Part 07

1364 Words
Tok...tok...tok… terdengar pintu diketuk dari luar. "Masuk," ucap Sean dari dalam ruangannya. Greysie membuka pintu ruangan Sean dengan gemetar. Karena baru pertama kali ini Greysie bertemu dengan seorang CEO perusahaan. Greysie berjalan dengan pelan sambil menundukkan kepalanya. Sean yang melihat Grey yang masuk ke ruangannya, Iya Mencoba menata hatinya yang tak karuan. Naraya yang melihat Sang putra salah tingkah karena kedatangan Greysie, ia tak bisa menahan tawanya. "Silakan duduk," ucap Sean kepada Greysie. Greysie seperti familiar dengan suara yang berbicara padanya. Greysie mengangkat kepalanya dan langsung terkejut apa yang ia lihat sekarang. Greysie pun duduk dengan canggung, karena laki-laki yang ada di depannya adalah laki-laki yang telah membuat bajunya kotor saat mau berangkat kuliah. "Perkenalkan nama anda dan apa tujuan Anda magang di perusahaan saya," ucap Sean dengan tenang duduk berhadapan dengan Greysie. "Nama saya Greysie Natalie, saya dari fakultas desain grafis, saya berharap dengan saya magang di perusahaan ini, saya bisa menyelesaikan Salah satu syarat untuk bisa wisuda tahun ini. Semoga juga saya bisa mendapatkan pengalaman pekerjaan dari perusahaan besar seperti Zenobex Corporation. Saya juga berterima kasih karena Zenobex Corporation, mau menerima saya magang di perusahaan besar seperti sekarang ini," ucap Greysie dengan sopan. "Berikan kemampuan terbaik kamu untuk perusahaan saya, Semoga kamu nanti bisa belajar banyak di perusahaan saya. Selamat bergabung dan selamat bekerja. Nanti kamu akan diantar sekretaris Saya ke ruangan tempat kerja kamu. Kamu boleh pergi sekarang," ucap Sean dengan tetap memasang wajah datar. " Baik Pak terima kasih sebelumnya, Saya akan berusaha memberikan yang terbaik untuk perusahaan ini, saya juga mohon bimbingannya," ucap Greysie sambil undur diri dari hadapan Sean. Greysie tidak sadar kalau dirinya dari tadi ada yang menatapnya, yang tak lain adalah Naraya, Mama dari pemilik perusahaan Zenobex Corporation tempat ia magang saat ini. Greysie pamit undur diri dari hadapan Sean, dengan perasaan lega di hatinya. Ia tak menyangka kalau pria yang telah mengotori bajunya saat mau berangkat kuliah dulu ternyata adalah CEO perusahaan tempat ia magang. "Ya Tuhan dunia begitu sempit, aku harus bertemu dengan pria itu lagi. Ditambah lagi uang kembalian baju masih ada di aku 40 dolar, bagaimana ya caranya aku mengembalikan uang kembalian itu, apa aku titipkan saja sama sekretarisnya supaya nanti biar diberikan kepadanya. Kan kalau seperti ini aku jadi nggak enak sendiri," ucap Greysie dalam hati. "Silahkan Nona, saya antar ke ruangan anda sekarang, karena saya tadi sudah mendapatkan perintah dari Bos untuk mengantarkan Nona langsung ke ruangan Nona," ucap Livedor dengan sopan. "Benar saja si Bos, sampai rela rela mempersiapkan ruangan untuk seorang wanita, eh tidak tahunya memang wanita yang ditaksir si Bos cantik," ucap Livedor dalam hati. Livedor berjalan di depan Greysie menuju ke ruangan yang sudah disiapkan untuk Greysie. Livedor dan Greysie masuk ke dalam lift yang akan membawanya menuju ruangan khusus untuk desain grafis. Tak berselang lama lift pun terbuka tepat di depan ruangan desain grafis. Livedoor menunjukkan ruangan Greysie. Greysie berdecak kagum dengan ruangannya. Setelah Greysie mulai berkenalan dengan karyawan-karyawan yang lain, livedor mulai meninggalkan Greysie, dan kembali ke ruangannya. Untuk melanjutkan pekerjaannya yang dia tinggalkan untuk mengantar Greysie ke ruangannya. Livedor masuk ke lift yang membawanya ke lantai atas tempat ruangan CEO. "Kenapa kau terlihat gugup seperti itu , Boy, apa sudah terlalu besar pesona seorang Greysie untukmu," goda Naraya kepada Sean. "Apa-apaan Mama ini, Siapa juga yang terpesona dengan Greysie," ucap Sean menutupi rasa gugupnya. "Jangan membohongi Mama, Boy, Mama sangat mengenal Putra Mama, Mama juga sangat bahagia, karena Putra Mama memilih wanita yang tepat untuk diperjuangkan, Greysie adalah gadis yang baik, Jika kamu memang serius ingin mendapatkannya, berusahalah mendapatkan dan meyakinkan dia, kalau memang Kamu adalah satu-satunya pria yang terbaik untuknya, Mama yakin, Kamu pasti bisa mendapatkan hati Greysie. Meskipun nantinya, kamu akan merasakan sebuah penolakan dari Greysie," tutur Naraya pada Sean. Sean mendengarkan apa yang dikatakan oleh sang Mama, Sean akan berusaha untuk sedikit demi sedikit bisa dekat dengan Greysie. "Sebuah penolakan itu sudah biasa Boy, yang terpenting bagaimana kamu berusaha mendapatkan wanita yang benar-benar ingin kamu miliki dengan seutuhnya, laki-laki harus mau berkorban, jika ingin mendapatkan wanita yang ia sukai," ucap Arsenio pada Sean. Sean Menganggukan kepala, tanda iya paham akan perkataan kedua orang tuanya. Ia sangat bersyukur, memiliki orang tua yang sangat pengertian pada dirinya. "Terima kasih Ma, Pa, selalu mendukung Sean dalam segala hal, teman sharing terbaik yang pernah Sean miliki," ucap Sean dengan tulus. " Sama-sama, Boy! Mama dan Papa cuma bisa memberikan saran, tapi tetap kamu yang menjalaninya," ucap Arsenio pada Sean. Sean berdiri dari tempat duduknya, ia berjalan ke arah dinding kaca yang ada di ruangannya, yang mana dia bisa melihat pemandangan di luar dari dalam ruangannya. "Mama sama Papa mau ke cafe Mama dulu, Mama ingin melihat perkembangan kafe untuk saat ini, nanti kamu akan dihubungi Mama kalau Mama sudah mau balik ke apartemenmu," ucap Naraya sambil berdiri dari sofa yang ia duduki dengan diikuti oleh Arsenio di belakangnya. "Baik Ma, hati-hati di jalan," ucap Arsenio menoleh ke arah Mamanya yang sudah keluar dari ruangannya. Sean duduk di kursi kebesarannya, sambil memeriksa berkas berkas kontrak yang harus ia tandatangani. Sean mulai larut dengan berkas-berkas yang sedang ia pelajari. Sean mencoba fokus kedalam berkas-berkas yang ada di hadapannya saat ini. " Jika memang aku dan dia ditakdirkan oleh Tuhan untuk bersama, meskipun sesulit apapun rintangan yang akan aku hadapi, pasti sama Tuhan akan dipermudah langkahku untuk mendapatkannya," ucap Sean lirih. Ia tak ingin memaksakan kehendak hatinya, Sean cuma ingin Greysie menyukainya tanpa adanya paksaan. Meskipun nantinya ia akan menunggu Greysie membuka hati untuknya. Sean sadar akan masa lalu yang pernah dialami oleh Greysie di masa lalunya. Untuk saat ini, Ia cuma berharap, Greysie bisa mewujudkan apa yang sudah ia cita-citakan selama ini. "Aku cuma ingin melihatmu bisa menggapai cita-citamu, melihatmu tersenyum akan prestasi yang bisa kau gapai dengan jerih payahmu, biarkanlah aku menyukaimu tanpa harus kamu tahu seberapa besar pesonamu untukku," batin Sean. Sean Menatap layar laptop yang ada di depannya yang memperlihatkan Greysie yang sedang mulai bekerja. Greysie mudah akrab dengan para karyawan karyawan lain, jadi Sean tidak terlalu mengkhawatirkan tentang Greysie. Greysie sangat mudah bergaul dengan orang-orang yang baru di sekitarnya. Jadi Sean tenang melihat Greysie bekerja. *** "Tuan muda, Mr Vincent ingin bertemu dengan Tuan muda, untuk membicarakan masalah kontrak kerja yang ada di Perancis, Apa perlu saya agendakan tuan muda untuk berangkat ke Perancis. Kalau iya, akan saya buatkan lagi agenda kerja Tuan muda," ucap Matias dengan sopan. "Duduklah dulu Matias, apakah nggak capek dari tadi bicara sambil berdiri," ucap Sean. Matias akhirnya duduk di depan Sean. "Bisa kita lanjutkan lagi Tuan muda, pembicaraan tentang Tuan Vincent tadi?" tanya Matias. " Baiklah kalau begitu Matias, jadwalkan pertemuan dengan Tuan Vincent minggu depan. Aku akan berangkat ke Prancis untuk menemuinya dan membahas masalah kontrak kerja antara Zenobex Corporation dengan perusahaan Tuan Vincent," tutur Sean. Matias mengangguk paham yang disuruh oleh Sean. "Apa sudah ada kabar dari Gabriel tentang kerjasama kita dengan perusahaannya. Aku tidak ingin mengambil resiko terlalu besar dengan adanya campur tanganku membobol data intelijen Swedia. Jujur kalau bukan Gabriel yang menyuruhku malas sebenarnya berurusan dengan intelijen Swedia," ucap Sean sambil tetap fokus di Macbook yang ia pegang. "Belum ada kabar Tuan muda dari Tuan muda Gabriel, saya kemarin mencoba menghubungi kaki tangan Tuan muda Gabriel, katanya tuan muda Gabriel masih berada di Paris dengan wanitanya," ucap Matias. Sean menghela nafas panjang dan mengeluarkannya dengan perlahan. Ia Tak habis pikir dengan jalan pikiran saudaranya. Semenjak wanita yang sangat dicintai Gabriel meninggal dunia, hidup Gabriel sekarang menjadi tak terarah. Sering bergonta-ganti wanita di sampingnya. "Tetap pantau perkembangan dari Gabriel, aku tidak ingin sampai terlewat sedikit saja perkembangan tentangnya," ucap Sean dengan serius. "Baik Tuan muda," ucap Matias. Matias sangat kagum dengan cara berpikir Sean yang sangat tenang dalam menghadapi sebuah persoalan. Semua orang sangat menghormatinya karena tutur kata dan prilakunya. Meskipun ia mempunyai harta berlimpah, sifatnya yang rendah hati, membuat orang-orang segan padanya. "Bagaimana kinerja Greysie di hari pertamanya magang?" tanya Sean. "Dia sangat mudah belajar dari orang yang baru ia kenal. Karena kecerdasan yang ia miliki, Greysie dengan mudah bisa melakukan pekerjaannya dengan cepat. Dan hasil desainnya juga sangat memuaskan," tutur Matias pada Sean. Sean tersenyum simpul mendengar pencapaian Greysie. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD