Part 3 Pan Cake Bu Rosa

864 Words
20 menit kuhabiskan di jalan menuju toko kue langganan papa, iya untuk membeli pan cake kesukaan mama tentunya. Setelah sampai di parkiran aku kaget melihat motor sport yang tak asing bagiku, tapi ah sudahlah. Aku pun masuk kedalam toko sekaligus cafe ini, suasana yang tenang dan damai kayaknya tema cafe ini. Aku menuju meja kasir untuk memesan pan cake yang biasa papa beli untuk mama, yakni pancake special all varian. Sambil menunggu pesanan akupun duduk di meja kosong d depan meja kasir. Kubuka handphone yang menunjukkan notifikasi pesan masuk dari berbagai grup kampus dan grup bisnis Nevi Resto. Iya papa meminta kak Arnold minggu lalu memasukkan aku kedalam grup dari situ banyak anak Resto yang penasaran denganku. Sampai tiba-tiba ada seseorang yang duduk didepanku, “Pak Dito ?” ujarku saat terlonjak kaget. “Iya saya, kamu lagi nunggu seseorang ya disini ? kok gak pesan minum ?” tanya pak Dito. “Saya pesan pancake untuk dibawa pulang pak. Mama suka pancake buatan cafe ini” jelasku. Pak Dito mengangguk dan berdiri mendekati meja kasir dan kembali membawa 2 gelas moca latte. “Ini minum, tenang gak bayar kok ini cafe mama saya” ujarnya. “Terima kasih pak” kuambil dan kuminum secara perlahan. Tak berapa lama mbak kasir memanggil namaku untuk pesanan yan kubuat, akupun langsung beranjak dan mengambil pesananku. “Pak Dito terima kasih untuk moca lattenya, saya harus segera pulang. Permisi” pamitku. “Tunggu Claudy, boleh saya meminta kontak kamu ? kalau tidak keberatan” tanyanya. “Boleh” ujarku seraya mengetik nomor ponselku di handphone pak Dito. Setelah itu aku keluar dari cafe kulajukan mobilku ke Nevi Resto Cabang Mega Patih. Sesampai di Nevi Resto and hotel aku masuk kedalam menemui mbak Indira Penanggung jawab tempat itu. Alangkah terkejutnya aku melihat mbak Indira dipeluk oleh kak Arnold, kuberanikan mendekat setelah menyapa beberapa pegawai dan asisten mbak Indira. “Hai mbak, kak” sapaku mengejutkan mereka. “Astaga Claudy” desah kaget mereka, otomatis mereka saling menghambur pelukan mereka. Aku tersenyum dan tiba-tiba kak Arnold memegang tanganku seraya berucap “kamu jangan bilang pak Juan dan Nyonya ya, maafkan kakak yang tak bisa menyayangimu lebih dari adik. Aku sudah lama menjalin hubungan dengan Indira karena aku mencintainya” cecarnya padaku. Kuanggukan kepalaku tanda mengerti meski aku kecewa, tapi aku belum jatuh hati pada kak Arnold tapi ini sudah sangat membuka hatiku atas perlakuannya selama ini. “Tenang saja kak,mbak. Walau aku sempat menaruh dan berharap perhatian lebih tapi sekarang aku tau kenapa kakak menolak saat aku mengajak berdansa di acara Garden Party Inge” ucapku seraya tersenyum kecut. “Dan mbak Dira aku kesini hanya ingin meminta mbak buat ajari aku dasar pembukuan Hotel dan Nevi Resto” ujarku seraya memeluk mbak Dira. Suasana hening pun tercipta saat aku membaca rincian dasar bisnis papa di sini, “kak ajak mbak Dira ngobrol kalau memang mau jangan sungkan, aku gapapa kok. Oh ya kak untuk diresto pusat aku pelajari setelah wisuda ya?” kataku mencairkan. Tapi yang kutangkap ekspresi mereka seolah sungkan karena kehadiranku jadi kuputuskan memanggil salah satu pegawai untuk mengkopikan beberapa berkas yang ku butuhkan. Mbak Dira merasa tak enak dia mendekatiku seraya berucap “Non Claudy apa yang bisa mbak ajarkan ?”. “Nah gitu kek dari tadi tanyain aku, ajari berkas ini ya mbak. Tapi besok pulang Claudy dari kampus karena besok aju banding terakhir bagi Claudy. Oh ya mbak bisa save nomor mbak di hp Claudy banyak yang mau Claudy tanyain lagi” ujarku. “Ini” ucapnya menyerahkan ponselku. Setelah mengucapkan terima kasih akupun pamit, saat hendak berdiri tanganku dicekal kak Arnold . “Kenapa kak ?” tanyaku, “jika kamu mau cerita pak Juan silahkan, karena aku pantas mendapatkannya. Maaf jika aku melukai hatimu” ujarnya seraya sendu. “Kakak ngomong apa sih ? aku tak pernah menaruh lebih ke kakak. Lagian aku ingin fokus bisnis dulu, oh tentang cerita pasti tapi nanti aku dulu yang akan mengawali cerita ke papa” ujarku seraya melepaskan tangan yang digenggam kak Arnold. Setelah lepas mbak Dira tiba-tiba memelukku sambil sesenggukkan membuat aku merasa terkejut, “mbak kenapa kok nangis ?” tanyaku padanya. “Mbak minta maaf karena mengecewakan non dengan berhubungan dengan mas Arnold” jujurnya padaku. “Sudahlah mbak aku gapapa selama ini aku hanya kagum gak lebih, apa mataku bohong ?” tuturku seraya menggenggam tangan mereka dan menyatukannya. Setelah suasana cair aku pamit dan melajukan mobilku ke rumah. Sampai dirumah mama memandangku heran, “assalamualaikum, ma ada apa kok nungguin Claudy di pintu ?” tanyaku pada mama. “waalaikumsalam, maafin mama dan papa ya sayang” ucapnya seraya merangkulku masuk kedalam rumah dan mendudukan ku di ruang tamu yang sudah ada papa dan Inge. “Papa sudah dengar tadi di Nevi resto dan hotel tentang hubungan Arnold dan Indira juga pengakuanmu sayang” peluk papa saat aku disampingnya. “Maaf karena papa pikir kamu mencintai Arnold lebih dari kakak, papa juga berpikir kalau Arnold menaruh hati karena perhatiannya selama ini” lanjut papa. Aku hanya diam dan mendengar, setelah itu kuhembuskan nafas panjang dan kuberanikan diri mengakui. “Pa aku belum berubah dari 3 tahun lalu, sosoknya belum bisa hilang dari hati dan fikiranku pa. Dia cinta pertama Claudy, Arjuna Aristia Gunawan. Aku belum melupakannya pa, hatiku masih rapuh memikirkan tentangnya. Semenjak dia menikahi sahabat masa kecilku Intan, dan tinggal di LA sungguh Claudy masih rapuh” isakku tak mampu menahan apa yang sebenarnya kurasakan. Mama dan Inge membelai dan mengecupiku, begitupun papa yang sejak tadi memelukku. Kutumpahkan segala tangisku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD