bc

My sexy boss Season 2 (first part)

book_age16+
5.2K
FOLLOW
51.2K
READ
billionaire
possessive
dominant
manipulative
badboy
goodgirl
CEO
billionairess
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

seorang om om bernama Regan menjaga seorang wanita kecilbernama alana, dan mereka saling jatuh cinta???! apa yang harus dilakukan keduanya setelah ini??! yuk ikutin kisah nya lagiii!!!

chap-preview
Free preview
1
Alana kesal karena papa dan mama nya mau meninggalkan nya sendirian karena bisnis baru mereka yang harus bercampur tangan sang pemilik entah berapa lama nya di Amerika. Alasan mengapa Alana tidak bisa ikut adalah wanita itu masih harus fokus pada kelulusan nya sebagai seorang mahasiswi dan mulai belajar tentang bisnis. Kedua kakak lelakinya telah sukses menekuni bidang bisnis, mau tak mau ia juga harus bisa. "Anak papa udah bangun?" Ujar Gerald melihat anak bungsu kesayangan nya cemberut diatas meja makan. "Kenapa cemberut sayang?" Tanya Icha pada anak perempuan nya. "Alana kesal banget mama sama papa mau tinggalin Alana sendirian dirumah, kak Revan dan kak Ken sibuk dengan keluarga nya. Alana pasti sendirian!" Kesal Alana. Icha dan Gerald menahan ketawanya, memang anaknya yang satu ini manja nya gak ketulungan. "Kalau seandainya papa udah carikan teman buat jagain Alana gimana?" Ucap Gerald pada Alana. Mata Alana langsung melebar. "Benarkah?" Tanya Alana bersemangat. Gerald mengangguk dengan pasti. "Sebentar lagi papa dan mamah berangkat, teman Alana juga akan datang secepatnya." Ucap sang papa. "Sekarang makan dulu ya, anak mamah." Ujar Icha pada anaknya. Alana mengangguk, lalu makan dengan lahap. Beberapa menit setelah nya Gerald menerima telpon dari rekan nya di Amerika. "Iya oke baik, saya tutup." Ucap Gerald mengakhiri pembicaraan nya di telpon. "Papa dan mama harus berangkat sekarang ya, kamu baik-baik dirumah Alana." Ucap sang papa pada anaknya. Setelah berpelukan akhirnya kedua orang tuanya pergi juga dan tinggalah, Alana sendirian dirumah nya. Alana memutuskan untuk mandi lebih dulu karena hari yang semakin panas. Selesai mandi dirinya segera merapihkan diri dengan memakai parfum dan sedikit bedak diwajah nya, tak perlu tambahan untuk bibirnya karena sudah bewarna merah muda bawaan dari lahir. "Alana pake baju apa ya hari ini?" Gumam Alana. Alana melihat ke rak atas, bagian dress kesukaan nya. Tangan nya mulai berusaha mengambil dress itu, tapi seperti tidak sampai. "Ada kursi." Ucap Alana pada dirinya sendiri. Ia naik keatas kursi dan mulai mengambil kembali, tapi tangan nya tetap tak sampai hingga kakinya tergelincir kebawah lalu terjatuh ke lantai yang sudah sedari dulu beralaskan karpet bulu tebal. "Aaahhhh, aduhhh sakit!" Keluh Alana. Pintu kamar nya terbuka lebar secara mendadak. Suara langkah kaki juga terdengar menuju ke wardrobe nya dari belakang. Alana mulai menghadap kebelakang, dan terkejut ada seorang pria tampan yang menghampiri nya. "Are you Okay?" Tanya pria itu penuh perhatian pada Alana. "Oh, sorry." Ucap pria itu kembali ketika melihat keadaan tubuh Alana saat ini. Alana menghadap kebawah melihat dirinya, alangkah terkejut dan malu nya ia karena handuk yang dipakai nya terbuka menampilkan belahan dadanya yang cukup membuat seorang pria menelan saliva nya sendiri. "Eh, Alana jadi malu." Ucap Alana dengan polos membuat pria bernama Regan mengaga dibuatnya. "Alana ya?" Tanya Regan sembari membelakangi Alana yang tersungkur karena jatuh. "Iya, kok om ngadep kesitu sih. Alana kan ada disini?" Tanya Alana polos. "Benerin dulu handuk mu." Ucap Regan kala itu, bagaimana bisa perempuan yang sudah berumur dua puluhan masih tidak sadar dengan hal begitu. "Ah.." Alana baru menyadari nya. "Udah om." Ucap Alana. Regan dengan cepat membalikan tubuh nya dan segera membantu Alana untuk bangkit dari lantai. "Kenapa bisa begini?" Tanya Regan. Ganteng banget, Alana baru tahu ada cowok yang lebih ganteng dari papa, hehe! Alana tak menjawab. "Hello?" Pancing Regan membuat Alana bersuara kembali. "Boleh tidak Alana tanya sesuatu?" Tanya Alana. Regan mengangguk. "Nama om siapa?" Tanya Alana pada Regan si pria tampan dan seksi. "Regan, om temen nya kakak kamu Ken." Ujar Regan menjawab pertanyaan Alana. "Kesini buat apa?" Tanya Alana kembali. "Jagain kamu." Ucap Regan sembari membawa tubuh Alana keatas kasur wanita itu. "Wah, teman nya kak Ken ganteng-ganteng semua ya?" Tanya Alana kembali, kali ini membuat Regan hampir kesedak ludah nya sendiri. Kenapa anak ini jujur sekali sih? "Alana udah makan?" Tanya Regan mencoba peduli. Kalai saja ia tak kalah taruhan dengan Ken, gak bakal mungkin ia menjaga sesosok perempuan yang sikap nya seperti anak bocah ini. Alana mengangguk. "Sudah sama mama dan papa." Ujar Alana. Regan tak menyangka dari apa yang diceritakan Ken pada nya, Alana adalah sesosok perempuan cantik yang manja. Tapi ia tak pernah mengira akan semanja ini. "Boleh ambilin baju Alana yang tadi ikut jatuh sama Alana gak om?" Tanya Alana seperti anak kecil yang tengah bermain bersama sesosok om nya. Regan jadi merasa dirinya sudah tua sekali tiap dekat wanita bernama Alana ini. Umur nya yang masuk tiga puluh tiga tahun ini memang patut dibilang sudah tua, tapi pewarakan tampan dan tubuh seksi nya membuat nya ia terlihat lebih muda. Regan segera mengambilkan dress wanita itu, ternyata yang tergeletak disana bukan hanya dress saja melainkan kedua dalaman miliknya dengan motif pink lucu menurut nya. "Apa benar dia wanita berumur dua puluhan?" Gumam Regan. Kini ia percaya kenapa Ken memintanya untuk menjaga seorang gadis dewasa, alias Alana si adik nya. Regan melihat kembali bra milik Alana yang ukuran nya lumayan besar menurutnya. "Benarkah ini milik Alana?" Ujar Regan sembari berjalan kembali ke ruang tidur wanita itu. Aku pikir gak sebesar ini, tadi? "Sudah om?" Tanya Alana. Regan mengangguk sembari memberikan pakaian nya. "Jika ada pria lain dirumah mu selain keluarga, jangan biarkan dia melakukan ini lagi pada mu Alana. Dengarkanlah karena ini pelajaran baru yang sangat penting!" Ucap Regan pada wanita kelewat polos di hadapan nya. Alana mengangguk nurut. "Kalau begitu om keluar, kamu pakai baju mu. Kita akan pergi ke supermarket membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk makan, karena bibi mu baru saja pulang kampung saat om datang tadi." Ujar Regan. "Oiya bibi kan pulang kampung hari ini, untung ada om ya jadi teman Alana." Ujar Alana sembari tersenyum manis. Regan sedikit terhipnotis dengan senyum manis Alana, lalu kembali tersadar setelah nya. Jujur posisi nya yang hanya berdua dikamar wanita ini membuat pikiran Regan sedikit menjadi liar. Apalagi pakaian Alana yang mengundang burung nya berdiri untuk tegak. Sadar Regan, dia anak kecil! "Mau bagaimanapun aku ini lelaki b******k tahu!" Runtuk Regan pada dirinya sendiri. Setengah jam lebih Regan menunggu Alana bersiap dikamar nya, tapi tak ada tanda-tanda sedikit pun wanita itu turun kelantai satu. Saat kakinya mau melangkah ke anak tangga ke tiga, suara langkah dari atas terdengar. Saat wajah Regan menghadap keatas, terlihat Alana yang tengah berdiri sembari tersenyum dari sana. "Sudah siap?" Tanya Regan pada wanita yang saat ini tengah berjalan ke hadapan nya. Alana mengangguk. "Alana lama ya?" Tanya Alana pada Regan. Regan hanya tersenyum sebagai jawaban. "Makasih ya om, udah tungguin Alana. Memang tadi Alana sengaja lamain, mau tau om bakal tungguin Alana apa nggak." Ucap Alana dengan jujur. Regan mengaga dibuatnya. "Alasan macam apa itu?" Gumam Regan. Selama empat puluh menit mereka akhir ya sampai disupermarket, dan mulai memilih-milih bahan makanan. "Alana suka apa?" Tanya regan. "Hm, kalau tanya itu bukankah terlalu cepat?" Tanya Alana balik pada Regan. Memang apa salah nya menanyakan makanan kesukaan dihari pertama bertemu? Regan menggeleng kearah Alana.  "Hm, Alana suka nya om." Ujar Alana malu-malu. Astaga, bukankah Alana terlalu menggemaskan? Regan menggelengkan kepalanya lagi, menyadarkan diri bahwa ini bukan saat nya menggoda dan tergoda anak bocah yang umur nya jauh sekali dari nya. "Mungkinkah sepuluh tahun, atau dua belas tahun?" Gumam regan tidak percaya dengan otak nya yang mudah sekali merespons hal seperti ini. Ken, sahabatnya terlalu biadab jika menyuruh nya menjaga wanita seperti ini, katanya adiknya itu polos tapi yang dilihat nya sekarang sama sekali tidak. "Ayo keluar dari sini." Ajak regan. "Ah gunakan dulu baju dengan benar Alana." Ucap regan kembali ketika melihat penampakan Alana yang masih cukup terbuka. Alana mengangguk. "Om baik banget, kayak kakak-kakak nya Alana!" Ujar Alana bersemangat. "Makasih ya om!" Ucap Alana berterimakasih Selesai beberes Alana dan regan menuju kedapur, melihat banyak bahan kosong regan pun memilih untuk memesan beberapa makanan dari luar. "Padahal makanan seperti ini kurang sehat." Gumam regan. "Makan dengan pelan Alana." Ujar Regan perhatian. Jadi terfikir oleh nya tentang Ken yang berusaha menunjukan foto sang adik beberapa hari lalu, tapi ia selalu menolak. Mungkin kalau aku tahu aslinya begini, aku akan menolak nya sebelum tergoda. Alana, dengan wajah cantik serta imut yang dimiliki wanita itu nampak berbahaya. Belum lagi kini senyumnya terlihat jelas disana, dihadapan nya benar-benar sangat berbahaya. Apa dia merencanakan sesuatu agar membuatku terus memperhatikan nya? Regan menggelengkan kepalanya entah sudah yang keberapa kali nya hari ini. Regan apa kamu gila, dia hanya seorang bocah perempuan! "Om regan gak makan, kenapa ngeliatin aku terus?" Tanya Alana dengan tatapan yang tidak dapat dibaca regan. Regan mengangguk, lalu mengambil satu sendok air sup dan meminumnya. "Makanan ini cukup enak ya Alana." Ujar regan mencoba berbicara pada Alana Alana menaikan satu alisnya. "Kenapa om terlihat gugup dan salah tingkah, atau jangan-jangan om suka juga sama aku ya?" Tanya Alana membuat regan tersedak. Siang ini Regan dengan sabar menunggu Alana belajar dengan salah satu guru bahasa Inggris nya. Padahal baru lima belas menit berlalu tapi Regan merasa risih ketika guru Alana dengan sengaja menempelkan tubuh nya rapat - rapat pada Alana. "Mr, James boleh Alana tanya bahasa Inggris nya lapar apa?" Tanya Alana dengan imut. "Hungry, itu adalah vocab yang mudah untuk dihafal Alana." Jawab James. "Ih Alana lagi kodein mr. James kalau perut Alana sudah keroncongan." Ucap Alana sembari melirik Regan. Padahal Regan sengaja tidak meninggalkan mereka berdua di satu ruangan, tapi wanita nakal ini baru saja menyuruhnya meninggalkan mereka berdua. "Makan saja cemilan yang dimeja, selesai belajar kamu baru boleh makan berat Alana." Ucap Regan. Alana cemberut. "Ya, baiklah." Jawab Alana sedikit kesal dengan Regan yang tidak peka pada perutnya. "Coba mr cek jawaban kamu yang sebelum nya." Ujar James pada Alana. Regan berusaha untuk terlihat sibuk dengan ponselnya, tapi kini matanya terlihat tidak ingin bekerjasama dengan nya. Dengan nakal, mata Regan terus mencuri pandang pada apa yang sedang dilakukan Alana dan gurunya. Setelah satu jam sudah, akhirnya Alana selesai juga belajar. Lalu gurunya pamit saat itu juga. "Boleh kita beli makan di mall saja?" Ujar Alana pada Regan sangat ingin. "Kita kan sudah beli bahan makanan kemarin Alana." Ucap Regan dengan sabar. Alana menggelengkan kepalanya. "Ayolah, Alana sedang ingin makan-makanan luar." Ucap Alana membujuk Regan. Regan berfikir sejenak, lalu mengangguk sebagai jawaban. "Tapi gak boleh sampai malam ya, habis makan langsung pulang." Ucap Regan tak mau Alana tidur terlalu larut. Alana mengangguk, padahal dalam pikiran alana adalah main game dimall dan menonton film. Hampir satu jam mereka sampai juga di salah satu mall terdekat. "Mau makan apa sekarang?" Tanya Regan. Alana melirik regan dengan polos. "Apa boleh Alana main di sana dulu?" Tanya Alana sembari menunjuk funwor*d. Regan menaikan satu alisnya kebingungan. "Apa Alana gak salah, disana mainan untuk anak kecil." Ucap Regan. Alana menggelengkan kepalanya, lalu menggembungkan pipinya. "Anak kecil?" Tanya Alana seraya menyipitkan matanya. Alana mulai menunjuk lagi beberapa orang yang berada didalam sana. "Lihat om, itu ada anak besar dan orang yang pacaran!" Ujar Alana gak terima. Regan menghela napasnya, keinginan wanita dihadapan nya ini memang tidak bisa ditolaknya. "Hanya sebentar, ingat Alana!" Ujar Regan yang segera diangguki Alana. Setelah membeli tiket, mereka akhirnya mulai bermain hingga saldo disana berkurang dan habis. Tapi sebelum itu, Alana mengajak Regan untuk berfoto lebih dulu di photobox. "Ayo om, gaya nya yang ramai dong. Jangan kaku begitu!" Ujar Alana kesal karena Regan yang terlalu kaku saat berfoto dengan nya. "Kalau om foto dengan benar, Alana janji akan kasih hadiah!" Ujar Alana semangat. "Benarkah?" Tanya Regan pura-pura tertarik. Alana mengangguk. "Alana mulai ya!" Ujar Alana lalu mulai berfoto dengan Regan. Di dua slide terakhir, Alana memaksa dirinya untuk naik ke gendongan Regan hingga pria itu cukup terkejut bahkan hingga terekam jelas di foto nya. "Yang terakhir, ini hadiah buat om Regan!" Ucap Alana sembari mencium bibir Regan tanpa berfikir dua kali. Didalam foto terakhir, dengan jelas terlihat Alana yang mencium nya dan wajah regan yang terkejut bukan main saat itu. "Alana suka sekali fotonya." Ucap Alana sembari melihat hasil foto mereka. Alana menyimpan menyimpan foto tersebut di tas nya, lalu memberikan satu foto nya lagi pada regan untuk nya menaruh di dompet. "Ayo pulang." Ajak regan. Alana menggeleng. "Sebentar dong om, Alana mau naik itu sebentar aja ya?" Mohon Alana pada regan Regan memijat kening nya yang mendada sakit. "Kenapa mengajak Alana jalan-jalan seperti mengajak jalan anak dibawah umur sih!" Runtuk regan dalam hati "Alana ini sudah malam." Ucap regan dengan sabar. Alana menggelengkan kepala. "Om bisa pulang duluan, Alana akan naik taksi saja." Ucap Alana. Sembari berlari kearah yang berlawanan meninggalkan regan. Regan mematung, melihat tingkah Alana membuat nya pusing setengah mati. Benar kata Ken, adiknya itu sangat aktif dan cerewet. Aku sekarang baru tahu kenapa Ken tidak merawat adiknya sendiri melainkan menitipkan nya pada ku. "Alana tunggu om!" Teriak regan takut-takut kalau Alana pergi jauh dan menghilang. Kini regan dan Alana benar benar bermain bom-bom car atas dasar kemauan Alana. "Ya Tuhan, seumur hidupku aku gak pernah naik ini." Gumam regan Sedari kecil dirinya sudah dijaga ketat oleh sang ayah, padahal dia laki-laki. Sejak beranjak dewasa inilah ia baru mengikuti beberapa olahraga seperti judo, taekwondo dan gym sehingga tubuh nya menjadi sebagus ini. Dari kecil juga regan sudah dijadikan sebagai penerus perusahaan keluarga oleh karena itu ia selaku dilindungi oleh beberapa bodyguard sang papah yang baru saja bisa regan lepas dua saat ia sudah bisa mengalahkan semua Bodyguard itu. "Waaa om regan!" Teriak Alana kala dirinya sukses menabrak beberapa bom-bom car disana. "Permainan apa yang seru dari sini, ini hanya tabrak-menabrak mobil saja bukan?" Ujar regan ingin sekali menyerah dan turun dari mobil kecil ini sekarang juga. "Alana ayo pulang." Pinta regan. Alana masih menggeleng. "Satu lagi om, Alana janji deh." Ucap Alana membuat regan mengangguk percaya supaya mereka bisa cepat pulang. "Pekerjaan om banyak loh Alana, om bukan pengangguran." Ujar regan yang diangguki oleh Alana. "Nah itu dia!" Tunjuk Alana membuat mata regan sukses melotot. Regan menggelengkan kepalanya. "Udah gila ya?" Tanya regan membuat Alana merengut. "Itu tinggi sekali Alana, kalau jatuh bagaimana?" Tanya regan pada Alana Regan menggeleng tidak setuju sama sekali, dirinya menarik pergelangan tangan Alana dan membawa wanita itu kedalam gendongan nya. Beberapa Padang mata tertuju kepada mereka. Regan tidak peduli dengan pandangan orang disekitarnya, yang ia lakukan hanya membawa Alana hingga ke mobil. "Om regan lepasin Alana." Pinta Alana Regan sengaja tidak menjawab rengekan wanita kecil itu, kalau dibalas makin nangis lagi dia. "Om regan!" Panggil Alana membuat regan melepaskan nya dari gendongan pria itu. "Kata nya kamu suka om, harus nurut dong sama apa yang om katakan." Ujar regan membuat Alana merengut dan diam. "Memang nya kalau Alana diam, om mau jadi pacar Alana?" Tanya Alana "Kamu tahu pacar pacaran dari mana Alana?" Tanya regan merasa anak kecil ini sudah kelewatan. "Hm, dari buku komik yang suka Alana baca." Jawab Alana jujur. "Kalau pacaran kan bisa ciuman, kalau Alana dan om apa bisa berciuman?" Tanya Alana membuat regan menghentikan langkah nya. Tok tok tok Alana tak henti-henti nya mengetuk pintu kamar yang memang dikhususkan untuk Regan. Tak mendengar jawaban dari pria tua itu, Alana dengan cepat masuk diam-diam kesana dan menemukan pintu kamar mandi yang terbuka dengan lebar. Alana menelan salivanya ketika melihat tubuh regan yang ditutupi kaca buram yang untung nya masih sukses membuat Alana bisa menerka-nerka bentuk tubuh pria itu. "Apa itu tubuh om Regan?" Gumam Alana sembari menjilat bibirnya. Alana mulai mengambil napasnya kembali. "Apa aku secabul itu?" Runtuk nya dalam hati. Masa bodoh, pemandangan ini gak boleh terlewatkan! Lama melihat regan yang mandi, tanpa sadar Alana tak berfikir kalau sebentar lagi pria itu akan keluar dari kamar mandi. Cklek.  Alana terkejut kala ia melihat regan yang seperti nya sudah kelar mandi. "Gawat." Runtuk Alana. Alana melihat kekanan dan ke kiri untuk mencari tempat persembunyian. Dilihatnya ada lemari besar yang mungkin cukup ia tempati dan menjadi tempat nya untuk bersembunyi. lantunan lirik lagu dari mulut Regan bahkan terdengar jelas ditelinga Alana saat ini. "Gawat gawat!" Runtuk Alana panik dalam hatinya, bukankah regan akan membuka pintu lemari nya untuk mengambil baju nya. Untung nya, Regan memakai baju nya yang sudah ia siapkan lebih dulu diatas kasur jadi dirinya tidak akan membuka lemari lagi kecuali ada sesuatu yang memang harus diambilnya. Terpikir kembali oleh regan tepat disaat Alana sempat menciumnya. Dirinya terduduk dan mulai mengambil satu foto yang sengaja disimpan nya didompet setelah dipotong wanita kecil itu. Sejak kapan dirinya mulai merasa bebas begini? Apa ini semua karena Alana? Pria itu mulai berfikir, dan kembali ke masalalu nya. "Ada kala diriku menyesal akan waktu itu." Gumam Regan. Alana yang masih berada didalam lemari curiga dengan apa yang tengah dikatakan Regan. Kupingnya kini mendekat ke sumber suara. Tak jelas mendengar apa yang tengah dikatakan regan, Alana  pun semakin mendekatkan dirinya. "Ish Alana gak bisa dengar sama sekali." Ujar Alana yang masih terperangkap didalam lemari. Menunggu beberapa menit didalam lemari, membuat Alana haus karena rasa sesak didalam sana. Belum lagi perut nya terasa begitu lapar. "Apa yang harus Alana lakukan?" Gumam Alana takut ketahuan. "Kalau Alana keluar nanti om regan bilang Alana m***m lagi karena ketahuan ngintipin om regan mandi tadi." Gumam Alana lagi pada dirinya sendiri. Terdengar suara langkah kaki mendekat, lalu disusul dengan suara televisi. Alana tebak regan baru saja menyalakan televisi. "Kok suara nya dikecilkan?" Tanya Alana pada dirinya saat suara televisi semakin terdengar kecil. Alana mencoba untuk mengintip sedikit lewat pintu lemari, dan bingung dengan apa yang tengah dilihatnya sekarang. Dilayar televisi menggambarkan seorang wanita seksi sedang berjalan mendekat, lalu wanita itu nampak memamerkan d**a besar nya. "Om regan nonton apa tuh?" Tanya Alana mencoba untuk mencerna. Sepertinya model tontonan seperti ini membuat Alana jadi ingat dengan selera nonton kedua kakak nya. Waktu itu Alana pernah tidak mengetuk pintu kamar Ken dan Revan, dan tidak sengaja melihat kedua kakak nya tengah menonton yang seperti itu. "Bedanya kak Revan dan kak Ken menonton nya dengan wajah memerah seperti tengah menahan bunga air kecil." Gumam Alana Alana juga mau lihat ekspresi lucu regan, tapi mata nya terlalu jauh untuk melihat regan yang ada ditempat tidur dengan jarak yang cukup jauh dari tempat nya mengumpat. "Ah, Alana pengen banget lihat om regan!" Runtuk Alana. Wanita itu menggeser perlahan tubuh nya, dan mulai berusaha mencari celah agar dapat melihat regan disana. Tak dapat diduga nya, sangkin semangat nya Alana tidak bisa menjaga keseimbangan nya dan akhir nya terjatuh menggelinding keluar. Drug! "Awh, sakit banget." Keluh Alana, sedangkan Regan yang melihat ada Alana disana buru-buru mengganti gambar layar di televisi nya. Elena, wanita itu tak sangka dirinya akan tergelincir dan terjatuh yang sukses nya membuat mata Regan melebar karena terkejut bukan main. "Bagaimana kamu bisa masuk?" Tanya Regan lebih dulu. "Aduh, om. Bisa bantu Alana berdiri lebih dulu gak?" Ujar Alana kesakitan. Regan menghela napasnya berat, lalu mulai menggendong Alana ala bridal style dan membawanya keatas kasur pria itu. "Untung om sekarang tinggal disini. Om benar-bener gak sangka kamu suka sekali jatuh dari lemari ya?" Sindir Regan mengingat kembali pertemuan pertama mereka. Regan menerka-nerka pakaian Alana yang lumayan menerawang. "Kamu belum tidur?" Tanya regan sembari membuang tatapan nya dari tubuh wanita kecil dihadapan nya ini. Wanita ini apa sengaja menggoda ku? Alana menggeleng dengan polos, kini tatapan nya mulai melihat kearah rambut Regan yang masih basah dan berponi. Ganteng banget, om regan. "Rambut om kalau dirumah emang begini ya, jadi lebih imut karena punya poni." Ucap Alana yang entah apakah bisa disebut sebuah pujian atau ejekan bagi Regan. Regan mengangguk. "Jangan mengalihkan pembicaraan, kenapa kamu belum tidur juga padahal sudah malam begini?" Tanya Regan menyindir satu perempuan didepan nya ini. "Karena itu Alana kesini, Alana gak bisa tidur. Jadi mau nyamperin om aja biar ada teman." Ucap Alana tanpa memberi alasan sebenarnya bahwa ia sempat mengintip pria itu yang tengah mandi. Tubuh om regan benar-benar seksi. "Lagian juga, kenapa om baru mandi. Padahal sudah malam begini!" Omel Alana yang hampir saja keceplosan. Ini semua karena kamu yang banyak menyita waktuku seharian Alana! "Kenapa Alana bisa bersembunyi dilemari, kamu harus tahu kalau itu berbahaya!" Ucap Regan mengalihkan pembicaraan. Alana menggelengkan kepalanya. "Tadi Alana ngintip om Regan mandi, pas om keluar ala—" "Tunggu. Mengintip? Apa barusan Alana baru mengakui sebuah kesalahan?" Tanya Regan pada Alana sembari menatap mata wanita itu yang begitu meneduhkan. Aduh Alana ketahuan! Alana mengangguk pelan lalu mulai menggeleng lagi karena bingung harus menjawab apa. "Mengintip itu tidak baik Alana. Apalagi mengintip orang mandi." Ujar Regan. Alana menundukkan kepalanya merasa bersalah. "Baik, Alana minta maaf dan tidak akan mengintip om mandi lagi." Ucap Alana pada Regan. Regan mengangguk. "Jika kejadian seperti itu terulang kembali apa yang akan Alana lakukan?" Pancing Regan kembali untuk memastikan bahwa Alana sudah mengerti dengan apa yang dia bicarakan sebelum nya. Karena yang regan tahu, Alana itu kadang suka salah menangkap maksud nya. "Kalau om mandi nanti, Alana langsung samper aja kan. Gak usah pake ngintip?" Ujar Alana membuat Regan sukses melebarkan matanya. Sudah aku duga akan begini. "Mau Alana bantu keringkan rambut om?" Tawar Alana memancing singa yang tengah kelaparan dimalam hari. Regan menggelengkan kepalanya. "Alana tolong jaga ucapan mu, om ini pria dewasa." Ujar regan pada Alana

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

SEXY LITTLE SISTER (Bahasa Indonesia)

read
308.5K
bc

Living with sexy CEO

read
277.9K
bc

Tuan Bara (Hasrat Terpendam Sang Majikan)

read
114.9K
bc

Partner in Bed 21+ (Indonesia)

read
2.0M
bc

Nafsu Sang CEO [BAHASA INDONESIA/ON GOING]

read
885.7K
bc

Sexy game with the boss

read
1.1M
bc

My Husband My Step Brother

read
54.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook