3. Kevin Dhananjaya

1085 Words
        Setelah acara mingguan mereka di apartement Callyssta dan menginap di apartement sahabatnya itu. Kevin memilih kembali ke apartement miliknya. Ia harus membersihkan diri walaupun sebenernya ia bisa membersihkan dirinya di apartement Callyssta tapi ia enggan.         Kevin melihat tetangga apartementnya yang sedang berantem. Ia tidak tahu mana yang menjadi tetangganya yang wanita atau yang pria. Karena yang ia tahu apartement sebelah itu kosong, entah sejak kapan sudah berpenghuni.         Wanita yang sedang bertengkar itu melihatnya dan tersenyum padanya. Kevin mengernyitkan keningnya bingung kenapa wanita itu tersenyum padanya. Wanita itu memanggilnya dengan gerakan tangan, Kevin mendekatinya mungkin saja lagi butuh pertolongan pikirnya. “Jangan ganggu aku lagi karena sampai kapanpun aku ga akan pernah mau balikan sama kamu. Aku udah ga butuh kamu lagi, jadi jangan pernah cari dan temui aku lagi karena kamu bukan siapa-siapa aku lagi.” Kevin jelas heran, ngapain dia dipanggil sedangkan urusan wanita ini belum selesai dengan pria yang berada di hadapannya. “Apa ada hubungannya dengan pria ini?” Tanya pria itu pada Kevin membuat Kevin mengernyitkan keningnya. Dia bingungkan apa yang sedang terjadi. Tapi satu yang  Kevin tangkap bahwa orang ini adalah mantan kekasih dan si pria maksa buat balikan dan wanita tidak mau balikan. “Yap dia pacar baruku sekarang. Iyakan sayang.” Wanita itu langsung menggandeng Kevin membuat Kevin lebih bingung dan terkejut lagi. Permainan apa yang saat ini sedang dihadapinya. Pria itu tertawa melihat Kevin dari atas sampai bawah membuat Kevin tak suka dengan pandangan rendahan pria itu. “Seleramu jelas berbeda sekali dengan yang biasanya, jelas ini bukan kekasihmu dan aku ga percaya bahwa kalian punya hubungan. Jangan coba-coba menipu karena tidak semudah itu aku percaya. Apa lagi pria ini masih terlalu muda buatmu dan jauh dari kriteriamu.” Wanita itu segera menarik  Kevin menghadapnya dan mencium Kevin dengan kasar dan menuntut.         Jelas hal itu membuat Kevin terkejut bukan main, karena pasalnya ini pertama kalinya ada seorang wanita yang berani langsung menciumnya. Selama ini ia lah orang yang memulai jikalau ada yang berani memulai mereka harus meminta izin dulu pada Kevin. Tetapi reaksi Kevin saat ini langsung nalar dan ia membalas ciuman wanita itu dengan sama menuntut membuat keduanya saling bertautan dalam ciuman. Tak lama keduanya melepaskan diri karena membutuhkan oksigen. “Apakah harus seperti itu dulu kamu baru percaya kalau kami punya hubungan?” Tanya wanita itu sarkas dan Kevin masih merasakan bekas ciuman yang baru saja terjadi di antara mereka. “Kamu gila!” Kata pria tersebut. “Ya aku emang gila! Jadi mending sekarang kamu pergi dan jangan kembali lagi. Karena aku sudah punya yang lain!” Setelah mengatakan itu wanita tersebut menarik Kevin masuk ke dalam apartementnya semakin membuat Kevin jelas bingung dan terkejut.         Setelah menutup pintu apartementnya dengan keras wanita itu menarik nafasnya dengan keras lalu mengeluarkannya kembali dengan kasar dan bersandar pada pintu menatap Kevin dan tersenyum tidak enak. Wanita itu menarik Kevin untuk duduk di sofa yang tersedia di apartment tersebut. “Sorry ya gue bukan maksud mau kurang aja buat langsung cium Lo gitu aja. Kalau ga kayak gitu orang yang diluar tadi terus gangguin hidup gue. Udah bengah banget gue diganggu sama dia, maksa gue buat balikan. Sorry ya.” Kata wanita itu penuh sesal. “Okey santai gue ngerti. Ga masalah kok.” Kevin menerimanya dengan santai. Gimana ga santai orang dia juga menikmatinya kok wanita itu aja yang ga sadar kalau dia juga sedang dimanfaatkan Kevin. Lumayan Kevin udah lama jomblo baru beberapa minggu yang lalu putuskan jadi bibirnya udah lama ga dicium. “Makasih banyak ya. Sekali lagi makasih, gue berharap setelah itu dia ga balik lagi dan gangguin gue.” Kevin memperhatikan wanita yang berada di hadapannya ini dengan seksama.         Rambut panjang, kulit kuning langsat, tinggi, mata sedikit tajam, hidung mancung, bibir yang sedikit tebal sehingga ia bisa merasakan kenyal dan nyaman saat berciuman. Kevin bisa melihat bahwa wanita tersebut jelas lebih tua di atasnya. “Lo baru pindah ya?” Tanya Kevin tiba-tiba. “Hah? Oh iya.” Awalnya wanita itu bingung tapi akhirnya dia mengerti dengan pertanyaan Kevin. “Gue baru seminggu pindah.” Lanjut wanita itu. Kevin menganggukkan kepalanya mengerti. Jelas Kevin tidak tahu karena pria itu bukanlah anak rumahan yang bertahan tinggal di apartement. Kevin tipe orang yang sesekali pulang dan kalaupun pulang malam, mana ada orang pindahan malam. Makanya Kevin tidak tahu, baru hari ini aja dia cepat pulang. “Lo udah lama ya? Kenalin gue Agatha Diviya. Panggil aja Agatha.” Wanita itu mengulurkan tangannya, lalu Kevin membalas uluran tersebut. “Kevin Dhananjaya, panggil aja Kevin.” Jawab Kevin dengan tersenyum dan wanita itu juga tersenyum dan untuk pertama kalinya seorang Kevin suka senyuman seorang wanita. Selama ini jikalau ada wanita yang tersenyum padanya ia hanya biasa saja dan tidak peduli. “Lo anaknya dokter Dhananjaya yang terkenal itu?” Kevin tersenyum masam dan ia melepaskan tangannya. Seketika ia menyesal menyebutkan nama lengkapnya, karena semua orang pasti jelas mengetahui siapa Orangtuanya terkhusus Papanya. “Jangan pandang gue yang gimana-gimana karena gue anak Bapak Dhananjaya, lihat aja gue sebagai Kevin jangan pandang bokap gue.” Agatha jelas tidak mengerti maksud dari Kevin. “Lo kerja?” Tanya Kevin mengalihkan. “Yaapp gue pegawai Bank, Lo masih kuliah?” Kevin menganggukkan kepalanya. Agatha jelas tahu Kevin masih kuliah. “Yaudah kalau gitu gue balik dulu.” Kata Kevin yang sudah bangkit berdiri. “Eh tunggu dulu, boleh bentar lagi ga? Gue takut mantan gue masih diluar kan kalau dia lihat Lo keluar aneh.” Kevin mengerti dan kembali duduk. “Lo tinggal disebelah gue?” Kevin menganggukkan kepalanya. “Kalau Lo denger ada suara berisik dari apartement gue harap maklum ya. Temen-temen gue suka datang dan ngumpul, jadi ya Lo tahulah gimana.” Agatha menganggukkan kepalanya mengerti. Tak masalah bagi Agatha karena Kevin sudah membantunya itu sudah jauh lebih dari cukup. “Gue tinggal bentar untuk mandi boleh?” Tanya Agatha. “Oke.” Jawab Kevin.         Kevin melihat apartemnet milik Agatha. Apartement yang mereka tempati memang mempunyai tipe-tipe yang jelas berbeda. Nah kebetulan apartementnya dan Agatha jelas berbeda. Lantai apartement mereka ini mempunyai dua tipe apartement.         Apartement yang dimiliki Kevin jelas lebih besar dibandingkan milik Agatha. Kevin bisa melihat hanya ada satu kamar di dalam tersebut. Kalau apartement miliknya ada tiga kamar, karena teman-temannya juga sering menginap maka sangat menguntungkan bagi Kevin mempunyai apartement yang banyak kamarnya.         Ruang tamu milik Agatha juga tidak seluas ruang tamu miliknya, ada satu kamar mandi dekat dapur sama seperti miliknya dan dapur yang juga lebih kecil dibandingkan miliknya. Namun satu yang Kevin suka apartement Agatha jelas lebih rapid an berwarna dibandingkan apartement miliknya.         Kevin bisa menilai bahwa Agatha sangat telaten dalam mengurus barang dan bersih-bersih jelas berbeda darinya ataupun wanita-wanita yang pernah ia kencani. Karena ketika Kevin datang ke apartement wanita-wanita tersebut tidak ada yang Kevin temui serapi dan sebersih milik Agatha.         Lalu Kevin juga merasa ada teman baru di apartement lebih baik. Ini pertama kalinya Kevin mempunyai teman walaupun ia sudah cukup lama tinggal di situ. Mudah-mudahan mendapat teman yang baru akan ada hal yang baru pula nantinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD