Chapter 5

1096 Words
Lagi? Yah, lagi-lagi Zavier menggoda Flora dengan sejuta gombalannya. Mungkin jika saat ini mereka sedang berhadapan. Flora akan salah tingkah dengan telinganya yang memerah. Beruntung saat ini, wanita itu sedang berada di kamarnya dan tidak ada seorang pun yang menyaksikan apa yang sedang ia lakukan saat ini. Karena saat ini, ia sedang menutup wajahnya dengan bantal dan menahan tawa bahagianya. "Gombal. Kau pikir aku akan termakan rayuan payahmu, Zavier Kingston?" Flora berusaha sedatar mungkin agar Zavier tidak curiga dengan gelagat anehnya. "Kau pikir aku sedang bercanda? Tentu saja tidak Flora Almagatha. Bukankah aku sudah mengatakannya, kalau kau itu jodoh yang disiapkan Tuhan untukku setelah pertemuan ketiga kita. Kau pasti pernah dengar tentang pepatah yang mengatakan bahwa pertemuan ketiga adalah takdir." "Ayolah, Zavier. Aku tidak mempercayai hal semacam itu." "Terserah jika memang kau tidak mempercayainya. Tetapi kau harus tahu, bahwa aku akan membuktikannya. Akan kubuat kau jatuh cinta padaku, sama seperti aku jatuh cinta padamu pada pandangan pertama." "Sudah cukup bercandanya. Ke mana aku bisa mengembalikan sepatumu?" "Jika kau tidak ingin menyimpannya, maka buang saja. Aku tidak menerima kembali barang yang sudah aku berikan pada orang lain." "Baiklah, Baiklah, aku akan menyimpannya." Dengan terpaksa Flora menyimpan sepatu milik Zavier. Karena laki-laki itu terlihat memaksa meski tidak ditujukan secara langsung. *** Setelah pertemuan ketiga, mereka sering bertemu. Sebenarnya Flora selalu menolak ajakan Zavier. Namun, di manapun Flora berada, selalu ada Zavier di dekatnya. Laki-laki itu seperti ekor yang selalu mengikuti Flora. Sampai-sampai membuat Flora merasa jengah dan menanyakan maksud dari tujuan laki-laki itu mengikutinya. "Sebenarnya apa tujuanmu mendekatiku?" tanya Flora melipat kedua tangannya di d**a menatap tajam ke arah Zavier. "Kalau boleh jujur, semenjak pertama kali aku melihatmu, aku langsung jatuh hati padamu. Apalagi setelah pertemuan kedua dan ketiga. Aku tidak bisa berhenti memikirkanmu. Makanya, aku selalu mengikutimu. Karena jika tidak, maka malam harinya aku tidak akan bisa tidur dengan nyenyak," jawab Zavier dengan raut yang terlihat sangat meyakinkan. Bahkan wanita dengan hati sekeras baja seperti Flora pun bisa termakan oleh rayuannya. "Cih! Kau pikir aku anak kecil yang bisa kau tipu dengan rayuan gombalmu? No way!" sangkal Flora. Meskipun sebenarnya perutnya terasa tergelitik mendengar gombalan seorang Zavier Kingston. "Terserah kau mau percaya atau tidak. Namun, inilah kenyataannya. Inilah yang aku rasakan saat ini," balas Zavier tidak peduli dengan anggapan Flora. Ia tetap kekeh pada perasaannya. "Jika terserah padaku, maka aku tidak akan mempercayainya," ujar Flora malas. "Baiklah. Maka tugasku membuat kau percaya. Jadi mulai sekarang, jangan marah jika aku selalu muncul di sekitarmu. Karena mulai sekarang, aku akan mencoba untuk merebut hatimu," balas Zavier membuat Flora merinding. Ini bukan kali pertama bagi Flora, ada seorang lelaki yang bersikeras untuk mendekatinya. Ia ingin tahu seberapa besar usaha Zavier. Apakah akan sama seperti laki-laki sebelumnya. Atau akan ada hal yang berbeda dari laki-laki itu. "Apa kau seorang pengangguran?" tanya Flora setelah mendengar ucapan Zavier yang berencana untuk selalu mengikutinya. "Tentu saja tidak. Aku laki-laki mapan yang memiliki pekerjaan tetap," balas Zavier. Ia berpikir bahwa Flora mulai mengorek informasi tentangnya. "Lalu kenapa mengejarku kau jadikan sebagai sebuah tugas? Seperti tidak ada kerjaan lain saja," tanya Flora dengan nada malas. "Astaga, Flora! Aku pikir kau sudah mulai tertarik denganku. Tapi ternyata aku salah," balas Zavier sedikit kecewa. "Memangnya kau pikir kau siapa? Bahkan aku belum tahu seberapa keras usahamu. Asal kau tahu saja, yah. Aku bukan tipe wanita yang tergila-gila pada laki-laki tampan. Aku menyukai laki-laki yang tampan hatinya," kata Flora. Keinginannya pada sebuah hubungan tidak muluk-muluk. Ia ingin memiliki seseorang yang baik hatinya. Mampu membuatnya tenang di kala apapun. "Aku Zavier Kingston. Laki-laki yang tidak mudah menyerah. Jika aku bilang akan membuatmu jatuh cinta padaku. Maka hal itulah yang akan terjadi nanti," balas Zavier percaya diri. "Baiklah, ayo kita pulang. Aku bosan berlama-lama di sini," ajak Flora. Ia tidak bisa berlama-lama di tempat yang bukan biasa ia datangi. Karena saat ini, ia berada di cafe di mana tidak sengaja bertemu dengan Zavier. Flora bangkit berdiri dan berjalan beberapa langkah untuk keluar. Tiba-tiba ia dibuat terkejut dengan perlakuan Zavier saat ini. Laki-laki itu memeluknya dari belakang membuatnya naik darah. "Ap-- " "Apa kau sedang datang bulan? Kalau bisa jangan memakai pakaian warna putih kalau sedang datang bulan," potong Zavier bertanya dan di akhiri dengan sebuah saran. "Aku tidak datang bulan," balas Flora menggelengkan kepala pelan sambil menghitung tanggal jatuh temponya datang bulan. Ia tidak mengalami sakit perut atau apapun ketika datang bulan. Jadi, ia tidak tahu kalau saat ini ia sedang datang bulan. Ia benar-benar tidak menyadarinya sama sekali, jika Zavier tidak memberitahunya. "Astaga! Seharusnya kemarin aku sudah datang bulan," batin Flora sambil menutup mulutnya yang terbuka lebar. "Apa banyak?" tanya Flora mengenai noda merah di pakaiannya. Ia memakai gaun berwarna putih panjang selutut tanpa lengan. Ia yakin akan terlihat begitu kentara noda merah yang kini menempel di gaunnya. "Lumayan. Lebih baik kau duduk dulu," balas Zavier menyentuh kedua lengan Flora dan menariknya agar kembali duduk. "Kau tunggu dulu di sini sebentar. Jangan ke mana-mana, aku segera kembali," sambung Zavier setelah memposisikan Flora duduk. "Tunggu! Kau mau ke mana?" teriak Flora. Namun, ia tak mendapat jawaban dari laki-laki itu. Zavier keluar dari cafe. Ia mengedarkan pandangannya mencari mini market terdekat. Ia ingin membelikan sebuah benda yang biasa dipakai oleh seorang wanita ketika sedang datang bulan. Laki-laki itu berlari ke sana ke mari mencari sebuah mini market. Setelah berlari sekitar sepuluh menit, akhirnya ia menemukannya. Ia berhenti tepat di depan mini market dengan nafas yang tersengal. Dengan posisi tubuh yang membungkuk, ia mengatur nafasnya. Kemudian setelah itu, ia masuk ke dalam. Ia berkeliling mencari pembalut, tapi tak kunjung menemukannya. Ia bahkan sampai mencari contoh kemasannya di internet, namun tetap saja ia tidak menemukannya. Ia benar-benar merasa frustasi. Apakah ia harus bertanya pada petugas mini market atau kembali dengan tangan kosong? Lalu bagaimana dengan Flora? Padahal ini merupakan kesempatan yang bagus untuk mendapatkan hati Flora. "Masa iya, aku harus bertanya pada petugas mini market? Mau ditaruh di mana wajah tampanku ini?" batin Zavier. Ia tidak yakin dengan apa yang akan ia lakukan. Karena saat ini, mini market dalam keadaan ramai akan pengunjung. "Ma-af M-bak," ujar Zavier ragu-ragu. "Iya Mas ada apa?" tanya petugas mini market. "Boleh tolong bantu saya mencari pembalut?" balas Zavier dengan nada berbisik. "Hah, apa Mas?" tanya petugas mini market tidak mendengar suara Zavier. "Tolong ambilkan pembalut. Dari tadi saya mencarinya tapi tidak ketemu-ketemu," sahut Zavier kembali berbisik. "Maaf Mas, bisa tolong naikkan nada suaranya? Saya tidak bisa mendengarnya," ujar petugas mini market. Ia meminta agar Zavier menaikkan nada suaranya karena ia masih tidak mendengarnya. "To-long am-bil-kan pem-ba-lut!" teriak Zavier mengeja kata-katanya. Ia benar-benar dibuat emosi dengan petugas mini market.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD