First Kiss

1486 Words
      Baru saja aku bermimpi kencan dengan Azka Sanggrawira, salah satu artis muda top yang akhir-akhir ini menjadi bahan kehaluanku dari novel Star's Secret karya Dessy Ev, namun seseorang sudah dengan tega membuyarkan mimpiku dengan mengguncangkan bahu ku keras sekali. "Sya.. bangun bangun woeee..." panggilnya setengah berteriak. "Apaan sih Dan??" "Ajak anggotamu, aku butuh bantuan kalian, kok bisa Sampek lupa sih." "Bantuan apa? lupa apa? jelasin dulu lahhh." ucapku kesel banget sama dia. "Pak Agus nyuruh aku buat ngumpulin data proposal acara selama satu tahun ini, ya aku nggak bisa ngerjain sendiri dong, plissss...." ucap dia. "Kita balik keruang OSIS lagi?" "Iyaaa.. ayok." jawabnya yang langsung berdiri duluan dan berlalu. Aku wa ke nomor Dito untuk nyusul kami di ruang OSIS. "Vik.. ayo!" ajakku. "Kemana?" tanya Vika. "Ke ruang OSIS lagi, Dani nyuruh kita bantuin ngumpulin proposal acara selama satu tahun ini." "What?" "Aku juga nggak ngerti, tapi dia bilang itu perintah dari pak Agus, aku udah kasih tau Dito buat nyusul kita." "Ya udah deh ayok." ucap Vika begitu mendengar aku mention nama Dito. Kami kembali lagi keruang OSIS, sampai sana aku sudah melihat Dito juga Dani berjibaku dengan tumpukan berkas. Karena kelas Dito berseberangan dengan ruang OSIS jadi memungkinkan dia sampai lebih dulu daripada kami yang harus naik tangga lagi. "Sebanyak ini?" tanyaku. "Iya... kumpulin semua proposal dan draft nya dari semua seksi." "Semua seksi? kenapa kamu nggak manggil aja semua ketua koordinator buat ngumpulin proposal dan drafnya?" tanya Vika. "Udahlah kita aja bisa kok, semakin banyak orang semakin gak efektif, malah banyak omong nya daripada kerjanya." jawab Dani. "Ya udah ayo mulai." lanjutnya. "Boleh nanya nggak untuk apa?" tanyaku sambil ogah-ogahan memilah satu persatu tumpukan kertas yang terlihat menjemukan ini. "Pak Agus sengaja membersihkan ruangan ini untuk kemungkinan calon pengurus OSIS baru menyontek visi misi pengurus OSIS sebelumnya, kan seleksi udah dimulai Sya." jawab Dani. "Oooo gitu .." sahutku. Aku memulai dari yang paling gampang yakni mencari di rak seksi ku sendiri. Karena aku tau mana draft mana proposal yang di acc, jadi pekerjaanku akan lebih mudah, barangkali, sampai aku menyadari bahwa lokerku berada rak deretan atas, dan aku perlu naik keatas kursi untuk menjangkaunya. Vika dan Dito masing-masing mengumpulkan dari seksi lainnya. "Sya... mau aku bantuin?" tanya Dito yang berada di samping lokerku. "Ohhh... enggak Dit, ini aku udah selesai juga kok." tolakku gak enak karena diperhatikan Dani juga, takut dia bakalan ngeledekin jika lihat ada cowok yang deketin aku seperti biasa, dirumah bakalan dipanggil pakek nama cowok itu. kesel banget kan. "Ehmm Sya, kamu udah punya pacar belum?" bisik Dito. "Ehmmm... kenapa emangnya?" tanyaku memastikan. Tiba-tiba Dani mendekat dan menepuk bahuku entah dia ingin tanya apa, tapi itu membuatku kaget setengah mati, dan aku hilang keseimbangan, pijakan ku di kursi meleset, apapun yang bisa aku pegang, bakalan aku pegang buat nyelametin diri. termasuk tumpukan berkas yang tentu saja malah bakalan roboh dan menimpaku. "Ya Allah Sya, kamu ngapain?" Dani justru kaget melihatku jatuh tertimpa tumpukan berkas. "Gara-gara kamu juga sih, ngagetin aja," "Sorry beneran nggak sengaja, kamu nggak papa, itu jidat kamu merah kena sudut hard cover ini barangkali." ucapnya sambil memegang dokumen dengan hardcover. "Iya jelas... sakit banget ini." ucapku kesal dan membereskan semuanya, Dia diam beberapa saat kemudian pergi gitu aja, Dito yang berdiri nggak jauh dari tempatku tadi, segera membantuku mengumpulkan berkas yang berserakan. Tiba-tiba Dani kembali dengan menempelkan plaster pembalut luka di dahi ku. Aku sangsi perhatiannya emang tulus atau cuma ngeprank, tapi yang jelas tatapan matanya hanya lurus kepadaku, Tangannya bergerak membelai rambutku yang menjuntai kedepan dan singgah di pipiku untuk beberapa saat. Aku hanya terpaku tanpa bisa bergerak atau menghindar. Dito terlihat ninggalin kami dengan membawa berkas yang tadi, ke atas mejanya untuk dipisahkan. Setelah melihat kami sekilas. "Imut banget sih..." ucap Dani. "Baru nyadar?" ucapku. "Yeee.... masih ngambek, kan aku udah tanggung jawab buat luka kamu." kata dia. "Nempelin gini doang aku juga bisa." sahutku. "Terus kamu maunya, aku harus gimana?" tanya dia kemudian. "Ohhh aku ngerti, Story Mou Choco Velvet, okke nanti pulang sekolah aku beliin." kata Dani kemudian. "Kok kamu tau, aku suka rasa itu?" tanyaku penasaran. "Apa yang nggak aku tau dari kamu, kamu suka choco velvet nya Story Mou, warna soft dan peachy, Penulis Akiyoshi Rikako, Ji Chang Wook dan Lee Jong Suk, Mexican buritos nya Madam Wang secret garden, Martabak dan terang bulan toping Nuttela, telur gulung jam 4 sore depan musholla, Oasis Blooms Victoria Secret, aroma setelah hujan apalagi ya... Makaroni seblak level 2, bahkan Kinder Joy yang girl, ya kan." kata dia, aku bahkan ternganga mendengarnya. "Darimana kamu tau?" "Seseorang mungkin bisa menjadi lebih tau karena banyak membaca, dan mendengar, tapi aku hanya perlu berada di dekatmu lebih lama untuk bisa tau itu semua." Nggak tau aku speechless mendengarnya. Aku harus bilang apa? "Ehmm makasiih udah diperhatiin." ucapku asal. "Terus?" tanya dia. "Terus apa?" aku balik bertanya. "Udah sayang belum?" tanya dia. Aku hanya tertawa, sambil melanjutkan aktivitasku. Jantungku berdebar-debar, tanganku gemetar. Seandainya dia tau bahwa aku pernah relate dengan doa seberat ini "Ya Allah pemilik nafas dan detak jantung dari orang yang aku sayang, izinkan aku... berdiri di tempat yang salah untuk sementara waktu, sampai nanti jika saatnya dia harus pergi, pisahkan kami dalam keadaan aku tidak bisa mengingat apa-apa." "Ayolah Sya, kenapa kamu diem?" "Jangan bercanda Dan... nggak mungkin lah aku sayang sama kamu lebih dari Abang aku sendiri." bisikku. "Kita lihat saja nanti, aku bakalan buktiin bahwa cinta nggak pernah salah, termasuk memilih siapa yang bakal aku cintai." ucapnya penuh keyakinan. Aku menatap dia, hanya ingin menyelami apa yang dia pikirkan, kenapa dia begitu Keukeh ingin berpacaran dengan ku, adiknya sendiri. Namun aku buru-buru menundukkan kepala saat tatapan mata kami bertemu lagi. Tapi dia menahannya dengan mendongakkan daguku untuk kami bisa saling menatap lagi. "Ehemmm ehmmm..."Vika dengan usilnya berdehem dengan lantang dan membuyarkan scene romantis kami. "Ellahhhh cuma jadi figuran kita Dit." "Kambing congek Vik, mereka bermesraan kita suruh kerja sendiri." tambah Dito. "Iya iya sorry..."Dani ketawa sambil berdiri dari tempatnya, kemudian lanjut bekerja. --- Pulang sekolah, aku mencuci muka, ganti pakaian lalu rebahan. Emang lagi gak nafsu makan aja, jadi hanya waste time dengan bersosmed ria. Aku telpon mama, tapi gak diangkat, kemudian menyusul pesan masuk, dari mama. "Mama lagi sibuk sayang, kalau udah selesai mama telpon balik ya." "Iya ma.." balasku. "Gabut... trus aku ngapain?" akhirnya mataku tertuju pada tumpukan baju yang belum masuk ke lemari. Aku mulai menyetrika. "Syaaa..." panggil Dani dari luar. "Apaa??" "Nihhh... Story Mou. Choco Velvet kan?" aku terdiam masih gak percaya dia beneran beliin aku. "Masuk aja!" "Okke" jawabnya. "Kamu ngapain?" "Nyetrika." jawabku. "Kok nggak kamu kasih ke mbak aja?" "Aku nggak manja, udah biasa nyetrika sendiri." jawabku. "Ehmmm gitu, oh iya nihhh aku bawain kesukaan kamu." ucapnya sambil menyerahkan kantong plastik yang di dalamnya terdapat satu cup Story Mou Choco Velvet kesukaanku. "Makasii..." ucapku menerima lalu mulai meminumnya. "Oh iya... lupa belum diaduk." lanjutku saat aku sadar gak ada rasa manisnya. "Syaa.." panggil Dani. "Hmmm..." ucapku sambil masih menikmati minumanku. "Aku nggak sukanya, tutup nya kalau kena sedotan suka pecah kaya gini." ucapku menunjukkan tutup minuman yang lubangnya jadi gede banget. "Sini mending di buka aja sekalian." Dani membantuku membuka tutupnya. "Mau coba?" aku menawarkan minumanku. "Enggak...makasih buat kamu aja." "Syaa..." panggilnya sekali lagi. "Iya... apa.." "Aku... aku serius pas bilang, aku suka sama kamu." "Iya terus?" "Ya terus kamu gimana? aku yakin, nggak mungkin kamu gak suka sama aku, ayoo ngaku." ucapnya. "Kalaupun iya, nggak akan ada yang akan berubah Dan, jangan berharap kita bisa jadian, karena kita sodara." ucapku berusaha tenang agar dia mau memahami perkataan ku. Tapi bukannya mengerti dia justru makin mendekat kemudian mencium ku. "First kiss??" tanya dia begitu melihatku bengong. "I'll be gentle.." ucapnya lalu mengulangi nya lagi. "Danii udah stop... keluar kamu dari kamarku." aku membuang muka. dan bertepatan dengan itu kulihat setrika ku yang berada diatas seragam mulai mengeluarkan asap. "Ya Allah Dan... gara-gara kamu sih." aku buru-buru mengangkat setrika dan mencabut kabelnya. Kulihat seragamku telah tercetak noda kecoklatan bekas ujung setrika yang nyaris berlubang. Dani hanya tertawa melihatku panik. "Enak aja... ketawa Mulu, gantiin tuh aku gak mau tau, kamu harus ganti seragam ku Dann..." "Kenapa jadi nyalahin aku. yang lupa naruh setrika siapa?" "Aku..." "Berarti yang salah siapa?" "Aku sihhh... tapi kan gara-gara kamu masuk kesini tadi." "Nahh tu tau, kamu kan yang salah, ya udahh byee aku keluar, mo tidur." "Daniiii...." teriakku, kenapa ngeselin banget sih tuh anak. "Mana seragam ini masih dipakai besok pula." "Ya udahlah sementara bisa ditutup pakai sweater, terus ada sisa tabungan bisa buat beli yang baru." ucapku sambil merapikan tumpukan baju yang tadi aku setrika, mood ku hilang seketika. Dan langsung kemasukkan ke dalam lemari dengan asal. Percuma ngelawan Abang yang akhlakless bikin makan ati aja, mending ngalah dan diam untuk sementara waktu. Dan jujur aku masih baper dengan adegan saat bibir kami saling bersentuhan barusan. Ada perasaan lain yang menjalari sekujur tubuhku, lalu berhenti pada tiap detakn jantung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD