Maya & Mesya

1648 Words
Aku lupa rasanya terakhir jatuh cinta dan hingga sekarang belum bertemu seseorang yang bisa mencintaiku apa adanya. Jika menilik ke belakang yang terjadi pada kisah cintaku hanya ada perjalanan sepihak. Sepenuhnya hanya aku yang berjuang kemudian menyakiti hati, diri dan membuat rumit pikiran sendiri. Aku berhenti, ketika hati terus berharap itu ternyata lebih melelahkan daripada kaki yang terus berlari. Berusaha untuk tidak mau peduli, untuk merajut kembali kisah asmara tetapi terkadang aku merasa kesepian. Terutama saat ada masalah, aku yang sudah tidak punya orang tua. Butuh seseorang untuk berbagi keluh dan kesah. Mesya memang bisa diajak tukar pikiran, tapi melihat kondisinya aku tidak akan leluasa berbagi beban lagi padanya. Hidupnya saja jauh lebih sulit dari yang aku alami. Aku menatap Mesya, bila sedang desain gambar sepatu dia terlihat asyik. Seperti menciptakan dunianya sendiri. Tidak akan ada yang berani mengganggu gadis itu di waktu seperti ini. Tidak juga membiarkan dia sendiri, karena dia butuh seseorang saat meminta sesuatu yang sulit dilakukan Mesya dengan kondisi kaki yang bertumpu pada sebuah tongkat. Ada masa-masa sulit yang kami alami di tengah membangun M2 Wedding shoes ini, dua tahun lalu Mesya alami tabrak lari saat mengendarai motor. Hari itu, merupakan hari pentingnya dimana dia baru selesai sidang di kampus. Akibat kecelakaan sangat fatal, Mesya alami trauma besar. Aku mengerti setelah kejadian kecelakaan yang menimpa orang tua kami, lalu kecelakaannya, pasti akan buat dia trauma sampai sekarang dengan jalan raya. Mesya sempat ada pada waktu, kehilangan percaya diri untuk desain sepatu, karena kaki sebelah mengalami lumpuh. Ada saraf yang tak lagi berfungsi kembali, membuat kaki kanan tidak bisa bergerak, menopang tubuhnya. Bagaimana bisa seorang desainer Sepatu tapi tidak bisa pakai sepatu dengan sempurna. Itu lah yang disadari dia hampir beberapa bulan dari kejadian, tidak bisa desain sepatu. Kami stop menerima pesanan. Aku hampir menyerah dan pilih menutup usaha kami. Aku, keluarga satu-satunya yang dia miliki. Cari cara untuk adikku kembali normal, membujuk agar mau konseling pada yang ahli dan mengerti pikirannya. Serta terapi kaki. Mentalnya kembali jadi Mesya, namun aku tahu diam-diam saat malam suka mendapati Mesya menangis. Dia ceria dan bersikap konyol hanya untuk tutupi kerapuhan, dia begitu sayang padaku hingga tak mau membuat aku sedih. "Kak!" Serunya keras, "Eh, Iya syaa.. kenapa-kenapa? Kamu butuh sesuatu?" Aku langsung berdiri mendekatinya. "Melamun terus!" Protesnya "melamuni apa sih, Kak?" Matanya menyipit menatap dengan curiga. Aku menghela napas "klien yang buat janji. Belum kasih kabar, waktu yang di janjikan udah lewat beberapa menit" Aku memberikan alasan lain padahal sedang memikirkan hidup Mesya, bagaimana bila aku tak ada? Walau aku ingin selalu bersama Mesya, tapi dalam dunia ini banyak hal yang tidak bisa kita tebak kapan datangnya. Salah satunya adalah kematian. "Telepon, sudah belum?" "Sudah, nih nggak aktif" aku membuat suara sambungan telepon bisa di dengar, yang memang tidak aktif sejak tadi. "Yaudah tunggu aja, nanti juga ada kabar" Mesya merentangkan tangan ke atas, meringankan otot-ototnya "Kak, pesan camilan dong.. Aku lapar" dia menyeringai lebar Aku menaikkan satu alis, tidak banyak komentar karena memang aku tahu gambar dan makanan, dua hal yang jadi pelarian Mesya setelah konseling pada psikolog. Aku senang justru badan Mesya jauh lebih berisi dari sebelumnya. "Mau camilan apa?" Aku buka salah satu aplikasi ojek Online. Aku berjalan mendekatinya. "Hmm, apa yah?" dia merebut ponselku "aku lihat-lihat dulu" dia berselancar melalui layar ponselku, memilih apa pun yang dia mau. "Terima kasih, kak" dia tersenyum lebar, tangan terulur mengembalikan ponselku. Aku mengecek dan melotot lihat deretan menu yang dipesan Mesya "luar biasa! Kakak baru tahu Pizza dan Lasagna masuk kategori camilan sekarang?" Bukannya menjawab, Mesya malah tertawa renyah. *** Pernikahan merupakan peristiwa yang menjadi salah satu momen spesial dalam kehidupan kita, tidak heran banyak Perempuan yang ingin segala sesuatunya sempurna di hari special dan sudah pasti punya Dream Wedding masing-masing. Mulai dari Make Up, perhiasan, gaun hingga bridal shoes selain gaun pernikahan, hiasan kepala, sepatu menjadi pelemgkap utama untuk tampilan menjadi lebih memukau. Membicarakan tentang sepatu, trend Custom sepatu pengantin akhir-akhir ini lagi tren, pengantin ingin punya desain yang tak pasaran. Bridal shoes, menjadi item pelengkap yang membuat hari pernikahan semakin bermakna, tidak hanya sepatu yang harus nyaman untuk digunakan tapi desain harus unik dan berbeda. Penampilan dan kenyamanan, memilih Bridal Shoes tak mudah, tak hanya desain menawan tapi wajib nyaman dan aman. Itulah harapan pengguna saat memilih sepatu. Prosesi pernikahan yang panjang, membuat banyak pengantin mencari sepatu nyaman. Setelah berdiri dan mulai terkenalnya M2 wedding shoes, berbagai klien pernah aku temui, tidak mudah meluluhkan hati klien, mengerti kemauan mereka, bahkan proses negosiasi tersulit pernah kuhadapi. Yap, Aku bahkan mengerti kami, perempuan ada yang rumit dan banyak mau. Kedatangan pertama, biasanya klien akan mengajukan banyak pertanyaan, pertanyaan umum seputar, Bridal shoes seperti apa yang di tawarkan toko kami. M2 Wedding Shoes, khusus Custom, ada juga beberapa produk yang dipajang di toko. Produksi sepatu sendiri, bahan dan model bisa dipesan mengikuti trend pasar atau yang klien mau. Model mulai dari Heels sampai flat shoes. Terkhusus wedding tentu lebih banyak peminat heels. Hiasan bisa Custom sesuai dengan gaun pengantin atau sesuai selera. Pilih dihiasi manik-manik hingga kristal, desain yang tentu eksklusif. Kelebihan sepatu yang pesan dikami bisa di pakai setelah Wedding. "Beri tahu kami, apa yang diinginkan untuk pernikahan dan kami akan melakukannya." Kataku kepada calon klien hari ini. Aku mengamati wajah perempuan berumur pertengahan dua puluh ini, wajahnya cantik, gaya pakaian yang modis. Rencananya klien ini akan menikah beberapa bulan lagi. Perempuan bernama Kirana itu mengangguk, sudah memilih salah satu sepatu yang di pajang sebagai basic contoh disini "Saya mau yang seperti ini mbak Maya. Seperti gambar yang saya kirim di chat kemarin." Dia memilih sepatu Heels lancip dengan bagian depan tertutup dan tinggi sepuluh sentimeter, "kalau untuk Outdoor Wedding saya sarankan pilih yang Blok Heels karena di Outdoor nanti nggak akan tancap ke rumput saat jalan dan di depannya ada platform agar nggak terlalu capek pas jalan" saranku. Mendengar saran dan penjelasanku, Kirana terdiam beberapa saat, terlihat ragu. "Ada Sesi wedding dance nggak?" "Ada Mbak, di resepsi malamnya, kami juga ada dansa." Aku memasang senyum manisku, "Nah apalagi ada Wedding Dance, Mbak perlu sepatu yang bawahnya blok Heels agar lebih nyaman saat dansa diatas gaun yang mewah dan mekar" lanjutku semangat "kenyamanan klien adalah hal utama, wajib sekali yang kami pastikan." Kirana tersenyum "Ah, Mbak Maya benar. Kok saya nggak terpikir?! Nggak lucu kalau nanti Heels lancip yang tancap dirumput ini merusak acara resepsi saya." Kirana Mukti akhirnya perempuan itu menuliskan nama lengkap, beberapa data pribadi lainnya di Form order. Tanda dia jadi Custom Wedding shoes di kami. "Selalu custom, mbak?" Tanya Kirana sambil mengisi Form itu. "Ada yang Ready to Wear tapi nggak Available di semua Size dan model." "Ooh... Lalu prosesnya berapa lama biasanya, mbak Maya?" "Waktu normal pengerjaan empat sampai delapan minggu" Aku mulai menjelaskan pengerjaan sampai dua bulan karena proses panjang yang memang sepatu dibuat sesuai ukuran kaki klien kami, dibantu beberapa orang yang sudah ahlinya. Selain itu pemasangan kristal atau manik-manik sebagai hiasan sepatu memang dilakukan handmade, di tempel satu-satu dengan tangan tanpa mesin. Setelah selesai mengisi Form order, aku mengajak Kirana bertemu Mesya untuk diskusi desain. Kaki Kirana akan diukur sesuai size oleh karyawanku, sedetailnya. Memastikan ukurannya pas karena ukuran yang tidak pas, pemakai bisa sakit, tak nyaman. Setelah memastikan model, tinggi Heels, bahan dan warna sepatunya. Kristal jadi pilihan sebagai hiasan sepatu klienku hari ini. Aku tidak terkejut ketika menghitung harga sepatu costum pilihan Kirana yang mencapai dua puluh juta. Kristal yang kami pakai adalah Kristal asli bukan imitasi. Ada sertifikat. Kirana tersenyum. Cantik sekali "pantas teman-temanku banyak rekomendasi M2." Panggilan kami sudah tidak pakai bahasa formal lagi, Kirana meminta, katanya biar lebih santai. Selama beberapa minggu ke depan, kita bakal sering komunikasi. Aku setuju saja. "Sebelum datang kemari, sudah berapa toko yang di datangi?" "Kalau yang benaran di datangi sih, paling cuma satu atau dua. Aku lebih sering cari lewat internet, **. Tapi aku langsung sreg pas lihat-lihat Sepatu yang kalian posting di **, testimoni customers juga bagus-bagus, aku malah baru tahu beberapa Public Figure custom sepatu nikah disini. Ini balik lagi masalah selera. Aku memang mencari yang terbaik, tentunya yang paling pas dihati." "Terima kasih" Aku mengembalikan kartu Kirana setelah memastikan pembayaran untuk uang muka, "nanti kami kabari lagi kalau sudah jadi untuk di coba." Sebelum di berikan ke customers selalu di lakukan double cek, memastikan Finishing udah beres. "Oke, aku harap sesuai sama bayangan aku, mbak." Aku kembali memasang senyum manis, menyalami Kirana begitu juga dengan Mesya. Kirana berjalan keluar dari toko kami, aku merapikan form order, lalu memejamkan mata begitu duduk di sofa. "Agak rewel, Kak?" Pertanyaan itu membuat mataku terbuka lebar, "nggak sih Sya, Kirana cuman Kritis bukan rewel, kita harus mengerti. Apa pun mengenai hari spesial, semua orang mau terlihat sempurna. Nggak bisa main-main apalagi sampai salah pilih." Tapi, tetap saja akhirnya aku sedikit lelah karena berusaha mengimbangi kirana tadi yang kritis. "Tapi terlihat banget dia pemilih" Mesya tersenyum dan menghela napas "aku agak tersinggung pas tadi dia tanya Sertifikat sama kontrak kristal kita asli atau nggak.." Aku bahkan sampai menunjukkan Fail dan sertifikat yang Menjamin Kristal yang kami pakai Asli. Aku menggeleng. Usai menyesap teh manis "aku juga akan melakukan hal sama, karena yang dikeluarkan bukan seratus dua ratus ribu tapi puluhan juta." "Kalau aku pribadi agak sayang lho kak Kristal mewah dipakai di kaki" Mesya terkekeh. Padahal dia yang punya ide. Aku menggeleng kecil, tapi tersenyum "jangan bicara seperti itu depan klien Sya, Kalau yang desain ngomong gitu gimana kliennya mau percaya?!" "Tapi, memang sayang aja sih, apa karena bagi kita cari uang susah banget?" Astaga bisa-bisanya Mesya Berpikir seperti itu, padahal ini kan jualan kami. "Bagi yang sudah suka banget sama sesuatu, harga bukan seberapa." Mesya mencebik, "tentu.. kakak salah satunya!" Aku tersenyum karena memang aku sangat menyukai sepatu, aku bahkan punya koleksi pribadi. Untuk mendapat sepatu yang harganya terbilang mahal, aku gunakan kartu kredit. Tapi, setelah punya usaha sepatu dengan brand sendiri justru aku tak lagi segila dulu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD