Episode-2

2055 Words
9 tahun sudah, Dae Eun Jung hidup dalam kesendirian. Meninggalnya kedua orang tua karena dibunuh secara keji oleh dua orang anggota mafia. Dan, sampai sekarang kejadian itu masih terkenang dalam benaknya. Andai, ia tahu siapa pembunuh orang tuanya maka Dae Eun Jung akan membunuh hidup-hidup juga orang tersebut. Sayangnya, yang dapat ia lihat hanyalah dua orang lelaki dengan topeng yang menutupi wajah keduanya. Flashback on 9 tahun yang lalu, saat kebutuhan hidup semakin banyak dan saat kedai Danbam semakin sepi. Kedua orang tua Dae Eun Jung merasa pusing dan keteteran mencukupi kehidupan hidup setiap harinya. Dae Eun Jung yang masih bersekolah dasar juga menjadi beban tersendiri bagi mereka. Banyaknya persaingan rumah makan, membuat kedai Danbam yang terkenal sederhana dengan ruangan yang tidak begitu luas membuat pelanggan pindah kerumah makan yang lain. Yang lebih menarik interiornya dan lebih luas ruangannya. Sebenarnya tidak hanya itu, uang yang tidak mencukupi untuk membeli bahan makanan. Membuat kedai Danbam hanya menyajikan makanan-makanan dalam jumlah sedikit. Saat itu Dae Eun Jung hanyalah gadis berusia 10 tahun. Kepolosan dan keluguannya tidak dapat membuatnya memiliki keberanian untuk menghasilkan uang sendiri atau sekedar membantu perekonomian keluarganya. Lagi pula, siapa yang akan mengerjakan gadis seusianya? Saat pulang sekolah, Dae Eun Jung melihat rumah makan keluarganya ramai oleh beberapa orang. Dae Eun Jung merasa senang karena kedainya tidak sepi seperti kemarin-kemarin. Tapi saat ia memperhatikan lagi, mengapa orang tuanya juga ikut duduk bersama para pembeli itu yang semuanya adalah pria dengan pakaian serba hitam. Menyeramkan memang seperti gangster atau mafia-mafia kebanyakan. Ibu Dae Eun Jung--Kim Soo Ah, mengikuti langkah anaknya masuk ke dalam saat mendapati Dae Eun Jung masuk ke dalam kedai dengan tas punggung yang sudah pudar warnanya serta seragam yang tak seputih saat baru. "Apa yang terjadi, mengapa ibu dan ayah duduk bersama para pembeli?" tanya Dae Eun Jung merasa curiga. Hal itu tidak pernah terjadi, karena biasanya kedua orang tuanya akan membiarkan pembeli menyantap makanan mereka. "Tidak ada apa-apa, Eun Jung. Sekarang, segera ganti pakaianmu. Dan segera ke dapur untuk makan siang," jawab Kim Soo Ah dengan tersenyum setelahnya. "Tapi aku tidak yakin, Bu." Kim Soo Ah menghela napasnya, menyentuh pundak anaknya lembut. "Ya, Dae Eun Jung. Kau tau? Akhir-akhir ini kedai kita tidak menghasilkan uang jadi, kita harus memutar otak agar kedai kita bisa menghidupi kita sampai waktu yang ditentukan." Gadis kecil itu mencoba memahami. Tapi tetap saja, perkataan ambigu ibunya itu benar-benar membuatnya tak paham. Dae Eun Jung melepas kemejanya dan menggantinya dengan kaos kebesaran dengan warna kuning cerah. Berbalik dan menghadap ibunya lagi. "Jika ada sesuatu yang ibu sembunyikan. Aku berharap, ibu mau menceritakannya," ujar Dae Eun Jung seraya tersenyum kecil. Kim Soo Ah membalasnya lalu mengacak pelan puncak rambut putrinya itu. "Segeralah kedapur, ibu masak daging segar!" seru Kim Soo Ah. Tanpa perempuan itu sadari, Dae Eun Jung semakin curiga. Dari mana kedua orang tuanya mendapatkan uang untuk membeli daging? Satu minggu setelahnya, saat semuanya berjalan lancar-lancar saja. Bahkan kedai juga mulai ramai kembali karena interior dan bahan makanan tersedia cukup banyak jadi para pembeli tidak merasa kecewa karena makanan pesanannya tersedia. Karena hal itu juga, Dae Eun Jung merasa bahagia. Bahkan nafsu makannya meningkat drastis dan ia juga dapat membeli tas dan seragam baru. Meski begitu, sampai sekarang ia tidak tahu, dari mana kedua orang tuanya mendapatkan uang untuk kehidupan selama seminggu kemarin. Baru saja Dae Eun Jung akan memejamkan kedua matanya. Tapi, suara gaduh dari kedai membuat Dae Eun Jung segera bangkit dari ranjangnya dan berlari tergesa menuju ruangan depan. Matanya membelalak saat dua orang berpakaian hitam dengan topeng yang menutupi wajah mereka, terlebih lagi mereka membawa senjata tajam. Siapa dua orang pria itu, mengapa malam-malam begini masuk ke dalam kedainya dengan menodong pisau ke dua orang tuanya?! Park Dae Jung menangkupkan kedua telapak tangannya yang bergetar."Kami akan membayarnya. Tolong beri kami waktu sehari lagi. Uang hasil penjualan kemarin belum cukup untuk membayar bunganya," jelas Park Dae Jung--ayah Dae Eun Jung. "Apa peduli kami?! Bos kami sudah memberikan tugas ini untuk kami. Jadi kami hanya menjalankan tugas!" balas lelaki dengan tubuh atletis itu. Meski gemetar karena rasa takut. Dae Eun Jung mendekat pada dua orang tuanya. "Ada apa ini?" tanyanya bingung. "Dae Eun Jung! Kau kembalilah ke kamar!" pinta Kim Soo Ah sedikit membentak. Keegoisan Dae Eun Jung tidak membuatnya takut untuk berdiri di depan dua pria tersebut. "Apa yang kalian lakukan malam-malam begini dengan pisau yang kalian todongkan pada ibu dan ayahku?!" tanya Dae Eun Jung berusaha menahan tangis dan kekesalannya. Satu pria tersebut terkekeh lalu berdecih. "Ya! Kedua orang tuamu tidak dapat mengembalikan uang bosku! Dan jaminan untuk itu adalah nyawa mereka!" Satu pria yang lainnya mendekat. "Kau anak kecil, kembalilah ke kamarmu jika kau tidak ingin melihat kekerasan!" Satu jari lelaki itu menonyor kepala Dae Eun Jung hingga bergerak kebelakang. Park Dae Jung yang melihatnya merasa geram, segera menarik Dae Eun Jung untuk segera menjauh dari dua pria tersebut. "Kembalilah ke kamar!" titah Park Dae Jung. "Apa yang ayah dan ibu sembunyikan?!" "Tidak ada. Segeralah kembali ke kamar!" titah Park Dae Jung lagi. Dengan rasa cemas, kaki Dae Eun Jung melangkah masuk ke dalam. Tapi ia memberhentikan diri di balik pintu dan mengintip apa yang terjadi dari celah tersebut. Dapat Dae Eun Jung lihat, dua pria itu mendekati kedua orang tuanya. Lagi-lagi keduanya menodongkan pisau bermata tajam dan berkilau itu. "Ini perintah Daeshim, aku hanya menjalankannya!" Setelah satu kalimat itu kedua orang tuanya terkulai lemas di lantai dengan tubuh dan leher yang bersimpah darah. Dua pria itu menusuk perut dan juga leher kedua orang tuanya berkali-kali. Membuat Dae Eun Jung segera berlari menghampiri kedua orang tuanya dengan jeritan yang menggelegar. "Yaa! Ayah, ibu!" teriak Dae Eun Jung dengan air mata yang sudah mengalir. Dua pria tersebut segera lari dan meninggalkan Dae Eun Jung bersama mayat ayah dan ibunya. Flashback off Hidupnya serasa kejam, seperti kekejaman dua pria yang membunuh kedua orang tuanya hanya masalah hutang. Sampai sekarang, rasa benci dan dendam itu masih ada. Dengan jiwa psikopat akibat kekejaman dua pria tersebut, Dae Eun Jung akan mencari mereka dan membalas semuanya. Ia sudah tidak bisa mengandalkan pihak kepolisian lagi. Alih-alih membantu, mereka justru menutup kasus ini. Entah, apa yang mereka inginkan keadilan atau apa. Sebagai anak tunggal membuatnya semakin kesepian. Dan, karena pembunuhan itulah aksi-aksi yang kerap ia lakukan akhir-akhir ini, termotivasi dari hal itu. Sekarang usianya sembilan belas tahun, memasuki semester pertama perkuliahan membuatnya cukup pusing memenuhi kebutuhan hidup dan membayar uang semesternya. Dae Eun Jung, hanya seorang karyawan di tempat pemotongan daging di kota Seoul, Korea Selatan. Upah yang sedikit, tentu tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup. Terkadang saja, sehari ia tidak makan. Kalaupun mendapatkan mangsa-ia sering sekali membunuh hewan-hewan yang berkeliaran di sekitarnya secara keji--maka ia bisa mengisi perutnya. Sebenarnya, ada tetangga sebelah yang selalu peduli padanya. Keluarga Bae Eun--perempuan berusia 20 tahun-- yang membuka bisnis makanan di rumahnya sering sekali memberinya makanan. Tapi, Dae Eun Jung merasa tak enak jika setiap hari selalu diberi makanan. Semenjak kedua orang tuanya dibunuh, keluarga Bae Eun selalu memberi perhatian pada Dae Eun Jung. Meski sebagai seorang yang kejam terhadap makhluk hidup, tapi Dae Eun Jung masih punya hati untuk tetangganya itu. Dae Eun Jung keluar dengan memakai hoodie hitamnya. Satu-satunya hoodie yang ia punya. Bukan karena favorit tapi memang tidak bisa membeli warna dan merk lain. "Ah, sepertinya malam ini aku akan kelaparan, lagi," desah Dae Eun Jung di sela langkahnya menyusuri area perumahan. Gadis dengan rambut panjang itu selalu keluar saat malam hari. Matanya mencari ke sekeliling. Barang kali ada kucing atau hewan lain yang dapat ia makan malam ini. "Ya, Eun Jung!" panggil seseorang dari belakang.nDae Eun Jung menoleh dan berbalik. Alisnya terangkat saat lelaki itu mendekat padanya. "Apa yang kau lakukan malam-malam begini?" tanya Kang Dae-lelaki berusia 20 tahun yang rumahnya memang cukup dekat dengan Dae Eun Jung. Bukannya kepedean atau apa, Kang Dae ini seperti menyukai Dae Eun Jung. "Harusnya aku yang bertanya, apa yang kau lakukan malam-malam begini?" "Aku... Aku hanya ingin menghirup udara malam," jawab Kang Dae beralasan. Kedua tangan Dae Eun Jung masuk ke dalam kantong hoodienya. "Kau pikir aku percaya?" "Kau harus percaya pada oppa mu ini," jawabnya sembari terkekeh setelahnya. Dae Eun Jung mencibir. "Apa kau sudah makan?" tanya Kang Dae. Lelaki itu juga selalu perhatian pada Dae Eun Jung. "Kau selalu tahu jawabannya." "Apa kau mau makan denganku?" tawar Kang Dae. Dae Eun Jung menggeleng. "Malam-malam begini, kau mau mengajakku kemana?" Nampak berpikir, Kang Dae sedang mengingat kedai makan ataupun restoran yang masih buka malam-malam begini. Meski bukan orang kaya, tapi Kang Dae sering sekali mengisi perutnya di kedai makan atau restoran ternama. Lelaki itu begitu royal kepada diri sendiri dan juga teman-temannya. Apalagi kepada Dae Eun Jung. "Bagaimana kalau kita ke restoran Puba?" tawar Kang Dae. Restoran Puba merupakan restoran ternama di sekitar Seoul. "Tidak. Aku tidak punya uang banyak," jawab Dae Eun Jung. Lelaki itu berdecak, berkacak pinggang lalu bersungut, "ya, Dae Eun Jung! Apa kau pikir kau yang akan membayarnya?!" "Iya, lagi pula berapa banyak uang yang kau punya sampai bersedia membayar makanan di restoran ternama itu?!" tukas Dae Eun Jung merasa kesal. Kang Dae berdecak sebal. "Sangat banyak! Aku bahkan bisa membeli restorannya sekaligus!" Entahlah, Kang Dae sedang berkelakar atau serius. Memutar bola matanya malas, Dae Eun Jung menarik topi hoodienya dan membiarkan rambutnya terkena semilir angin malam. "Baiklah oppa, jika begitu lebih baik kau ajak aku makan besok malam saja. Hari ini aku sedang tidak lapar," jawab Dae Eun Jung kemudian melangkah kembali ke rumahnya. Tidak pernah menyerah untuk membujuk Dae Eun Jung. Lelaki itu mengikutinya, dan mensejajarkan langkah keduanya. "Kau tau? Aku tidak suka penolakan," ujarnya. "Dan aku tidak suka dipaksa," jawab Dae Eun Jung. Langkah Kang Dae berhenti. "Baiklah, daripada kau marah padaku nantinya. Kalau begitu, besok aku akan mengajakmu makan di Puba!" teriak Kang Dae saat Dae Eun Jung mulai menjauh. Tanpa menoleh atau berbalik, Dae Eun Jung--gadis psikopat itu mengendikan bahunya acuh. Malam semakin larut, dan sepi semakin menyertai langkahnya. Bahkan lampu juga sudah banyak yang dimatikan sang pemilik rumah. Dae Eun Jung, menghentikan langkahnya sembari menajamkan pendengarannya. Ia melihat ke kanan dan ke kiri saat suara kucing masuk ke dalam indra pendengarannya. Segera, kaki jenjang Dae Eun Jung melangkah pelan-pelan mengikuti suara kucing tersebut. Hingga langkahnya berhenti di tempat sampah umum. Dengan langkah hati-hati, Dae Eun Jung menangkap kucing bewarna abu-abu kehitaman itu. Mendekapnya lalu dengan kekejaman hati dan kekuatan yang ia punya, Dae Eun Jung mematahkan leher kucing tersebut hingga tak bernyawa lagi. Sebuah senyum terbit dari bibir tipisnya. Sepertinya, malam ini ia tidak akan kelaparan. Bahkan santapan lezat akan segera ia hidangkan. Manik mata kecokelatan milik Dae Eun Jung meneliti, mencari kantong kresek yang akan ia gunakan untuk memasukan kucing yang sudah tak bernyawa tersebut. Setelah beberapa detik, akhirnya Dae Eun Jung menemukan kantong bewarna hitam. Yap, cukup memudahkannya dengan warna seperti itu. Kucing tersebut segera ia masukan ke dalam kantong kresek. Memasang tudung hoodienya. Dae Eun Jung kembali melangkah dengan langkah santai kembali ke rumahnya. *** "Ini hal paling aku suka!" gumam Dae Eun Jung sembari memasukan telinga kucing yang sudah dipotong dan diberi formalin ke dalam toples kaca transparan. Senyumnya tersungging sembari meletakkannya di rak berjejeran dengan bagian tubuh hewan lainnya. Banyak sekali koleksi hal-hal begitu yang Dae Eun Jung punya. Dari telinga hingga bagian kaki. Bukan hanya kucing tapi hewan lainnya juga ada. Paling banyak memang kucing. Karena dia jarang berpergian ke tempat lain untuk mencari mangsa. Hanya sekitaran rumah. Dan mungkin, mereka juga hampir punah karena ulahnya. Setelah menyantap hidangan yang dimasak oleh dirinya sendiri--Dae Eun Jung memang pandai memasak--gadis 19 tahun itu mengistirahatkan dirinya di ranjang kecil. Ranjang sejak ia berumur delapan tahun. Untung saja tidak lapuk dimakan usia. Hingga berlarut malam. Dae Eun Jung terlelap. Tinggal bagaimana esok ia akan makan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD