BANDIT 4

1764 Words
"Tumben si preman ngga berulah beberapa hari ini" "Ya iyalah, kan dia lagi jadi kandidat ketua OSIS, jadi butuh banyak dukungan" "Woy gosip mulu!!" Adis duduk diantara Edo dan Al yang sedang asik dengan pembicaraan mereka. "Hai bu ketuaaa!!" Sapa Edo dan Al bersamaan, yang di sapa hanya memutar bola matanya jengah. "Mana Adit?" Tanya Adis karena tidak melihat kakak kembarnya bersama kedua sahabatnya. Edo dan Al menggidikan bahunya. "Kan lo kembarannya masa ngga tahu" "Yee gue kembaran bukan baby sitter yang harus momong Adit tiap jam, udah gede gini" sewot Adis. Semenit kemudian yang di bicarakan datang, Adit. "Panjang umur lo Dit, baru aja si Adis nyariin lo" ujar Edo. "Kenapa? Kangen ya??" Adit menaik turunkan kedua alisnya sambil merangkul Adis, Adis menatap Adit jengah, "Eh iya Dis tadi kak Bagas nyariin lo" lanjut Adit. "Ada apa memangnya?"  Adit menggedikan bahunya "mana gue tau" Adis beranjak keluar kelas tanpa menghiraukan pertanyaan teman-temannya. "Kata Adit, kak Bagas cari Adis tadi?" Adis menghampiri Bagas. "Eh iya, nanti pulang sekolah ada acara Dis?" Tanya Bagas,  Adis berpikir sebentar, "latihan basket kak" Bagas mengangguk sekilas, "habis latihan bisa ikut rapat persiapan pemilihan OSIS? akan ada pengarahan untuk para calon ketua soalnya" "Oke kak, bisa kok" ucap Adis pasti, Bagas tersenyum. Adis langsung pamit kembali ke kelas, begitupun Bagas. Seperti yang dibilang Adis, pulang sekolah ia langsung melaksanakan latihannya di lapangan basket indoor sekolahnya. Tadi sebelum latihan Adis menceritakan pada Adit kalau dia ada rapat OSIS, jadi Adit pulang lebih dulu. "Udah selesai latihan?" Tanya Bagas yang muncul tiba-tiba saat Adis baru keluar ruang ganti. "Lho kakak kok di sini? Bukannya di ruang rapat?" "Sengaja mau jemput kamu Dis" Bagas memberikan senyuman mautnya, Adis nampak salah tingkah. Mereka berjalan beriringan menuju ruang OSIS tempat diadakannya rapat. Nampak Kevan juga sudah berada di sana, menatap kedatangan Adis dan Bagas dengan tatapan yang tak terbaca namun hanya di acuhkah Adis. Adis terpaksa duduk di samping Kevan, karena tempat lain sudah diisi calon kandidat yang lain beserta para anggota OSIS. "Baiklah karena sudah semua berkumpul rapat akan kita mulai" ujar Bagas membuka rapat. Bagas menjelaskan apa yang harus mereka lakukan sebagai kandidat, termasuk kampanye agar siswa memberikan suara untuk mereka. "Saya yakin kalian pernah melihat proses pemilu, di sini kalian juga akan melakukan kampanye, kalian boleh buat brosur tentang diri serta visi misi kalian dan akan di pasang di mading, saya yakin kalian bisa membuat siswa simpatik dengan kalian, namun saya ingin kalian kampanye secara sportif, jangan ada kecurangan dan juga tidak mengotori area sekolah dengan menempelkan brosur sembarangan, attitude kalian juga akan menarik simpati siswa sekolah" terang Bagas panjang lebar. Otak Adis sedang buntu, ia bingung mau kampanye macam apa, berbeda dengan Kevan di sampingnya yang sepertinya sudah memiliki berjuta ide di otaknya. 'Gue perlu bantuan bandit nih' batin Adis. "Nantinya satu hari sebelum hari H, kalian di beri kesempatan menyampaikan secara langsung visi misi atau program rencana kalian jika terpilih, saya harap saat itu kalian gunakan sebaik-baiknya untuk menarik perhatian siswa, tapi saya mau tidak ada kalimat menjatuhkan kandidat lain karena itu dapat mengurangi penilaian pada diri kalian, lebih baik pidato hanya fokus pada diri kalian, apa dapat di pahami?" Semua kandidat mengangguk paham. "Apa ada pertanyaan?" Lanjut Bagas. Kelas nampak hening, terlihat para kandidat sibuk dengan pikiran mereka. "Baiklah jika tidak ada pertanyaan, rapat ini saya tutup, dan untuk para kandidat selamat berjuang untuk kalian," Bagas kembali memasang senyum manisnya yang selalu membuat siswi sekolah klepek-klepek. Semua kandidat beranjak keluar kelas beserta para anggota OSIS, kecuali Kevan dan Adis. Adis masih dengan pikirannya di tempatnya sampai tidak sadar ia dan Kevan hanya berdua di ruangan itu. Kevan yang sudah sadar melihat Adis yang masih asik dengan pikirannya dengan tatapan heran. Satu tepukan Kevan di bahu Adis membuat gadis itu terlonjak kaget. "Ck, baru juga masa kampanye udah stress berat lo" sidir Kevan. Adis berdecih, "ngga usah sok tau lo" Adis beranjak berdiri dan mengambil tas punggungnya. Kevan menahan pergelangan tangan Adis, "selamat berjuang Princess" ucapnya dengan seringaian. Adis tersenyum miring dan mencekal tangan Kevan dari pergelangan tangannya lalu melenggang pergi dari ruangan. "Gue bingung guys mau kampanye gimana?" Sungut Adis sambil mengunyah kripik kentang di tangannya. Siang itu sepulang rapat, Adit menjemput Adis dan mereka tidak langsung pulang namun mampir ke rumah Edo, Al sudah ada di sana lebih dulu. Aldric duduk di samping Adis, merangkul pundak sahabatnya, "lo tenang aja Dis, lo selalu punya Bandit yang selalu bisa lo andalkan" Al mengerling pada Adis, Adis tersenyum sumringah, memeluk Al erat, ya pelukan sahabat. "Thanks ya Al, thanks guys, gue kira lo yang paling konyol di sini ternyata lo yang juga yang bisa bikin gue tenang Al" Adis menyengir, Al sempat cemberut mendengar kata konyol namun sedetik kemudian ia kembali tersenyum. "Iya lo ngga usah khawatir Dis, kita selalu bantu lo kok bu ketua" imbuh Edo, "Edo bener Dis, itu kan fungsinya sahabat dan juga saudara" timpal Adit, Adis beranjak memeluk ketiga sahabat sekaligus saudaranya dengan erat, seperti teletubies. 'Baiklah masa perang tiba' batin Adis semangat. Bagas Nael: bagaimana persiapanmu Dis? Satu pesan bbm dari Bagas mengalihkan Adis dari buku tugasnya. Adistya Widi: doain aja kak :) Bagas Nael: pasti kok ;) Adis tersenyum membaca balasan Bagas, ia tidak membalas pesan Bagas dan melanjutkan tugasnya, lagi pula ia bingung mau membalas apa. ---- Paginya di sekolah, Adis menduga bahwa sudah di mulai acara kampanye, terlihat beberapa brosur kandidat sudah terpampang di mading sekolah. Namun Adis belum menyiapkan brosur apapun. Kevan juga memulai aksinya, predikatnya sebagai most wanted baru di sekolah tidak ia sia-siakan, terbukti pagi ini banyak siswa yang berkumpul histeris di lapangan sekolah hanya karena Kevan membagikan setangkai mawar pada beberapa siswi yang beruntung. 'Norak banget sih' sungut Adis dalam hati melihat pemandangan yang membuat moodnya drop. "Kamu mau juga kampanye seperti itu?" Tanya Bagas yang tiba-tiba muncul di samping Adis yang masih melihat pemandangan kampanye Kevan. "Ngga mungkin kalau pakai cara begitu" ucap Adis datar. "Siapa bilang? Kamu lupa kalau kamu juga most wanted di sini? Kakak tahu kok kamu sering dapat surat cinta atau hadiah di lokermu" Adis menatap Bagas bingung, lalu mengalihkan kembali ke lapangan di mana para siswi masih asik histeris. "Aku bakal susah tidur karena takut kalau lihat para cowo yang histeris gitu ke aku kak" Adis beranjak menuju kelasnya, sedangkan Bagas terkekeh di tempatnya. Di lapangan, Kevan diam-diam juga memperhatikan Adis yang tadi sempat melihat kehebohan yang ia buat dengan tatapan tak terbaca. "Ya udah lo juga bisa buat heboh sekolah kok Dis" ucap Adit saat Adis menceritakan pemandangan yang ia lihat tadi. "Bener kata Adit, lo cuma perlu ubah sedikit style lo jadi sedikit feminim, ngga usah terlalu cewe, gue juga ngga mau bos bandit jadi cewe banget hehe" cengir Aldric. Adis nampak berpikir, ia melihat penampilannya yang memang tidak feminim sama sekali walaupun memakai rok ke sekolah. "Gue tahu siapa yang bisa bantu lo Dis, dan dia orang terdekat lo, nanti pulang sekolah kita ke sana, gimana? Setuju?" Adis mengangguk antusias mendengar usul Edo. Percakapan mereka terhenti saat Kevan masuk kelas beserta bel pelajaran dimulai berbunyi. "Rumah Sakit? Ngapain kita ke rumah sakit Mama gue?" Adis terbengong saat turun dari mobil Edo. Pulang sekolah tadi Edo langsung mengajak Adis, sedangkan Adit dan Aldric memilih untuk pulang. "Nyokap lo lagi di sini kan?" Adis mengangguk bingung. "Lho Adis, Edo, ada apa ke sini sayang?" Tanya Ana melihat anak dan keponakannya masuk ke ruangannya. "Siang Aunty, ini Edo mau minta tolong sama Aunty" ucap Edo, Adis masih dengan kebingungannya. "Boleh, apa itu Edo?" Tanya Ana. "Kan kata Uncle, Adis mirip sama Aunty waktu sekolah, tapi Adis lebih tomboy, bisa ngga Aunty buat Adis tetap jadi dirinya tapi sedikit feminim gitu seperti Aunty dulu?" Kebingungan Adis hilang, jadi ini maksud Edo membawa dirinya menemui Mamanya. Ana terkekeh di kursinya, "itu soal mudah, besok kamu akan lihat sedikit perubahan pada Adis" Ana mengerling pada Adis, Edo tersenyum lega, "baiklah Aunty." "Mama mau buat Adis bagaimana?" Tanya Adis saat dirinya dan Ana sudah berada di kamarnya. "Mama mau buat kamu seperti mama dulu, gadis tomboy yang manis, mama ngga mau ubah kamu jadi orang lain, tetap jadi Adis anak mama yang tomboy tapi dengan sedikit sihir mama" ucap Ana seperti ibu peri dalam dongeng menurut Adis. Adis hanya mengangguk. "Wah princess papa cantik banget hari ini" puji Geo pada anak bungsunya saat Adis baru tiba di ruang makan. "Asli Dis, lo kalau kayak gitu bisa nambah banyak fans lo di sekolah" seru Adit dengan tatapan wownya melihat Adis. "Gini dong tiap hari kan cantik Princess" imbuh Dave, Adis jadi salah tingkah pada pujian keluarganya, sang mama hanya tersenyum di samping papanya. Penampilan Adis memang seperti biasa, tomboy, namun wajahnya yang tidak pernah dipoles kini semakin manis oleh sihir mamanya. Make up tipis natural dan lipgloss pink di bibir yang di ajarkan mamanya semalam membuat Adis semakin manis. Perubahannya memang hanya sedikit, tidak ada kalung-kalung girly atau jepit-jepit lucu menghias rambut, rambut sebahunya yang biasa ia ikat satu, kini hanya digerai rapi. Namun perubahan sedikit itu berdampak besar bagi Adis, pasalnya para siswa di sekolah menjadi heboh saat Adis lewat, ada yang menyapanya, memanggil bahkan menggodanya. Adis hanya tersenyum menanggapi. "Tuh kan bener kamu bisa menggemparkan sekolah" ucap Bagas yang tiba-tiba muncul di sampingnya yang masih berjalan menuju kelas. Kadang Adis bingung Bagas ini jelangkung atau manusia senang tiba-tiba muncul di sampingnya. "Kamu manis banget pagi ini Princess" bisik Bagas lalu beranjak pergi, Adis sukses merona ditempatnya. Bandit Crew ngga kalah terpesona melihat Adis, kecuali Adit yang sudah melihatnya lebih dulu pagi tadi saat akan berangkat sekolah. "Duh tiap hari lo gini kan enak Dis liatnya" goda Aldric. "Maksud lo kemarin ngga enak liat gue?" Sewot Adis, "Eh ngga gitu" Al merutuki ucapannya lalu nyengir gaje pada Adis. "Brosur lo udah gue tempel di mading sesuai permintaan lo Dis" ujar Edo menengahi pembicaraan ngga jelas Adis dan Aldric, "Sip Do" Adis mengacungkan jempolnya. Di tengah pelajaran, Kevan diam-diam memperhatikan perubahan Adis lewat ekor matanya.  'Manis juga lo kalau jadi cewe' ujar Kevan dalam hatinya. "Nih sekolah udah kayak mau pemilu" ucap Edo, saat ini mereka sedang ada di taman sekolah menghabiskan jam istirahat, "Asli, ramai brosur kampanye di beberapa tempat kayak mading" imbuh Adit, "Kalau kita sih tim sukses, ya ngga Dis" Aldric melirik Adis yang asik menikmati kripik kentangnya, Adis hanya mengangguk karena masih mengunyah kripik favoritnya. "Dis, udah siapin pidato lo belum?" Tanya Edo, "Emm behyom ghue tuhis" sahut Adis dengan mulut penuh mengunyah kripiknya, "Kebiasaan lo nih, habisin dulu tuh makanan di mulut" kritik Adit, Adis buru-buru menelan kripiknya lalu menyengir, "Hehe sorry, belum gue tulis, ntar malam deh gue siapin." ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD