03. Pusat Perhatian

1281 Words
Di dalam lift ternyata juga ada 2 rekan Luna, yaitu Roland(orang yang disukai Luna) dan Fanny. Roland yang berada dekat dengan tombol operasi lift langsung menekan tombol ◁▷(buka). Setelah lift terbuka, Luna masuk dan masih terengah-engah. Luna masuk ke lift dengan rambut yang berantakan, berkeringat dan muka merah. Melihat penampilan Luna yang berantakan, membuat Roland dan Fanny cemas. "Ya ampuunn Lunaa,, abis marathon di mana sih kamu Lun?" Ejek Fanny yang juga khawatir dan merapikan rambut Luna dengan tangannya. "Luna, kamu engga apa-apa?" Tanya Roland cemas. Luna kaget dan malu, Luna tidak menyangka di dalam lift ini juga ada Roland(pria yang ditaksir Luna sekaligus cinta pertamanya). Luna langsung mengelap keringat dengan tangannya, namun makin berantakan. "Eh iya Ka Roland,,, Aku engga apa-apa ko." Luna berusaha tenang. ~Malu banget ya ampun,, aku pasti jelek bangett, banjir keringat pula. Pengen nangis rasanya, karena malu.~ Luna menunduk. Luna selalu memakai make up natural seperti bedak, pensil alis, maskara dan liptint. Sebenarnya Luna cantik alami meski tanpa make up, kulit putih bersih, tubuh yang langsing, rambut hitam panjang bergelombang, namun Luna tidak terlalu tinggi, sehingga membuatnya terlihat seperti anak kecil yang polos. "Pake ini aja, Lun." Roland menyodorkan sapu tangan yang di keluarkan dari saku kemejanya untuk Luna. "Oh, makasih Ka Roland." Kata Luna tersenyum, dan menyeka keringat di wajah dan lehernya yang masih bercucuran. "Ekhem,, Ekhem,,," Fanny tersenyum menggoda Luna. Luna mencubit pelan lengan Fanny yang berada di sisinya. "Sstt,,, Mba malu tau!" bisik Luna ke Fanny. Fanny hanya mengangguk dan tersenyum. Dan Roland hanya tersenyum, tanpa mengetahui maksud Luna tadi. Setelah sampai di lt.5 kantor Divisi Management Marketing. Mereka bertiga clocking(absen kehadiran) sidik jari, tanpa terlambat. Luna dan Fanny yang bekerja di team B, satu ruangan langsung menuju ke tempatnya. Sedangkan Roland yang bekerja di divisi yang sama namun berada di team A dan berbeda ruangan dengan Luna. Satu team berisi 4 orang. Roland, Jaya, Sarah dan Mona berada di team A(unggulan). Fanny, Kevin, Karin dan Luna(yang termuda di divisinya) berada di team B. Walaupun bukan team unggulan, namun team B cukup untuk bersaing dengan team A. Kedua team tersebut di bawahi oleh Hardiana(45th~Head Management Marketing), seseorang yang tegas dan disegani bawahannya. Di tempat parkiran DG, Reyhan turun dari mobilnya. Reyhan menelepon asisten sekaligus orang kepercayaannya yang sudah seperti keluarga sendiri. "Halo Jim?" Reyhan. "Iya Boss." Jimmy(Executive Assistant RGF) Reyhan. "Jim,, ada yang urgent ga, di kantor?" Tanya Reyhan. "Masih bisa di handle Boss,, Kenapa ya Boss?" Jimmy bertanya balik. "Gue dateng ke kantor ko, cuma agak siangan soalnya ada urusan bentar." Jelas Reyhan. "Siap Boss,, Oh iya jangan lupa, sore ini ada meeting sama klien di Hotel GAL(Grand Amartha Luxury)." Kata Jimmy. "Iya gue ga lupa. Gue juga sekarang posisinya ga jauh dari kantor ko. Kalo ada apa-apa langsung kasih tau gue ya, Jim." Reyhan. "Siap Boss." Jimmy. Panggilan pun ditutup. Reyhan memasuki lobi kantor DG, menuju meja resepsionis. Semua mata tertuju padanya. Kemana pun Reyhan pergi, Reyhan sudah terbiasa menjadi pusat perhatian. Para perempuan yang melihat Reyhan, langsung memujinya. Terutama ke 2 resepsionis DG. "Gila,, gila,, gila,,, ganteng bangeett." Gita (resepsionis). "Perfecto... Amazing" Mila(resepsionis). "Eh liat, dia lagi ke arah sini loh! Omaigattt bisa pingsan gue! Ngga kuat gantengnya kebangetan." Gita.    Jangankan perempuan bahkan laki-laki saja iri padanya dengan penampilan sempurnanya dari ujung rambut sampai ujung kaki, semua elegan tapi tidak berlebihan dan aura yang memancar dari dirinya. Sampai di meja resepsionis. "Permisi Mba, saya mau bertemu dengan Raya Suherman." Tanya Reyhan. "O,, Oh ma,, maaf,, sudah membuat janji sebelumnya Ka? Eh Pak?" Gita salah tingkah. "Belum." Jawab Reyhan datar. "Ma,, maaf Pak jika mau bertemu Pak CEO harus membuat janji terlebih dahulu dengan Beliau." Mila coba menjelaskan. "Coba kasih tau dulu saja ke Raya." Jawab Reyhan ketus. "Ah ba,, baik. Maaf, dengan Bapak siapa?" Tanya Mila. "Reyhan Rinaldi" jawab Reyhan datar. "Baik, mohon di tunggu sebentar ya Pak." Mila tersenyum sambil mengarahkan Reyhan untuk duduk di sofa yang ada di lobi. Reyhan duduk di sofa yang di arahkan resepsionis tadi sambil melihat ke layar handphone yang bukan miliknya, tapi milik Luna yang tertinggal di mobil tadi. Tidak lama setelah resepsionis menelepon, Raya pun datang sendiri dengan antusias menuju tempat di mana Reyhan duduk untuk menyambut sahabatnya itu yang akhir-akhir ini jarang bertemu karena kesibukan masing-masing. "Brother!" Teriak Raya mendekat ke Reyhan dengan senyum lebar dari wajahnya dan merentangkan tangannya untuk memeluk sahabatnya. "Bro,,," Sahut Reyhan senyum tipis sambil berdiri dan memeluk sahabatnya. "Rey, ngga nyangka gue. Lu mau dateng ke kantor gue yang kecil ini." Raya menyindir sahabatnya itu yang tidak pernah datang ke kantornya, mereka biasa berkumpul di luar. "Ya pengen lihat aja kantor kebanggaan sahabat gue ini, sampe lupa sama sahabatnya sendiri dan jarang banget kumpul bareng." Reyhan menyindir balik. "Oke,, Oke deh Bro,,, hahaa.. Kita ngobrol di ruangan gue aja ya, Bro." Ajak Raya. Reyhan hanya mengangguk, dan mereka naik lift ke lt.8(lantai paling atas ruangan Owner dan Direktur utama/CEO. Setelah sampai mereka melanjutkan perbincangan mereka, dan sekertaris datang membawakan minuman dan snack untuk Reyhan dan Raya. Sekertaris Raya pun curi-curi pandang kepada Reyhan, namun tak dihiraukan dan tetap mengobrol dengan Raya. Setelah mengobrol lama. "Raya sorry,, gue ganggu lu kerja ngga? Kalo lu sibuk gue mau balik ke kantor gue." Tanya Reyhan. "Ngga ko Rey, lu santai aja disini. Gue lagi ga banyak kerjaan ko." Raya. "Oke, thanks.. Oh iya, sebenarnya gue ke sini selain nemuin lu, gue mau balikin hp anaknya istri Papi yang sekarang." Jelas Reyhan. "Maksud lu saudara tiri lu? Ribet banget sih lu, ngomongnya." Tanya Raya. "Ya gitu deh." Jawab Reyhan malas. "Terus? Tunggu gue masih belum ngerti nih maksud omongan lu gimana?" Raya kebingungan. "Ya saudara tiri gue itu kerja di sini, karyawan lu. Gue juga baru tau hari ini, kalau dia kerja di sini. Tadi gue nganterin dia, tapi hp nya ketinggalan di mobil dan mau gue balikin." Jelas Reyhan. "Serius, karyawan gue? Siapa namanya? Bagian/Divisi apa?" Raya antusias.  Raya belum pernah bertemu dengan Ibu tiri Reyhan dan saudara-saudara tirinya. Raya tidak menghadiri acara pernikahan yang di gelar sederhana oleh Ayah Reyhan waktu itu, karena ada perjalanan bisnis ke luar negeri. "Namanya Luna, Luna Zeba. Gue ngga tau dia kerja di bagian apa." Reyhan. "Mau gue panggil ke sini atau gimana?" Tanya Raya. "Engga, engga usah. Oh iya satu lagi, jangan kasih dia perlakuan yang 'special', Oke? Kalo bisa, lu tambahin aja kerjaan ke dia." Reyhan. Raya hanya tersenyum. "Oh iya udah jam makan siang, mau makan dimana nih?" Tanya Raya. "Yang dekat-dekat sini aja. Soalnya jam 2 gue ada meeting, sama klien." Jawab Reyhan. "Apa kita ajak Daniel(sahabat Reyhan dan Raya) aja sekalian?" Tanya Raya. "Hhhh,, kalo jam segini dia tidur." Jelas Reyhan. "Oh iya, ya. Percuma, gak bisa dibangunin. Bangunin dia kan, kaya bangunin kebo." Raya. Raya dan Reyhan turun ke lt. dasar menggunakan lift khusus Direksi. Sedangkan Luna yang dari pagi baru menyadari kalau ponselnya tidak ada, masih mencari-cari keberadaan ponselnya. Luna mencoba menghubungi beberapa kali ke ponselnya itu, tapi di luar jangkauan(tidak aktif). Beberapa teman kantornya juga ikut mencari dan mencoba menghubungi nomer Luna, namun hasilnya nihil. Kantor management marketing. "Gimana Lun masih belum ketemu juga?" Tanya Fanny. "Heu,, belum Mba. Gimana ini, mana ada nomer klien-klien yang harus aku hubungi hari ini." Rengek Luna lemas yang sudah panik sejak tahu handphonenya tidak ada, seperti hampir menangis. "Ya udah tenang dulu Lun, coba ingat-ingat lagi. Mungkin ketinggalan di rumah." Karin(29th~teman satu divisi yang satu ruangan dengan Luna) mencoba menenangkan Luna. "Tadi udah telepon ke Mama dan udah dicari juga. Tapi kata Mama nggak ada, Mba Karin." Dengan nada sedih Luna menjelaskan. "Jangan-jangan jatoh di jalan, Lun?!" Tanya Kevin. ~Oh iya, tadi aku kan dianterin si monster. Apa handphone aku ketinggalan di mobilnya, ya?- dalam hati Luna sambil berpikir.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD