BANDIT 3

1789 Words
Adis sedang berbaring di tempat tidurnya, weekend ini memang sedang tidak ada rencana kemanapun. "Tumben anak mama ngga keluyuran? Biasanya kalau weekend begini kamu pinjam mobil mama sayang buat jalan-jalan," goda Ana saat masuk ke kamar anak bungsunya. "Lagi males ma, Adit mana?" "Tadi sih pamitnya mau jalan bareng Edo dan Aldric, kamu ngga ikutan Dis?" Terang Ana. Adis mengangguk. "Ngga ma, mau di kamar aja," Adis kembali berbaring dikasurnya. "Dis ada tamu tuh," Dave tiba-tiba muncul di depan pintu kamar Adis. "Siapa sayang?" Tanya Ana sebelum Adis membuka suara. "Cowonya Adis kayaknya ma," goda Dave, Adis sukses melotot, lalu beranjak turun ke ruang tamu tempat tamu yang dibilang kakaknya, Dave, menunggu. "Lho kak Bagas?" Ucap Adis saat melihat Bagas yang berada di ruang tamu rumahnya. Bagas berdiri saat mendengar Adis datang, "Hai Dis!" sapa Bagas.  "Hai kak Bagas ada apa nih?" Bagas menggaruk tengkuknya, "Emm, kamu ada acara keluar?" "Ngga sih kak memangnya kenapa?" Adis duduk di sofa di depan Bagas, Bagas ikut kembali duduk. "Mau ngajakin jalan aja, kamu mau?" Tanya Bagas. "Ya udah, Adis ganti baju dulu ya kak," Bagas mengangguk dan Adis kembali ke kamarnya. Kaos hitam polos dan skinny jeans selutut yang dipilih Adis, yah Adis memang lebih senang pakaian yang terkesan santai. Rambut coklat sebahunya ia ikat asal. Setelah memakai converse hitam kesayangannya, Adis kembali ke ruang tamu menemui Bagas. Dengan sopan Bagas berpamitan pada mama dan kakak Adis lalu mengajak Adis berangkat. Bagas menjalankan mobilnya membelah jalanan ibukota. "Kita mau ke mana kak?" Adis membuka suara setelah beberapa menit mereka dalam mode hening. "Ke wahana bermain mau? Biar ngga bored weekendnya," Bagas tersenyum sumringah, Adis mengangguk setuju. Hari itu mereka habiskan berdua, mencoba berbagai wahana, dari yang biasa sampai yang luar biasa, Adis menikmati weekendnya bersama Bagas. Saat jam makan siang, mereka memilih mencari tempat makan yang nyaman untuk mereka. "Dis," panggil Bagas saat tengah menikmati makan siang, "Ya kak?" Adis menghentikan aktifitas makannya, menatap Bagas. "Ada yang mau kakak bilang, tapi kamu jangan marah ya atau jauhi kakak," pinta Bagas sebelum menyatakan maksudnya. "Oke," Adis mengangguk, "Apaan kak?" "Emm sebenernya kakak itu--" "ADIIISSS!!" pekikan seseorang memotong perkataan Bagas. "Err penghancur suasana," gumam Adis yang masih bisa didengar Bagas. "Wow kalian kencan?" Tanya seseorang yang tadi memanggil Adis. Adis menjitak ketiga orang itu, siapa lagi kalau bukan Adit, Aldric dan Edo. "Ish Bu Ketua, yang manggil kan kembaran lo kenapa gue juga kena?" Gerutu Al. Edo memilih diam ngga mau cari masalah dengan sepupunya. "Kalian stalk gue yah?!!" Adis berkacak pinggang di depan anggota banditnya. "Ih geer banget sih lo!" Adit menoyor lengan Adis, "Justru kita ke sini buat makan siang, nah kalau bukan kencan, kita boleh gabung kan kak Bagas?" Bagas mengangguk dan mengulum senyum, "Silahkan." Akhirnya acara siang itu dikacaukan oleh kehadiran tiga bandit tak diundang. ......... "Maaf ya kak tadi jadi kacau gara-gara tamu tak diundang," ucap Adis dengan nada menyesal, mereka sudah di depan rumah Adis, Adis memilih pulang bareng Bagas. "Iya ngga apa kok, ya udah selamat istirahat ya Dis," Bagas mengacak rambut Adis, Adis tersenyum dan turun dari mobil Bagas. 'Gagal deh mau ngomong' batin Bagas. Setelah Adis masuk ke rumah, Bagas menjalankan mobilnya kembali ke rumahnya. Paginya Adis bangun lebih awal, ia sudah siap dengan kostum jogingnya. "Mau joging princess?" Tanya Dave melihat adik bungsunya baru turun dari lantai dua rumah mereka. "Iya kak," jawabnya singkat. "Lho Adit mana? Biasanya bareng Adit." "Lagi jadi kebo dia kak," Dave terkekeh di ruang makan. Adis keluar dari rumahnya, menghirup udara pagi yang masih segar, jam menunjukan pukul setengah enam pagi, belum banyak polusi udara. Adis melangkahkan kakinya keluar gerbang rumahnya, Lelah berlari mengitari beberapa daerah komplek perumahan tempatnya tinggal, Adis memilih istirahat di taman komplek. Di ambil ponsel di sakunya yang sejak tadi berbunyi. 'Pasti chat grup bbm dari para bandit' pikir Adis. Di buka aplikasi chating onlinenya dan munculah sebuah pesan chat grup yang diduga Adis sudah muncul sejak dirinya lari pagi.     Edo Pradipta: WOY BANDIT!!     Aldric Kusuma: Apaan sih masih pagi Do??!     Edo Pradipta: kebo lo, mana Adis sama Adit? Masih kebo juga?     Aditya Widi: BERISIK!!     Aldric Kusuma: noh wakil bandit ngamuk     Edo Pradipta: bangun Dit bangun atau gue cium lo!     Aditya Widi: parah!! Iya ini gue bangun!     Aldric Kusuma: ketua mana Dit??     Aditya Widi: bentar gue cek... Adis terkekeh melihat chat para banditnya, pesannya berhenti di Adit, bisa ia tebak saat ini kakak kembarnya sedang mencarinya di seisi rumah, jadi Adis sengaja tidak langsung pulang namun menunggu lanjutan dari pesan mereka.     Aditya Widi: lapor!! Ketua hilang dari rumah!! Adis tergelak, untungnya taman sedang sepi, jika ada yang melihatnya mungkin dikira gila.     Edo Pradipta: HAH!! HILANG GIMANA??     Aldric Kusuma: jangan bercanda bung! Adis menahan dirinya untuk tidak membalas, ia yakin Adit sudah tahu dirinya sedang joging pagi karena sudah jadi kebiasaan mereka jika minggu pagi.     Aditya Widi: Serius gue!! Baju2nya juga ngga ada nih di rumah pada panik!! Kali ini Adis kembali tergelak, ia tidak heran lagi dengan kekonyolan saudara kembarnya.     Edo Pradipta: LAPOR POLISI DIT!!     Aldric Kusuma: jangan!! Kalo polisi lama, buat iklan aja!!     Aditya Widi: ngga ada ide lain gitu??!!     Adistya Widi: lapor mentri perikanan, pertambangan, olah raga atau lapor walikota, gubernur, kalau ngga presiden aja yang ngga mainstream!! Tawa Adis kembali meledak di taman, ia yakin kakak kembarnya juga begitu.     Aldric Kusuma: nah bener lo Dit, otak lo encer juga tuh..     Edo Pradipta: WOY AL PEA!! BACA BAIK-BAIK ITU ADIS YANG NGOMONG BUKAN ADIT!!     Aldric Kusuma: Asem namanya mirip salah baca gue!! Adis memutuskan kembali ke rumahnya sebelum taman semakin ramai dan ia di laporkan ke rumah sakit jiwa terdekat. "Haha gila lo Dit!" Adis kembali tertawa saat tiba di rumah dan menemui Adit yang sedang asik bermain game. "Kayak ngga tau gue aja," ucap Adit bangga yang mendapat cibiran dari Adis. "Eh btw ada apaan tadi mereka pagi-pagi chat?" Adit mengecek ponselnya, "tadi pagi sih sebelum si Edo buat chat grup dia bbm gue, ngajak main ngga tau kemana." "Ya udah ayolah kalau gitu, gue juga lagi mau jalan-jalan," Adis beranjak dari sofanya masuk ke kamarnya disusul Adit. Satu jam setelah Adis bersiap, Edo dan Al datang menggunakan mobil Edo. Setelah berpamitan dengan orang tua Adis dan Adit mereka berangkat, "Memang mau ke mana kita?" Tanya Adis "Ke puncak bu ketua, lagi boring di rumah gue jadi ngajak kalian deh," terang Edo masih fokus menyetir. Adis duduk di samping Edo sedangkan Aldric dan Adit di tempat duduk penumpang di belakang mereka. "Gimana Dis persiapan lo?" "Persiapan apaan Al?" Tanya Adis balik tanpa melihat Al. "Itu calon ketua OSIS, gue liat nama lo dua hari lalu di mading sebagai kandidat ketua OSIS," lanjut Al. Adis nampak berpikir di tempatnya, lalu menggedikan bahunya, "ngga tau gue Al, gue aja setuju karena Adit." Al melirik Adit dengan tatapan bertanya, Adit yang mengerti langsung menjawab, "Soalnya si anak baru itu juga calon ketua jadi gue ngga mau kalau dia menang ntar makin seenaknya." "Usul yang masuk akal," timpal Edo sambil melirik Adit lewat spion tengah. "Yah ngga apa juga sih Dis lo jadi ketua, lagi pula lo kan udah pengalaman tuh jadi kapten basket, ketua karate, dan juga ketua bandit ya ngga sob," Al melirik Edo dan Adit, ketiganya terkekeh, Adis mengerucutkan bibirnya. "Kalau kata bokap, Adis itu sebelas dua belas sama nyokap waktu sekolah," imbuh Adit. "Sebelas dua belas gimana Dit?" Tanya Edo, Adis memutar bola matanya, sudah tahu kelanjutan kalimat Adit. "Ya sama-sama populer di sekolah, sama-sama ketua karate, cuma nyokap dulu ngga gabung di basket dan ngga lebih tomboy dari Adis," terang Adit, ketiganya terkekeh kecuali Adis. "Okelah gue ngga heran dari mana lo dapat bakat lo semua Dis termasuk pintarnya lo karena nyokap gue juga bilang gitu," kali ini Al yang bicara. Asiknya mengobrol membuat perjalanan tidak terasa, mereka mengunjungi Villa milik keluarga Pradipta, yang dulu pernah dikunjungi Alan dan teman-temannya. "Dulu orang tua kita sering weekend ke sini, sekarang giliran kita," jelas Edo ketika keempatnya berjalan masuk ke dalam Villa. Saat sampai di Villa mereka di sambut penjaga Villa yang sudah bertahun-tahun menjaga tempat ini. "Gue keliling di luar dulu ya guys," ucap Adis pada ketiga anggotanya. "Mau ditemenin Dis?" Tanya Al. "Ngga usah gue bisa sendiri kok" "Oke, hati-hati Dis" Setengah berlari Adis keluar dari Villa, menuju danau yang tak jauh dari sana. Adis menikmati keindahan di depan matanya. "Mungkin kalau libur nanti gue harus minta ke Mama ngizinin gue menginap di sini," gumam Adis pada dirinya. "Hoi princess!!" Panggil seseorang dengan suara yang familiar di telinga Adis, namun ia yakin bukan salah satu dari Bandit. Adis membalikan badannya melihat sosok yang memanggilnya. "LO?!" tunjuk Adis pada orang tersebut yang ternyata adalah Kevan. "Ngapain lo ke sini??!" Tanya Adis ketus. "Santai aja neng, Villa keluarga gue juga di sini, dan gue memang selalu main ke danau ini ternyata ketemu Princess bandit sekolah," Adis menatap sinis Kevan. "Ngga usah panggil gue Princess!!" gertak Adis yang tidak membuat Kevan takut justru memunculkan senyum miringnya. "Galak banget sih, lagian anggota bandit lo kan sering panggil lo gitu." "Mereka teman-teman gue dan lo bukan siapa-siapa gue!" ucap Adis sinis. "Sedihnya ngga dianggap teman, kan gue juga mau Dis," Kevan memasang wajah pura-pura sedihnya. Darah Adis memanas hingga ubun-ubun, segera ditekan emosinya, "Lo ngga usah sok kenal sama gue!" Bentak Adis lalu berbalik untuk kembali ke Villa. "Siapa yang ngga kenal Radistya Widiyanto?" Langkah Adis tertahan, "anak pengusaha kaya dari Widi Corp., most wanted di sekolah, kapten basket, ketua karate, ketua bandit, memiliki saudara kembar bernama Raditya Widiyanto, peringkat teratas dalam hal akademik, memiliki beberapa bakat lain seperti menembak, cantik namun sayangnya tomboy, dan juga jago bermain musik, karena beberapa bakat yang diturunkan oleh sang Mama tercinta 'Alana Josephine Pradipta atau Widiyanto', oh iya pecinta kripik kentang dan paling benci kripik udang, right?" terang Kevan panjang lebar. Adis masih terdiam di tempatnya, perlahan ia balikan badannya melangkahkan kakinya hingga lebih dekat dengan Kevan. Adis mencondongkan badannya agar lebih dekat dengan Kevan lalu membisikan sebuah kalimat, "thanks Fans... or i can call you My Stalker?" Adis menjauhkan tubuhnya lalu berbalik dan pergi, Kevan terpaku di tempatnya, seringainya kembali muncul. "LO KETEMU KEVAN??!!" pekik ketiga temannya bersamaan, tiga jitakan melayang di kepala ketiganya membuat mereka meringis. "KALIAN MAU BUAT GUE TULI PARSIAL APA??!" bentak Adis kesal, ketiganya menyengir. "Udah ah ngga usah bahas tuh anak lagi, cukup dia jadi rival gue di pencalonan OSIS gue males berurusan lebih," Adis masih dengan rasa kesalnya. "Tapi dia bisa tahu banyak soal lo, bahkan hal terkecil seperti kripik kentang atau jangan-jangan dia mata-mata Dis??" Terka Edo asal. Adis memutar bola matanya jengah, menatap aneh ketiga anggota banditnya. Adis memutuskan meninggalkan ketiga temannya dan masuk ke kamar yang pernah di tempati Mamanya saat menginap di sini hingga malam tiba dan mereka kembali ke rumah karena besok harus kembali bersekolah. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD