Awal Sebuah Mimpi
Tahun 1986 telah lahir seorang anak dari pasangan sutejo dan welas, yang di bernama Teguh Wibawa.Bertepatan saat Teguh lahir kebetulan di kota tersebut sedang di landa krisis ekonomi yang berdampak kelaparan di mana-mana. "Anak ini ku beri nama Teguh wibawa, agar saat dewasa dia mempunyai hati yang Teguh dan berwibawa" ucap sutejo kepada istrinya yang lemas sehabis melahirkan anak pertamanya. Keesokan harinya sutejo terkejut melihat biaya persalinan istrinya dan perawatan Teguh saat persalinan begitu mahal yang berkisar 20juta."dua puluh juta? uang dari mana ini "ucap sutejo sambil terkejut melihat total biaya yang harus di bayar oleh sutejo, sambil mengelus kepalanya sutejo di hampiri oleh salah satu dokter " tenang bapak, anak anda lahir di tanggal ulang tahun rumah sakit ini jadi biaya rumah sakit ini di tanggung oleh rumah sakit ini bapak" ucap salah satu dokter di rumah sakit tersebut. Sambil menghela nafas lega sutejo berkata dalam hati "walau pun anakku lahir di masa yang kurang baik, tetapi dia masih punya keberuntungan yang baik" ucap sutejo dalam hati. Di hari itu pun mereka pulang ke rumah naik angkot, saat dalam perjalanan pulang sutejo terkejut saat ingin membayar angkot dompet yang dia bawa tidak ada dalam sakunya. Akhirnya mereka memilih berjalan kaki, tak tega melihat istrinya kelelahan sutejo pun menggendong istrinya sampai rumah. sesampainya mereka di rumah Teguh di tidurkan di kasur, setelah Teguh tertidur sutejo pun bercerita kepada istrinya "saat aku hendak membayar biaya persalinan aku terkejut melihat biaya persalinan sebesar 20juta" ucap sutejo. "apa 20juta mas? uang sebesar itu kita dapat dari mana mas? " ucap welas sambil terkejut. "untungnya dokter menggratiskan biaya tersebut, karena saat Teguh lahir bertepatan dengan hari ulang tahun rumah sakit tersebut" ucap sutejo. "syukur lah mas kalau begitu" ucap welas sambil menghela nafas. " walau pun kita hidup di kondisi seperti ini, aku yakin pasti Teguh anak kita dapat mengangkat derajat keluarga kita" ucap sutejo dengan percaya diri "amin mas, semoga Teguh jadi anak yang soleh dan berbakti pada keluarga" ucap welas kepada sutejo. Tujuh tahun telah berlalu akhirnya Teguh masuk sekolah di sekolah dasar, walaupun serba kekurangan sutejo dan welas selalu mengutamakan pendidikan kepada anak semata wayangnya itu. Saat perkenalan diri di depan teman-temannya Teguh di tanya ibu guru di kelas itu, Teguh kalau besar mau jadi apa? ucap Ibu guru kepada Teguh. "em saya mau jadi presiden bu" ucap teguh sambil menunduk malu. "hahaha orang miskin kayak kamu mau jadi presiden"