penekanan. Sean yang mendengarnya menelan ludah. Mamanya benar-benar lagi dalam mode marah padanya. Gara-gara menunggu kedatangan Gabriel saat di Milan, dia jadi tidak pulang menemui sang Mama. Alhasil sekarang sang Mama benar-benar lagi Marah padanya. “Sudahlah Sayang, mungkin Sean kita memang benar-benar sedang sibuk dengan pekerjaannya,” ucap Arsenio pada istrinya. Naraya memandang suaminya, rasa kesalnya tiba-tiba meredup karena melihat keteduhan di mata Arsenio. Naraya menganggukkan kepalanya menandakan dia paham akan perkataan sang suami padanya. “Baiklah untuk kali ini Mama maafkan kesalahanmu karena sudah ingkar janji dengan Mama, untuk menjadi gantinya, Mama akan tinggal disini sampai Mama bosan,” ucap Naraya pada Sean. Sean yang mendengarnya cuma bisa terbengong-bengong dengan perkataan sang Mama. “Maksud Mama, Mama mau tinggal di kantor ini,” ucap Sean tidak mengerti akan apa yang dikatakan sang Mama. Satu jitakan mendarat di kepala Sean. “Pletakk...” “Aduh, Mama sakit,” ucap Sean menahan sakit karena jitakan sang Mama di kepalanya. “Salah sendiri, punya otak loudingnya lama,” ucap Naraya dengan santainya. Arsenio yang melihat perdebatan antara ibu dan anak cuma bisa tersenyum simpul. Namun melihat keakraban istri dan putranya saat ini, Arsenio sangat merasa bahagia. Buat Arsenio, melihat istri dan putranya dalam keadaan baik-baik saja dan selalu di liputi kebahagiaan, itu sudah cukup untuk membuatnya juga merasakan kebahagiaan. “Mama mau tinggal di apartemen Sean?” tanya Sean. “Mau tinggal dikolong jembatan Sean,” ucap Naraya menahan geram kepada putranya. “Ngapain Mama tinggal di kolong jembatan, apartemen Sean juga ada, Mama juga uangnya banyak,” ucap Sean tanpa bersalah. Naraya memegang kepalanya yang tiba-tiba pusing berbicara dengan sang putra. Arsenio benar-benar tidak bisa menahan tawanya karena kelucuan sang putra yang kadang jadi kurang cerdas kalau sudah berhadapan dengan sang Mama. “Mama pastinya tinggal di apartemenmu, Boy,” geram Naraya. Sean tertawa melihat ekspresi sang Mama yang sedang kesal kepadanya. “Jangan marah-marah Ma, nanti cepet tua. Kalau Mama tua dan jelek, Papa pasti cari istri yang baru yang lebih cantik dari Mama,” ucap Sean dengan santainya. “Papamu tidak akan segampang itu berpindah hati dari Mama, Papa sudah cinta mati sama Mama. Wanita cantik diluaran sana banyak, tapi wanita setia seperti Mama sangat jarang ada, kalau ingin mencari kebahagiaan sesaat bisa dengan gonta ganti wanita, tapi untuk kebahagiaan selamanya, sangat jarang di dapat,” ucap Naraya dengan lembut. Sean seperti tertohok dengan perkataan sang Mama. Memang benar untuk mencari kebahagiaan yang sebenarnya harus dengan adanya cinta yang tulus. Dan kesetiaan dari kedua pasangan. Kalau Cuma untuk mencari kebahagiaan sesaat, bisa dengan berganti pasangan. “Terlampau besar cinta Papa pada Mamamu. Kalau untuk kebahagiaan sesaat buat apa, jika Papa sudah menemukan rubi dari tumpukan berlian. Mamamu adalah wanita yang sangat cantik menurut Papa. Tidak ada wanita hebat seperti Mamamu, yang bisa menjadi istri, ibu, sahabat dan rekan kerja sekaligus. Papa sangat mencintai Mamamu melebihi nyawa Papa sendiri. Mamamu adalah jantung Papa. Jika jantung itu terlepas dari tubuh Papa, apa bisa Papa hidup di dunia ini tanpa jantung di dalam diri Papa. Wanita cantik itu banyak. Tapi Wanita yang berhati malaikat seperti Mamamu, sangat jarang. Papa saja sangat bersyukur bisa memiliki Mamamu dalam hidup Papa. Kenapa harus mencari yang lain, jika istri sendiri sudah lebih dari segalanya dari perempuan lain yang terlihat sempurna dari luar,” ucap Arsenio panjang lebar. Hati Naraya menghangat mendengar ungkapan dari Arsenio. Begitu dalam cinta Arsenio padanya, sampai Naraya tak menyangka dengan apa yang barusan dikatakan Arsenio tentang dirinya. Naraya yang duduk di sebelah Arsenio langsung memeluk suaminya, air matanya tiba-tiba tak bisa terbendung lagi. Arsenio memeluk balik istrinya dan mencium puncak kepala Naraya penuh rasa cinta. Sean yang melihat kedua orang tuanya begitu mesra, ikut merasakan kebahagiaan. Ingin rasanya dia kelak bisa seperti sang Mama dan Papanya. Yang selalu terlihat mesra dan harmonis. Rasa cinta yang semakin hari semakin besar, meskipun sudah beranjak tua. Melihat sang Mama yang begitu perhatian padanya dan sang Papa membuat Sean ingin memiliki istri seperti sang Mama, yang sangat mencintai keluarganya melebih apapun di dunia ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD