BANDIT 5

1247 Words
Besok adalah hari di mana Adis harus berbicara di hadapan ratusan siswa untuk menyampaikan pidatonya sebagai calon ketua OSIS, dan malam ini sejak jam makan malam Adis belum keluar kamar sekalipun. "Dis, Adis.. sayang" panggil Ana seraya mengetuk pintu kamar putrinya, Tidak ada jawaban sama sekali dari Adis. "Belum keluar Ma Adisnya?" Ana menggeleng menjawab pertanyaan putranya, Adit. "Sini Ma biar Adit yang bawain makan malam Adis, mama istirahat aja udah ditunggu Papa" Adit mengambil nampan yang berisi makan malam Adis, Ana pun beranjak turun ke kamarnya. "Dis, ini gue kakak kembar lo yang paling imut, buka dong pintunya, berat nih bawa nampan" ujar Adit di depan pintu kamar Adis, Tak berapa lama Adis membuka pintu kamarnya menampilkan wajah kusutnya, "Kayaknya lo butuh makan" Adit menerobos masuk ke kamar Adis. "Gue pusing Dit" Adis duduk di sofa sebelah Adit dan menyandarkan kepalanya di bahu kakak kembarnya. "Sabar yah Princessku sayang" Adit mengusap pipi Adis dengan lembut. "Nih makan dulu deh, gue juga udah beliin nih beberapa bungkus kripik kentang favorit lo biar semangat" Adit menunjukan kantong plastik yang cukup besar berisi beberapa bungkus kripik kentang. "WAAHH THANK YOU SO MUCH MY TWIN" Seru Adis lalu memeluk erat Adit. "Sama-sama My lovely Twin" Adit menepuk pelan punggung Adis. "Malam ini gue tidur kamar lo ya, gue bantuin latihan" ucap Adit, Adis melepas pelukannya dan mengangguk semangat. Setelah menghabiskan makan malamnya dengan di suapi Adit, Adis kembali berlatih lebih semangat karena ada saudara kembar tercintanya yang membantunya malam ini. _____ "Selamat Datang kepada teman-teman dari kelas 10 hingga kelas 12 di acara temu langsung para kandidat calon ketua OSIS SMA kita, jika beberapa hari ini kalian membaca visi misi mereka di beberapa mading serta kantin sekolah, kali ini mereka akan menyampaikan secara langsung lewat pidato singkat mereka, dan melalui kesempatan ini saya harap kalian dapat menentukan siapa kandidat yang pantas memimpin OSIS selanjutnya." Ucap Bagas cukup panjang membuka acara pidato siang itu, kelas-kelas sengaja diliburkan dari jam istirahat pertama karena akan diadakan acara OSIS. "Saya persilahkan kepada calon-calon ketua OSIS untuk maju ke panggung," para kandidat terlihat menaiki panggung yang sengaja dipasang di ruang Aula, termasuk Kevan dan Adis yang berdiri berdampingan. "Baiklah kalian boleh perkenalkan lebih dulu nama kalian masing-masing," Bagas memberikan microfon kepada kandidat pertama. Semua kandidat berjumlah 10 orang. Perkenalan di mulai hingga giliran Kevan. Ketika Kevan memegang mic, banyak siswi yang menyorakan namanya hingga Bagas harus terlebih dahulu menenangkan keadaan sebelum Kevan bicara. "Terima kasih, perkenalkan nama saya Kevan Justine Wijaya," siswi yang tadi bersorak, mereka kembali histeris saat Kevan melemparkan senyuman mautnya. Hal yang sama terjadi ketika giliran Adis menerima mic, tidak hanya beberapa siswi namun siswa-siswa sekolah tidak mau kalah bersorak, ketiga rekan banditnya sampai takjub melihat sambutan pada ketua mereka. "Terima kasih, perkenalkan nama saya Radistya Widiyanto, kalian bisa memanggil saya Adis." "HAAAII ADIIIIISS!!" teriak beberapa siswa saat Adis selesai memperkenalkan dirinya, Adis menahan kekehannya dan hanya tersenyum mendengar teriakan para siswa. "Wah sepertinya Kevan dan Adis sudah sangat terkenal di sini, kalau begitu saya selaku ketua OSIS yang masih menjabat mempersilahkan para kandidat mempersiapkan terlebih dahulu diri kalian sebelum menyampaikan pidato kalian," para kandidat turun dari panggung, untuk mengisi kekosongan, Bagas mempersilahkan band sekolah mengisi waktu kosong sebelum acara utama dimulai. "Dis gue yakin lo bisa!" bisik Edo yang duduk tepat di belakang Adis sambil menepuk pelan pundak sepupunya. "Thanks Do," bisik Adis seraya memberikan senyumannya. Adit dan Aldric juga ikut memberi dukungan semangat padanya. Acara puncak di mulai, satu persatu kandidat maju ke depan menyampaikan wacana mereka masing-masing. Tepuk riuh para siswa mengisi ruang aula setiap kali kandidat usai berpidato. "Nah, kini giliran Kevan Justine Wijaya," ucap Bagas memanggil nama Kevan. Dengan percaya diri Kevan naik ke panggung berdiri di belakang podium. Riuh kembali terdengar seiring langkah Kevan menuju panggung. "Selamat siang semuanya!" sapa Kevan membuka pidatonya. "SIAAAAAANG!!" sahut para siswa dari tempat duduk mereka. Kevan memulai pidatonya, menyampaikan beberapa Visi dan Misinya jika terpilih nanti, bahkan ia sampai berjanji tidak akan menjadi siswa yang seenaknya lagi jika menjadi ketua OSIS nanti. 'I hope so' gumam Adis saat mendengar ucapan Kevan soal sifatnya yang akan ia ubah. Tidak mau kalah dari Kevan, sambutan meriah juga diterima oleh Adis saat berjalan ke panggung bahkan ketika mengucapkan pidato singkatnya serta saat menutup pidatonya. "Oke, pidato dari Radistya tadi sekaligus menutup acara kampanye pemilihan ketua OSIS tahun ini, saya yakin teman-teman semua sudah memiliki pilihan masing-masing, besok siang di tempat ini, akan dilaksanakan pemungutan vote bagi para kandidat, menentukan ketua serta wakil OSIS yang baru. Saya mengharapkan partisipasi teman-teman sekalian." ---- "Pidato lo keren banget tadi Dis, suer deh" puji Al saat dirinya dan ketiga sahabatnya sedang berkumpul di lapangan outdoor basket seperti biasa. "Siapa dulu yang bantuin semalaman" Adit mengerling pada Adis. Adis terkekeh, "iya berkat bantuan kalian pastinya gue jadi semangat." Keesokan siangnya, tiba saat pemilihan. Semua kandidat nampak tegang di tempat mereka, tak terkecuali Adis. Sedangkan Kevan asik dengan pikirannya sendiri, terkadang Adis heran melihat tingkah makhluk yang sedang duduk di sebelahnya ini terkesan ajaib dan aneh. "Gue tau gue ganteng, ngga usah terpesona gitu kali" sindir Kevan saat tahu Adis sesekali memperhatikannya. Adis berdecih pelan, "pede banget lo jadi orang" "Kalau gue ngga pede ngga bakal nyalonin diri jadi ketua sekarang" jawab Kevan santai. Adis memutar bola matanya jengah, "yeah whatever." Kevan menyeringai. "Sekarang kami akan menghitung vote yang telah dikumpulkan," ucap Bagas lalu beranjak menuju kumpulan anggota OSIS lainnya. "Kenapa ngga dihitung langsung sih kayak acara pemilu biasanya," gumam Adis namun terdengar Kevan. "Suka-suka mereka lah." ujar Kevan datar. Adis melirik Kevan sekilas lalu memasang senyum miringnya, "gue ngga ngomong sama lo." "Apa segitu stressnya lo sama pemilu ini sampai ngomong sendiri?" Kevan kembali menyindir, Adis menahan emosinya saat ini, ia sadar akan sikon yang tidak mendukung untuknya menghajar cowo di sampingnya saat ini. Bagas kembali ke panggung, sepertinya mereka sudah selesai menghitung. "Yak!" Bagas membuka suara, "saya merasa takjub dengan vote kali ini, persaingan sengit oleh dua kandidat, saya tidak menyangka bahwa hasilnya akan seimbang seperti ini, saya rasa mereka adalah dua orang yang sangat berpengaruh di sekolah ini." Adis berharap bahwa bukan dirinya dan makhluk di sebelahnya yang di maksud Bagas, siapa lagi kalau bukan Kevan. Sedangkan Kevan menatap jengah pada basa basi Bagas. "Kalau begitu, tanpa menunggu lama akan saya panggilkan kedua kandidat yang sepertinya masih akan bersaing saat ini." Aula nampak senyap, tidak ada yang berkomentar menunggu Bagas menyebutkan kedua kandidat yang ia maksud. Ya walau sudah yakin siapa pastinya yang akan Bagas sebutkan, siapa lagi dua makhluk yang berpengaruh di sekolah mereka kalau bukan... "RADISTYA WIDIYANTO DAN KEVAN WIJAYA!!" Sorak gempita memenuhi ruang Aula ketika Bagas menyerukan kedua nama yang sudah populer di sekolah mereka, tepuk tangan riuh juga terdengar, sudah seperti acara pencarian bakat besar di tv cara para siswa menyorakan nama kedua makhluk yang saat ini sedang berjalan menuju panggung tempat Bagas berdiri. Adis di sisi kiri Bagas sedangkan Kevan di sisi kanan Bagas. "Baiklah, kita akan melakukan voting sekali lagi, kali ini pilihan kalian hanya dua, Adis atau Kevan, sedangkan para kandidat yang lain sudah kami tempatkan di tugas lain sebagai pengurus OSIS, yaitu bendahara, sekretaris, serta beberapa tugas inti sesuai urutan jumlah suara yang kalian peroleh, dan saat ini saya beri waktu sepuluh menit untuk mempersiapkan voting kalian." Sementara Bagas berbicara, aura aneh melingkupi kedua rival ini, Adis dan Kevan, jelas Adis tidak ingin kalah dari Kevan, begitu pula sebaliknya, mereka masih saling melempar tatapan sinis hingga intruksi Bagas bahwa vote akan dimulai kembali, menyadarkan mereka untuk fokus. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD