Lewat tengah malam acara pun berakhir dan aku sudah ngantuk berat. Tapi begitu kami masuk Ijen Nirwana Listriknya belum nyala, dan terlihat mobil PLN beserta petugasnya sedang mengerumuni sebuah tiang besar yang pasti jadi penyebab utama pemadaman.
"Ada apa pak?" tanya om Angga ke security yang jaga.
"Tadi ada pohon tumbang terus kena tiang induk itu pak. Beberapa kabel putus dan masih diperbaiki sampai sekarang."
"Ohh gitu... kira-kira masih lama gak pak, sekalian aja dibenerin semua, biar gak bolak balik pemadaman, dari kemarin loh ini?"
"Nahh itu masalahnya pak... masih nunggu penebang pohon buat nyingkirin kayu pak, tadi udah dibantu warga buat yang bagian kecil-kecil dan bawahnya. Bagian atas kami dilarang naik pak." Jelas security.
"Ya udah fix masih lama, kamu tidur sama aku aja." bisik Dani di telingaku.
Aku buru-buru menjauh sebelum otaknya traveling kemana-mana.
"Bukannya kamu takut gelap?" tanya dia.
"Kan ada lilin, aku juga punya camping lamp."
"Ya udah aku numpang tidur di kamar kamu."
"Ehh... gak bisa, aku tidurnya ngorok, kamu pasti keganggu."
"Ma... Syaluna punya camping lamp, aku numpang tidur di kamarnya masa gak boleh." katanya pada Tante Maya.
"Asal kamu tidur di sofa, nggak boleh di tempat tidurnya adek kamu."
"Siaapp ma... lagian nih anak penakut banget lagaknya gak mau ditemenin." ucapnya penuh kemenangan.
"Soalnya lebih nyeremin kalau Dani di kamar Syaluna Tante." ucapku membela diri.
"Jangan dikunci pintunya, nanti Tante cek ke kamar kalau Dani kurang ajar sama kamu, biar tante setrika mukanya Sampek licin."
"Hehehehhe iya Tante." aku ketawa sendiri.
Begitu sampai dirumah, aku sama Dani langsung masuk ke kamarku.
Aku mengambil camping lamp dari laci meja ku dan meletakkan di meja dekat sofa. Dani masih belum tidur dia melanjutkan mobile legend nya. Kalau dipikir-pikir, sudut tempatku gelap sedangkan di tempatnya terang.
"Aku ikutan disini bentar, nanti kalau udah ngantuk aku balik ke tempatku."
"Dasar penakut." ucapnya sambil terus main. Dia memberiku tempat dengan duduk di bawah, sedangkan aku selonjoran di sofa.
"Dan kamu punya dark side nggak?"
"Emangnya kenapa?" tanya dia sambil tangan dan matanya tak lepas dari layar hp yang menunjukkan kalau dia sedang war.
"Nggak papa sih, pernah membayangkan gak kalau misal ternyata diri kita punya dark side?"
"Misalnya?" tanya Dani.
"Nggak... nggak jadi." ucapku.
"Udah ngomong aja, kamu mau tanya apa sih sebenernya?"
"Enggak kok... nggak jadi." aku mengurungkan niatku untuk bertanya lebih jauh.
Aku beringsut menata bantal dan menghadap ke arah Dani. Pandanganku menyusuri shape wajahnya dari samping, rahang yang tegas, hidung mancung, bibir tipis kemerahan, kulit wajahnya yang bersih, mata yang jernih, seketika itu bayangan Dani yang selalu ngeselin langsung ilang berubah jadi kehangatan yang menjalari sekujur tubuhku.
Tiba-tiba dia mengacak-acak rambut belakanganya dan mendengus kesal. Dia menoleh kearahku, dan kedapatan aku sedang memandanginya.
"Kamu liatin aku?"
Aku menggeleng tanpa suara karena panik.
"Hahh ketauan kan... kenapa? ganteng ya pacar kamu. Iyalah..." dia mulai lagi dengan narsisnya.
"Atau jangan-jangan kamu sedang mengkhayalkan sesuatu terhadap wajahku ini?"
"Apaa sih Dan.. norak PD banget jadi anak."
"Hmmm kamu gak pinter ngeles tuh." dia mencubit kedua pipiku.
"Aduuhhhh... sakit tau.
Dani mengelus bekas cubitan tadi, nggak tau kenapa aku jadi merinding.
"Dah nggak sakit kan?" tanya dia kemudian.
"He em." aku mengangguk.
Dani membingkai wajahku dengan kedua tangannya berada di sisi kanan kiri pipiku, dia mendekatkan wajahnya padaku. Lalu kurasakan bibirnya menempel pada bibirku, sedetik kemudian dia melumat dan mempermainkan lidahnya di dalam ku. Tangannya bergerak turun menurunkan lengan bajuku yang longgar, kemudian menelusup kebalik bra dan meremas p******a ku dengan lembutnya. Nafasku memburu aku tidak pernah merasakan sensasi seperti ini sebelumnya.
Dengan sekali sentakan maka terlepaskan kaitan bra ku, hingga gumpalan putih berpucuk merah muda itu terekspos di depan mata Dani.
Dia melahap dan meninggalkan bekasnya disana. sebenarnya kurasakan basah di bawah sana, namun aku takut bertindak lebih jauh lagi, kutahan tangan Dani yang ingin masuk kesana. Dan kuakhiri keasyikan kami dengan menjauhkan dadanya dari ku.
"Kamu laper nggak? bikin Indomie yukk." ajakku, dia emang sembrono gimana kalau tiba-tiba mama nya ngecek kami dan liat kelakuannya ke aku.
"Kamu laper? yaudah ayo aku temenin." kata dia kemudian.
Aku bangkit dari acara rebahan ku, setelah Dani membantuku berdiri.
Dengan membawa penerangan yang ada diatas meja, aku mengamit lengannya untuk pergi ke dapur di lantai bawah.
Dani mengambil 2 bungkus Indomie dari dalam kitchen set diatas kepalaku. Lalu membuka bungkusnya dan menuang bumbu kedalam piring. Sementara aku menyiapka panci dan air lalu merebus mie nya. Dengan sabar aku menantinya mendidih.
"Kalau ditungguin gini pasti rasanya lama.' keluhku.
Tiba-tiba kurasakan tangan Dani yang terjulur diantara kedua tanganku lalu melingkar di perutku sedangkan kepalanya berada dipundaku.
"Sabar..."
Aku menoleh kearahnya, dan mendengus kesal karena lapar, dia tidak menyia-nyiakan momen ini, dikecupnya bibirku, lalu sebelah tangannya menahan kepalaku, dan melanjutkan lagi ciumannya.
Hampir satu menit bibirnya melumat bibirku, sampai aku mengakhirinya dengan menarik leherku kebelakang.
Dia hanya tersenyum, teringat mie tadi, aku segera berbalik dan mengaduk mie kami agar matang merata, sementara dia kembali posisinya seperti tadi bermanja di pundak ku.
"Aku sayang kamu." ucapnya kemudian.
Hingga mie matang, kami membawanya ke kamar untuk makan, karena makan di dapur gelap sungguh tidak nyaman. Usai makan aku kembali berbaring di sofa nemenin lanjut main game.
Dan nggak tau sejak kapan aku tertidur, yang jelas pagi ini sewaktu aku bangun kulihat masih jam 5, masih gelap. Aku sudah berselimut, dan Dani tidur di lantai seperti posisi semalam dengan kepalanya bersandar pada sofa.
"Kenapa dia gak bangunin aku, atau nggak tidur di tempatku tidurku kan nggak papa, kalau aku ketiduran disini, malah diselimuti, ya maaf..." Gumamku.
"kamu udah bangun?" Tanya dia, yang mungkin terganggu saat aku berniat turun dari sofa.
"Iya... Kenapa kamu gak bangunin aku, kan kamu jadi gak bisa tidur dengan nyaman."
"Nggak papa, yang penting kamu nyaman." Ucapnya.
"Kamu mau kemana sih?"
"Aku mau bersih-bersih dulu mandi dulu."jawabku
.
"Jam segini? Mandi?"
"Iyaa... Emang kenapa?"
"Masih dingin, nanti kamu sakit."
"Iiihhh aku bukan anak manja." Ucapku.
"Udah sini aja. Temenin aku bentar!" Ucapnya seraya menarik lenganku dan mendekapku lalu menarik selimut dan kembali tidur.
Aku menunggu dia tertidur, oke lah nanti jam 6 aku bangunin. kuperhatikan tangannya yang tengah memelukku. Kemudian entah darimana halu ku mulai terbit. Kutautkan jari-jari ku diantara sela jemarinya. Kemudian tersenyum sendiri.
"Makasih udah sayang sama aku." Ucapku dalam hati.
Tiba-tiba saja kurasakan jemarinya merapatkan genggamannya. Aku menoleh kearahnya. Kupikir dia ngeprank dengan pura-pura tidur. Ternyata dia beneran tidur. Sebentar saja aku juga ingin memejamkan mata lagi, masih ngantuk, dan saat aku membuka mata kulihat Tante Maya masuk sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Kalian nggak sekolah?"
"Daniii... bangun..." panggilku.
"Iyaa..." ucap dia, buru-buru melepaskan tangannya saat melihat mama nya masuk.
"Kalian ngapain tidur dilantai?"
"Semalam main game ketiduran ma..." jawab Dani.
"Terus kenapa adek kamu ikutan tidur di lantai, kamu nih jangan macem-macem ya, kalau adik kamu sakit gimana? pasti kamu maksa dia buat nemenin kamu." lanjut mamanya.
"Enggak Tante sebenernya Syaluna tidur di sana, terus tadi pagi mau bangunin Dani, ehh malah ikut ketiduran lagi." ucapku.
"Haduuhh kalian berdua sama aja, udah sana mandi terus sarapan udah siang ini." pesan Tante Maya.
"Iya ma.." kata Dani.
"Iya Tante" ucapku. Kemudian Tante Maya keluar. aku bernafas dengan lega, beliau sama sekali gak nanya soal pegangan tangan.
"Udah mandi sana..." perintahku ke Dani.
"Okke sayang..." jawabnya sambil keluar kamarku. Aku pun bergegas mandi menyiapkan buku-buku ganti seragam kemudian turun ke bawah sambil menenteng tas sekolahku.