Hilang

1680 Words
“Beneran mau di depan g**g itu?” “Iya kak di sana aja” “Pasti kosanmu isinya cewek-cewek semua ya?” “Hah? ya kan emang kosan putri kak” Vina segera turun dari atas motor Hanan, sengaja hanya sampai depan g**g kosannya karena tidak enak hati bila laki-laki itu harus berjalan memutar terlalu jauh ke arah jalan pulang ke rumahnya nanti. Sejak kejadian makan siang itu Vina menjadi sering meng-iyakan ajakan pulang dari Hanan yang tentu saja mengundang sorakan-sorakan menggoda mereka sebagai pasangan juga ocehan iri dari barisan penggemar Hanan di klub kesehatan. Jika hal itu disebut pendekatan maka Vina pun menyadari bahwa dia kembali dekat dengan salah satu idola banyak orang (lagi). Hanan juga sering menghubungi kontak Vina untuk berbasa-basi menyapa di kolom chat hingga mereka bisa berbicara tentang banyak hal di barisan-barisan pesan singkat mereka. Jika tidak sedang mode narsis Hanan menjadi orang yang menyenangkan untuk diajak diskusi itupun kalau Vina tidak selalu terbayang Alvin yang seolah muncul di diri Hanan. Setelah memastikan Hanan sudah berjalan untuk kembali ke rumahnya Vina pun melanjutkan perjalanannya ke kosan. Tiap kali bersama Hanan pikirannya selalu penuh dengan kalimat-kalimat yang terlontar refleks dari dalam otaknya tentang Hanan dan Alvin. Seringkali membandingkan dua orang itu dan Vina akan merasa bersalah karenanya. Ingin menjauhi Hanan hanya karena egonya untuk melupakan Alvin tetapi rasanya terlalu jahat melakukan itu pada Hanan yang tidak tahu apa-apa juga tidak bermaksud mengingatkan Vina pada masa lalunya. Vina mendengus sebal akan semua hal yang dia pikirkan. “Sssstt hei cewek” suara Dean dari dalam gerbang kosan membuat Vina tersadar bahwa dia sudah dekat dengan kosannya sendiri. “Ihh Kak Dean catcalling ga sopan” “Maaf ga maksud gitu, lagi pula kamu nglamun terus kesambet nanti” Vina hanya memberengut karena yang dikatakan Dean benar dia baru saja melamun. “Kok gak chat aku aja sih biar aku jemput, daripada jalan kaki” “Gamau ah nanti diculik kayak kemarin-kemarin suruh nemenin ke tempat print an” “Ya kan sekalian Na hehe, Na netflix tempat mu yok” “Skripsi kak Deaaan malah netflixan, udah ah Vina mau balik kosan dulu” “Eh Naaaaa tungguu” Dean keluar dari gerbangnya dan menghadang Vina yang baru mau masuk ke halaman kosannya. “Tolong lah Na pening banget aku ngerjain skripsian ini mau rehat bentar” “Yaudah rehat di kosan kakak sendiri dong” elak Vina “Kan kamu tahu wifi kosanku kek tahu, lemah banget connectnya” Vina terkekeh mendengar perumpamaan Dean dan laki-laki itu belum kehabisan cara untuk membujuk. “Nasi goreng mau? Aku traktir deh kita pesen yang di tempat favoritmu” Mendengar itu Vina langsung tersenyum lebar antusias mengangguk. “Yee semua cewek sama aja” “Yaudah sanaaa ga usah numpang wifi” “Enggaaa Vinaa bercandaa doing, nanti aku bawa Beng Beng juga yaa” Setelah itu Vina masuk ke kosannya dan Dean pergi mengambil kucingnya. Pernah satu kali Vina bertanya apakah Dean tidak memiliki teman sampai begitu sering mengunjungi kosannya. Namun dengan santainya dia menjawab jika nongkrong dengan teman-temannya maka Dean akan meninggalkan Beng Beng sendiri. Sungguh cat lovers sekali bukan tetapi ya memang dasarnya Dean itu gampang mager dan lebih memilih berlama-lama dengan kasur kosannya. Vina telah selesai mandi dia pun menyusul Dean yang sudah menguasai ruang tamu kosannya. Tetapi bukannya menonton netfflix seperti yang dia inginkan tadi justru Dean sibuk sendiri dengan ponselnya hingga membiarkan layar laptop yang tengah menampilkan scene film itu terabaikan. “Katanya mau netflixan malah scroll sosmed” seloroh Vina kemudian duduk di samping Alvin bersiap membuka bungkusan nasi goreng yang dipesan Dean dari aplikasi pesan antar online tadi. Tidak menghiraukan ucapan Vina, Dean ikutan mulai membuka nasi goreng bagiannya dan bertanya, “Kok kosan mu sepi sih Na?” “Kayak biasanya rame aja” “Tapi ini kayak lebih sepiii dari biasanya lho” “Besok kan udah akhir pekan kak, jadi banyak yang pulang ke rumahnya atau main lah sama pacarnya mumpung libur yekan” “Ohhh jomblo kayak kamu berarti yang huni kosan ini sekarang” “Dih kek kakak ga jomblo aja” “Sok tahuuu” elak Dean “Emang ada? kalau ada mah Kak Dean ga mungkin sering-sering berkeliaran di kosan aku” “Wkwkkw ya juga yak, tapi ya Na selama kuliah ini kayaknya aku ga pernah kepikiran buat pacaran deh. Deket sama cewek ya udah deket aja gitu tapi ga ada yang bikin greget pengen aku pacarin” mendengarnya Vina hanya manggut-manggut sembari mengunyah nasi gorengnya. Satu hal yang membuat Vina bisa cepat dekat dengan Dean adalah kebiasaan curcol laki-laki itu. Entah itu tentang masalah kuliahnya atau menceritakan keluh kesahnya sebagai anak pertama laki-laki di keluarganya membuat Vina merasa diberi kepercayaan untuk ikut menyimpan hal penting dari laki-laki itu yang mungkin juga tidak mungkin dia ceritakan ke teman-temannya di tongkrongan. “Na tau koi no yokan” “Weeeh Kak Dean wibuuu” ledek Vina kemudian menggeser duduknya lebih jauh dari Dean. “Apaan sih? kalau kamu tahu berarti kamu juga wibu” “Padahal kan ga ada hubungannya hahahaha” Menghentikan tawanya dan kembali ke tempat duduknya semula Vina pun melanjutkan “Aku pernah baca tentang ungkapan itu terus lihat juga video di youtube, itu mirip love at the first sight kan cuman kayak lebih ke bayangan kalau sama orang itu kita mungkin bakal laluin banyak hal luar biasa pas jalin hubungan bareng. Eh gitu ga siih?” Vina ragu sendiri dengan penjelsannya terlebih lagi Dean hanya diam menatapnya. “Ini nih Na yang bikin aku kagum sama kamu dari awal” mendengar kalimat spontan yang diucapkan Dean membuat Vina menatap aneh laki-laki di sampingnya ini. “Kakak kagum sama aku?” tanyanya tanpa rasa malu. “Hahaha iyaa dari pas aku tarik tas kamu wkwkwk aku kagum terus jadi penasaran deh” Dean menuturkan pengakuan. “Hemmm kan pasti mau ungkit-ungkit aku yang teriak depan Kak Dean” Vina mencibir “Berarti sekarang udah ga penasaran dong?” tambahnya. “Engga, sekarang aku suka kamu” ....... Ucapan Dean yang tanpa tedeng aling-aling itu membuat Vina menatap penuh curiga ke arah Dean hingga tiba-tiba gadis itu terkesiap menyadari sesuatu. “OH MY GOD OH MY GOD, Kak Dean baru suka sama orang ya? Aaaa jadi koi no yokannya karena cewek itu ya? Ih siapa kak? Ini pasti mau minta bantuan aku soalnya kaka payah banget buat pahamin cewek dengan segala hal luar biasanya kan” Vina berbinar-binar mengatakannya. Mendengar itu membuat Dean tak habis pikir dengan cara kerja otak Vina yang kadang genius tapi tak jarang payah bukan main seperti sekarang. “Iyaaaaa Naaaaa orang itu kamu Alvinaaa” ……. ucapan Dean membuat Vina terpaku di tempatnya. “Hahahahah mukanya jangan tegang gitu, kamu ga harus balas perasaanku sekarang, aku juga ga suka terburu-buru. Kita nikmatin aja prosesnya” Dean yang biasanya ceplas ceplos dengan segala candaannya malam ini berubah menjadi serius dan dewasa di pandangan Vina. “Kak kok aku kayak orang b**o yang jahat gini sih?” “Yaah dia ngaku kalau b**o” satu pukulan kecil dari tangan Vina mengenai bahu Dean setelah dia meledek gadis itu. “Aduuh, kamu ga jahat kok. Cukup nolak aku aja Na pas kamu ternyata suka sama orang lain. Tapi kayaknya ga bakal nolak sih” “Kak Dean nyebelin banget sih, ini lagi confess apa gimana sih?” “Hahaha abis canggung banget. Aku harap kamu ga risi kalau aku sewaktu-waktu aku bilang aku suka kamu terus nanyain kamu mau ga jadi pacar aku?” “Ga risi sih Kak cuma jadi ngrasa bersalah aja” Vina mulai serius menanggapi semua perkataan Dean yang membuatnya pening itu. “Jangan jadiin beban Na, kan udah aku bilang nikmatin prosesnya. Yakinin hati kamu kalau udah bisa balikin rasa yang sama buat perasaan orang lain. Dan itu aku” Vina tertegun mendengar ucapan Dean. Ada rasa seperti tersadar bahwa Vina memang butuh dibangunkan dari angan-angan dalam tidurnya. “Aku suka kamu, jadi mau gak jadi pacar aku?” Mendengar itu Vina berteriak sebal “Kak Deaaan random banget sih” “Ga random lho dibahas dari tadi padahal” Sisa kebersamaan menonton Netflix malam itu Dean tidak lagi membahas tentang perasaannya. Dia kembali seperti Dean yang Vina kenal sebelum mengakui perasaannya. Seolah benar-benar memberi waktu Vina untuk memahami perasaannya. Sepulangnya Dean dari kosan Vina membuat gadis itu tidak bisa tidur meski sudah larut malam. Biarlah toh besok dia juga libur lagi pula bagaimanapun Vina memaksa untuk tertidur pikirannya masih melayang kemana-mana memikirkan banyak hal. Bukan hanya tentang pengakuan Dean tentang perasaannya saja yang mengganggu pikiran Vina tapi ada kalimat Dean masih terngiang di kepala Vina “Yakinin hati kamu kalau udah bisa balikin rasa yang sama buat perasaan orang lain.” Apakah perasaannya sudah siap menerima orang-orang baru yang hendak menyapa hatinya? Vina merasa bersalah tiap kali otaknya secara refleks membandingkan Hanan dan Alvin karena sejujurnya perasaannya untuk Alvin belum benar-benar hilang. Lima tahun perasaan suka itu ada di hatinya, jika penantiannya menjadi semakin tidak ada harapan bukankah seharusnya dia berhenti daripada harus lanjut dalam kegamangan. Move on dengan seseorang yang tidak bisa kita miliki itu bukan masalah waktu tetapi tentang diri kita sendiri. Sudah bisakah Vina merelakan perasaannya? hingga semua kenangan itu meski masih sering menyapa lewat, harusnya Vina bisa menjadi biasa saja tanpa rasa nyeri karena mengharapkan orang itu. Ada perasaan bahagia ketika Vina memiliki kesempatan untuk move on ke orang baru tapi ada rasa sakit yang ia rasakan ketika masih menyadari betapa dia masih mencintai Alvin seseorang di masa lalunya. Al kamu masih seberpengaruh itu untukku. Masih sering kutemui ada senyum, tawa, postur tubuh yang semua itu milikmu namun bukan kamu. Perasaan ketika aku bersamamu juga masih ada. Bukan karena orang lain telah menggantikanmu tapi karena aku melihat kamu dari orang lain itu. Al aku ga baik-baik aja tanpa kamu. Aku jadi jahat karena terus bawa-bawa kamu di banyak hal di hidupku bahkan ketika ada hari baru yang meminta temu namun diriku masih tetap terpaku padamu. Aku ingin berdamai dengan diriku sendiri dan merelakan cerita yang pernah ada. Aku bisa kan?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD