Lembur penuh gairah

1254 Words
Sesuai perkiraan Alex. Meskipun mereka tidak saling mengenal sebelumnya. Namun dari sejak dia bertemu dengan gadis tersebut. Tidak butuh waktu lama untuk Alex dapat memahami karakter rekan di kehidupan terdekatnya. Sari adalah pribadi yang ceplas-ceplos, jujur, pemberani namun juga realistis. Saat Alex baru saja melangkahkan kakinya menuju pintu masuk rumah. Pria itu sudah melihat Sari tengah menggendong Firdaus sambil menyuapi roti. Tidak ada sedikitpun raut kecewa ataupun marah yang perempuan itu perlihatkan saat berhubungan dengan Firdaus. Meskipun tadi siang sikap Alex sudah sangat keterlaluan dan kelewat batas, Namun wanita itu masih bisa bersikap tenang dan menebarkan senyumannya seolah-olah tidak pernah ada yang terjadi selama siang tadi. "Aunty Sali, Belum jawab peltanyaan Daus. Kenapa aunty tadi siang pulangnya nyekel ? Emangna Aunty tidak punya sepatu ?" Saat lamunannya tertuju pada Sari, Firdaus dari ujung sana tiba-tiba saja mengemukakan pertanyaannya mengenai alasan Sari pulang dari luar dengan tanpa menggunakan alas kaki. Alex pun menajamkan pendengarannya, tepat saat Sari terlihat mengangkat bibirnya hendak menjawab pertanyaan putra angkatnya. Kakinya langsung berjalan dengan pelan ke arah sofa yang terletak di ruang tamu. Alex duduk dengan perlahan sambil memangku jas dan mendengarkan kembali percakapan mereka selanjutnya. "Emmm .. Gimana ya jawabnya ?" Gumam sari terdengar seperti sedang berfikir namun di selingi nada candaan pada putra angkatnya. Posisi Sari yang saat ini kebetulan sedang berada di meja makan. Dia menurunkan Firdaus terlebih dahulu baru menjawab kembali pertanyaan anak asuhnya. "Daus mau tahu alasan kenapa Aunty pulangnya nyeker ?" Tanya-nya lagi sambil mencomot random roti yang ada di tangan majikan kecilnya. Sari memasukan roti tersebut ke dalam mulutnya, Sementara Daus terlihat mengangguk lucu sambil ikut memakan kembali roti miliknya. "Kenapa ?" Tanya firdaus lagi. Sari menarik napasnya sebelum menjawab pertanyaan anak kecil tampan di depannya. Dia ingin sekali menjambak rambut Alex. Jika Sari ingat dengan kejadian itu, darahnya tiba-tiba saja mendidih, dia menyimpan dendam tersembunyi pada pria tersebut perihal hinaannya pagi tadi. "Akan aku balas dia jika sudah tiba waktunya." Gumamnya, tanpa sadar jika tatapan Firdaus masih tertuju padanya. Alex melonggarkan dasinya. Sementara Sari tersenyum canggung karena sudah keceplosan bicara yang tidak baik di hadapan anak kecil. "Ah. Maksud Aunty, Aunty akan balas dendam pada anjing gila yang sudah mencuri Sandal Aunty. Begitu maksudnya sayang. Daus paham kan ?" Jawabnya. Tentu saja firdaus tidak akan menjawab paham. Anak kecil mungil itu malah balik bertanya. "Kenapa anjingna nyuli sendal Aunty ? Anjingna gila ya Aunty ?" Tanya-nya. Wajah mungil dengan pipi bulat dan mata seperti panda lucu, Tentu saja Sari akan tertawa mendengar pertanyaan Firdaus yang secara tidak langsung menghina ayah angkatnya. ".HAHAHA .. Iya, Kamu bener nak, Dia memang anjing gila. Keponakan Aunty memang paling menggemaskan, Paling lucu, paling juara." Cup, Cup, Cup. "Nanti kapan-kapan Kita pukul anjing gilanya ya ! Daus mau kan nanti bantuin Aunty untuk pukul anjingnya !" Pintanya sambil tertawa puas mendapatkan sekutu terbesar di hidupnya. Alex menelan ludahnya kasar saat mendengar bisikan setan, tanda alarm bahaya dari mulut pedas di belakangnya. Meskipun sari tidak menyebutkan namanya, namun dia tahu jelas maksud dari anjing gila itu di tunjukan untuk siapa ?. "Dasar gila." Lanjutnya lagi, sambil tertawa terbahak. Sari terus saja mengatakan anjing gila pada putranya. Dia tidak sadar jika anjing gila tersebut sudah pulang kantor dan sekarang berada tepat di belakang mereka. *** Firdaus sudah tidur. Namun Sari masih bingung perihal tempat tidurnya akan berada dimana selama dia tinggal di rumah ini. "Ya gak mungkin kan anak cantik tidurnya di gudang, entar kalo di gigit tikus, malah tikusnya lagi yang mati. Rombongannya kan paling insecure sama wajah cantik aku." Selorohnya, mulai memuji diri sendiri adalah ritual wajib untuk dirinya setiap hari. Kakinya pun tanpa sengaja terus berjalan menuju ruangan lain tempat tadi pagi dia tidur dan berganti baju sebelum bekerja. Saat sudah berada di depan kamar Alex, Kepalanya seketika menggeleng. Dia tidak ingin kembali bertemu pria tersebut apalagi tidur satu ranjang dengannya. "Gila. No Way. Big No." Tepisnya sambil berbalik arah dan menuruni anak tangga. Langkahnya mulai ia ayunkan menuju meja makan. Sari memilih duduk di sana. Dia akan merenung sembari menunggu pembantu yang lain keluar dan menunjukan dimana letak kamarnya malam ini. "Tidak ada yang datang. Kemana sebenarnya semua orang di rumah ini ? Rumah sih boleh mewah, Tapi kalau masalah suasana ? Ini persis seperti kuburan, Pantas saja dulu firdaus seringkali kabur dan pulang ke rumah Christ dan juga Maira. Anak manapun tidak akan ada yang betah jika tinggal terlalu lama di neraka seperti ini." Gerutunya sambil celingak-celinguk menatap sekeliling rumah yang terlihat sangat sepi. Saat Sari baru saja berdiri dan berbalik badan menghadap ke arah tangga, Pandangannya secara tidak sengaja bertemu langsung dengan sosok Alex yang begitu menggoda, Pria itu sepertinya ingin pergi keluar, outfitnya yang tadinya serba formal kini sudah berganti menjadi lebih santai. Alex memakai Celana jeans dan kaos biru Dongker pas badan, Di tutupi jaket tebal panjang yang menutup sempurna badannya sampai di atas lutut, Pria itu terlihat sangat menawan dengan rambut cokelat pirang yang di tata rapih namun juga terlihat sedikit santai. "Mau kemana ? Jam segini dengan penampilan seperti itu tidak mungkin kan dia ingin lembur ?" Gumam sari saat Alex melenggang pergi tanpa sedikitpun melirik kearahnya. Pria tersebut boro-boro menyapa, Menoleh saja dia tidak mau meskipun dia tahu sari sang pengasuh sedang berdiri mematung di depan meja. *** Dentuman musik dan suara teriakan dari pengunjung Bar terdengar menggema begitu Alex menginjakan kakinya di sana. Tujuannya saat ini memang adalah salah satu Bar paling elit di ibu kota Jakarta, Alasan kenapa dia berdandan seperti ini ? Dan mengabaikan sari yang menatapnya tadi saat dia sebelum keluar dari rumah. Bukannya ingin mengabaikan, Alex hanya malas saja ingin menjelaskan apa saat nanti sari bertanya padanya tujuan dia keluar untuk apa ?. Seorang perempuan bertubuh sintal namun seksi melambaikan tangannya, menyuruh Alex untuk menghampiri mejanya. Dengan lampu penerangan yang minim dan bunyi riuh para pengunjung yang saling bersahutan memekikkan telinga. Alex dengan wajah santai dan sedikit ketus, mulai melerai jalan dan menghampiri sang wanita. "Sesuai perkiraan. Selalu tampan dan memuaskan." Puji sang wanita sambil menggelayutkan manja lengannya di leher Alex. Saat sang wanita duduk di atas pahanya, Alex langsung melingkarkan tangannya dia atas pinggul. Dia tersenyum licik dan mengusap e****s pinggul montok milik sang empunya punya. "Tentu saja. Apapun untuk mitra kerja. Meskipun kehadiran kita di sini tidak untuk membahas masalah pekerjaan, Tapi selama anda senang maka saya pun tidak akan pernah keberatan." Bisik nya sambil menenggelamkan habis wajahnya di ceruk leher sang wanita. Alex menyibak rambut panjang milik wanita centil di depannya. Dia mengirup sedalam-dalamnya aroma penuh gairah yang sengaja perempuan itu sebarkan khusus untuk dirinya malam ini. "Aku ingin kau membuktikannya malam ini. Orang-orang selalu berkata, jika selain di atas meja kerja kau juga hebat di atas ranjang." Bisik nya sambil menengadahkan kepala saat Alex dengan nakal menyapukan bibirnya di area sana. Suara geraman dan jambakan halus di belakang kepala Alex cukup membuktikan jika perempuan itu begitu memuja dan mendambakan dirinya. "As you wish honey. Kita akan melakukannya malam ini sesuai dengan apa yang kau minta." Nada serak sekaligus sumbang terdengar dalam setiap kata yang di keluarkan oleh Alex. Sang wanita merasa sudah tidak tahan. Dia menarik lengan Alex untuk segera berdiri dan membawanya menuju sebuah kamar yang sudah dia pesan beberapa jam yang lalu sebelum pria itu datang. "Oh. Alex. Aku benar-benar tidak tahan. Pesona mu begitu memabukan. Kau begitu menggoda tuan Grisham. Bisakah kita langsung pada intinya saja !" Desahnya. Sambil mendekatkan diri semakin rapat dengan d**a bidang milik Alex. Tangannya bergerak lincah. Tidak perlu Alex yang berusaha, perempuan itu sudah menyerahkan sendiri tubuhnya dan memperlakukannya seperti raja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD