Cewek itu paling nggak suka dikasarin, jangankan dikasarin dibentak sedikit aja udah langsung sakit hati dan pelampiasannya adalah menangis.
*****
Keesokan harinya setelah kemarin malam ia membohongi Ayahnya kalau ada balapan padahal ia hanya kumpul-kumpul bersama dengan temannya membuat Raffa tidak memberikan uang saku pada anaknya. Padahal sudah berbagai alasan yang ia berikan pada Ayahnya namun dari sekian alasan itu sama sekali tidak di terima.
Namun sebenarnya, Keano sangat penasaran dengan perempuan yang mengaku menjadi kakak kelasnya dan tiba-tiba datang menghampirinya tadi malam. Ia jarang melihat gadis itu, atau mungkin dirinya saja yang tidak tahu. Dilihat dari penampilannya saja sudah bisa ditebak seperti anak famous. Tidak mau ambil pusing akhirnya Keano memutuskan untuk segera pergi ke sekolah.
Tidak hampir setengah jam cowok itu sudah samapi di SMA Nusa Bangsa. Laki-laki tersebut berjalan menuju ke dalam kelasnya dengan pergerakan yang begitu santai. Sepanjang koridor semua anak perempuan mau itu seangkatan maupun kakak kelasnya menatap Keano dengan pandangan terkesima.
"Anjirr Keano makin lama makin ganteng banget," sorak salah satu murid yang melihat Keano berjalan melewatinya.
"Hello brother! Gimana kemarin sama doi?" entah darimana datangnya Anta, cowok itu telah berada di sampingnya dengan menaik turunkan alisnya.
"Ada kemajuan sedikit,"
"Wih serius lo? Trus gimana udah jadian belum?" tanya Anta sumringah.
Keano menjitak kepala Anta kencang, laki-laki itu sontak mengaduh dan menggosok kepalanya dengan kencang karena merasakan sakit akibat jitakan Keano. Anta memanyunkan bibirnya.
"Biasa aja nggak usah ngejitak dong Ke!" sungut Anta.
"Bodo amat. Lagian lo juga aneh, yakali gue baru deket udah langsung jadian!"
Keano berlalu pergi meninggalkan Anta yang masih berdiri dengan cengonya. "Eh Ke tunggu!" teriak Anta saat dia tersadar dari kebengonganya.
Keano berjalan dengan tergesa karena tidak sengaja tadi dia melihat Alea yang juga baru saja datang dan kini gadis itu tengah berjalan di depannya. Keano diam-diam sudah berada di belakang Alea yang berjarak 1 meter. Gadis itu tidak menyadari kehadiran Keano.
"Yah ditinggal lagi," cibir Anta saat dia melihat tingkah Keano itu.
****
Keano terkekeh saat dengan usilnya dia meniup rambut Alea dengan pelan. Murid yang melihat kelakuan cowok itu menahan nafasnya, mereka ingin teriak tapi oleh Keano dikode untuk diam.
"Kok merinding ya?" Alea memegang tengkuknya yang sedikit merinding tersebut.
Keano yang mendengar rasanya dia ingin mencubit pipi gadis itu dengan gemas. Keano kemudian kini mencolek-colek pundak Alea.
"Nah lo siapa nih yang colek-colek?" tanya Alea dengan gumam.
"Ehem." Dehem Keano.
"Eh setan!" kaget Alea. Dia memejamkan matanya saat menatap Keano.
Keano menyentuh pundak Alea pelan, dia memastikan apakah gadis itu baik-baik saja atau tidak. "Kaget ya?" tanya Keano.
"Keano!" geram Alea saat dia menyadari bahwa sejak tadi dia diikuti oleh laki-laki itu.
"Apa?" jawab Keano tanpa dosa.
"Ngapain lo ngikutin gue?!"
"Mastiin supaya lo baik-baik aja," jawab Keano acuh.
Alea medesah pasrah semakin lama dia meladeni sifatnya Keano maka semakin lama juga dia bisa pergi dari hadapan laki-laki itu.
Alea membuka tasnya dia mengambil buku kimia milik cowok itu, Keano hanya memperhatikan gerak-gerik dari Alea. "Nih." Ucap Alea sambil memberikan buku catatan milik Keano yang dia pinjam kemarin.
"Makasih," lanjut Alea.
"Sama-sama Alea," jawab Keano sembari mengukir senyumnya.
Keduanya masih sama-sama diam tidak ada obrolan yang terjadi, tiba-tiba ada keributan di lapangan, dahi kedua orang itu mengrenyit bingung.
"Ada apaan tuh Ke?" tanya Alea penasaran.
"Gue juga nggak tahu, kesana yuk?" ajak Keano dan diangguki oleh Alea. Tidak lupa Keano menggengam tangan gadis itu agar tidak terpisah. Hmm modus-modus dikit bolehkan?
Sampainya Keano dan Alea di tempat itu, mereka langsung menerobos murid-murid yang sedang mengerubungi lapangan tersebut. Keano menatap orang itu dengan serius.
"Bukannya itu Anastasya?" guman Keano.
Alea yang mendengar gumaman itu dia langsung mendongakkan kepalanya kearah Keano, "Lo kenal sama kak Tasya?" tanya Alea penasaran.
Keano diam dia tidak mungkin menceritakan bahwa dia kenal dengan perempuan itu di tempat tongkrongannya kemarin malam bersama dengan teman-temannya. Bisa-bisa Alea tidak mau dia dekati.
"Cuma tahu aja sih," elaknya.
Alea manggut-manggut.
"Jadi mau lo apa ha?!" bentak cowok itu.
"Lo tanya mau gue?!" Tasya berbalik bertanya kepada cowok itu, sepertinya itu adalah Diko, anak kelas 11 sekaligus pacar Tasya.
"Iya!"
"Kita putus!" bentak Tasya dan kemudian dia berlari meninggalakan tempat tadi.
Tasya menghentikan langkahnya di depan Keano, tatapan keduanya bertemu membuat Alea yang melihatnya sedikit panas? Ada rasa kasihan saat gadis itu meneteskan air matanya, tapi kemudian Tasya melanjutkan berlari meninggalkan lapangan.
"Beneran nggak kenal sama kak Tasya?" tanya Alea curiga.
"Enggak Al,"
"Tapi kok kayaknya si kak Tasya berharap lo meluk dia sih?" sedikit nada jutek didiri gadis itu.
"Lo cemburu?" tanya Keano.
"Ya enggaklah! Mana ada,"
Keano tersenyum akan jawaban ragu-ragu Alea. Baginya itu masih ada kesempatan baginya bahwa secara tidak langsung Alea memendam rasa kepadanya.
"Yaudah gue ke kelas duluan!" pamit Alea dengan perasaan yang sedikit kesal, namun gadis itu tidak menyadarinya.
"Gue anterin," putus Keano.
* * *
"Al lo nggak ada perasaan apa gitu sama Keano?" tanya Tere yang kini sudah duduk manis di samping Alea.
"Perasaan apaan? Kalau perasaan kayak temen gitu ada," jawab Alea.
"Bukan itu Al. Ish lo mah nggak peka deh. Temen rasa cinta maksud gue Al," celetuk Tere.
Alea tertawa, ada-ada saja temannya itu, "Ya enggaklah Tere. Keano itu bukan tipe gue!" Kata Alea.
"Kok gitu sih Al? Keano itu baik sama lo. Nggak pernah ngasarin lo kan?" tanya Tere berusaha menyadarkan perasaan Alea.
"Apaan deh. Denger ya Tere sampai kapan pun gue nggak bisa suka sama Keano. Modelnya aja bad boy gitu!" ucapnya dengan penuh ketegasan.
Tere menghembuskan nafasnya keras, "Udah gue bilangkan Al, jangan ngelihat penampilan Keano luarnya. Yang penting itu dia baik sama lo. Dia nggak buat lo kecewa. Dia itu beneran suka sama lo." Tutur Tere panjang lebar.
"Hmm iya deh Ter. Terserah mau lo bilang apa," jawab Alea.
"Al lo tadi dicariin sama kak Fahri tuh." Mendadak ada yang mengajak Alea berbicara ternyata itu adalah teman Alea satu kelas yang memberikan gadis itu informasi bahwa dia tadi dicari oleh Fahri—Kakak kelasanya.
"Ngapain Ni?" tanya Alea kepada Nina.
"Nggak tahu tuh. Nanti jam istirahat lo disuruh ke ruang OSIS katanya," kata Nina.
Alea mengangguk, "Oke, makasih Nin infonya." Ujar Alea dan diangguki oleh Nina.
Diam-diam ada yang mendengar ucapan Alea dan Tere, tangannya mengepal kuat, dadanya bergemuruh. Kemudian dia pergi begitu saja dari kelas gadis itu. Padahal niatnya tadi mau memberikan catatan yang tertinggal di dalam bukunya. Tapi justru dia malah mendengar sebuah kenyataan tentang perasaan Alea untuknya yang tidak akan pernah bisa berubah sampai kapan pun. Lalu apa yang akan ia lakukan kalau seperti? Apakah dia akan terus memperjuangkannya?
Atau justru dia menyerah dan melepaskan Alea untuk demi kebahagiaan gadis itu? Mungkin selama beberapa hari ini selama ia dekat dengan Alea memang benar, kalau Alea tidak nyaman berada di dekatnya dan semuanya terbukti ketika dia mendengar sendiri perbincangan Alea dan Tere.
* * *
Keano sejak tadi hanya berdiam diri di belakang sekolah sambil mengapit sebuah rokok ditangannya. Tepatanya dia berada di warung yang terletak sangat tersembunyi, jarang sekali guru menemukan dirinya di sana. Anta saja juga tidak tahu tempat tersebut. Karena tempat itu terkenal sangat sepi dan jarang dikunjungi oleh siapa pun kecuali petugas kebersihan yang hanya sekedar lewat saja.
Lagi-lagi dia bolos pelajaran, pikirannya sedikit kacau saat dia mendengar sendiri dari mulut gadis itu tadi. Bahwa sampai kapan pun perempuan itu tidak akan pernah menyukainya.
"Huhhh!" kebulan asap rokok keluar dari mulut cowok itu, sesekali dia juga memejamkan matanya. Nafasnya sedikit sudah teratur. Benar apa kata quotes, berani mencintai maka berani juga untuk patah hati.
Tiba-tiba ponselnya bergetar menandakan ada sebuah pesan masuk. Dengan malas Keano merogoh saku celana seragamnya, dia mengeser lock screen ponselnya dengan asalan. Tiba-tiba beberapa pesan masuk dari Anta muncul dengan sendirinya di sana.
KunAnta: Bangke lo. Heh anakan singa, lo di mana elah?! Lo tahu betapa kangennya Bu Sera sama lo? Oh, iya tugas kimia lo udah lo kerjain belom? Habis ini pelajarannya Bu Nilla.
KunAnta: Bazengg! Bales nyet? Pulsa lo abis? Sini gue beliin!
KunAnta: L dmn?
Senyum tipis itu mengembang dibibir Keano, ternyata di sekolah ini masih ada orang yang peduli dengannya. Tapi tiba-tiba saat Keano ingin membalas pesan dari Anta namun satu pesan masuk dari seorang gadis yang membuat Keano menghentikan niatnya tadi.
Aleavredic: Kemarin lo ada tugaskan? Nah lembaran yang ada dibuku lo itu punya lo. Jdi jgn kasih gue ya Ke.
Keano langsung mematikan ponselnya dia kemudian memasukkan benda itu ke dalam sakunya, cowok itu mengacak rambutnya kesal. Kini dia melepas dasi sragamnya. Tujuannya dia memakai dasi dan berpakaian rapi itu adalah supaya Alea bisa sedikit luluh dengannya. Karena pikirnya apabila dia bersragam rapi Alea akan sedikit bisa menerimanya. Tapi apa? Ternyata dia biasa saja. Malah gadis itu berhasil membuat Keano frustasi.
"b*****t!"
* * *
Setelah hampir 1 jam lebih Keano berada di tempat tadi akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran milik Bu Sera. Cowok itu melirik jam tangannya yang ternyata sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Lama sekali ternyata dia duduk di tempat tadi.
Kali ini Kano membuka pintu kelasnya dengan takut-takut, saat pintu itu terbuka dia menyembulkan sedikit kepalanya untuk menyusuri kelasnya. Tatapannya jatuh ke arah Anta yang tengah mengkode agar dirinya masuk. Pada saat itu, Bu Sera juga tengah asik dengan beberapa pekerjaan murid-muridnya. Terlihat seperti mengoreksi beberapa lembar kertas ulangan.
Dirasanya aman, Keano langsung masuk ke dalam kelas itu secara perlahan-lahan. Dia berusaha tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Cowok itu perlahan mulai berjalan ke arah tempat duduknya. Mungkin Bu Endang dengan Keano itu ada ikatan batin, sehingga guru itu sadar kalau ada yang masuk ke dalam kelasnya.
"Saya mencium bau-bau anak madol udah kembali!" ucap Bu Endang tiba-tiba.
Hal itu membuat Keano diam mematung di tempatnya sambil mengumpat pelan.
Shit! Kuat banget insting tuh guru?! Gerutu Keano kesal.
"Saya bukan anak madol Bu. Saya anaknya Ayah Raffa sama Bunda Anya." Jawab Keano santai.
"Eh eh eh, nih anak dibilangin ngelawan mulu ya?!" ketus Bu Endang.
"Haduh Bu, saya tuh nggak ngelawan. Emang realitanya saya tuh anaknya Raffa sama Anya," jawab Keano. “Heran, kenapa pada suka ngegas sih?” lanjut Keano dengan gumamannya.
"Keano kamu sudah sering sekali membuat keributan di sekolah ini! Semua guru sudah angkat tangan sama kamu," kata Bu Endang.
"Angkat tangan kenapa Bu?" tanya Keano memastikan.
"Mereka nggak kuat sama kelakuan kamu yang semakin hari semakin bar-bar!"
“Astagah saya kira kenapa Bu. Soal itu mah jangan dimasukin hati, kan saya anaknya emang begini. Iya nggak guys?” tanya Keano pada teman sekelasnya. Serentak satu kelas menjawab Iya.
Terlihat Bu Endang memijit pelipisnya pusing. "Terserah kamu. Terus ngapain kamu di sini?!" Tanya Bu Endang marah.
"Mau belajarlah Bu. Yakali di sini saya mau mancing," ucap Keano tanpa dosa.
“Iya kamu lagi mancing! Mancing emosi saya lebih tepatnya!” Geram Bu Endang.
“Nah itu tahu.” Jawab cowok itu sangat santai.
"Nggak tahu diri ya kamu?!"
Keano hanya diam. moodnya untuk meladeni guru alaynya minta ampun itu tiba-tiba hilang saat ada seorang gadis memasuki kelasnya dengan senyum ramahnya. Saat berpapasan dengan Keano, Alea tersenyum, tapi kali ini dia membuang mukanya.
"Maaf permisi Bu?" sapa Alea.
Bu Endang kini menatap Alea ramah, berbanding terbalik saat dengan Keano tadi. Keano yang melihatnya pun mencibir.
"Kenapa Alea?"
"Saya mau ngasih buku catatan yang Ibu suruh kemarin waktu sebelum istirahat Bu," ucap Alea sambil meletakkan satu tumpuk buku tulis yang diyakini itu milik teman satu kelasnya juga.
"Oh, yasudah taruh sini saja. Kamu Keano, karena kamu telat sekarang kamu Ibu hukum bersihkan toilet perempuan!" ketusnya.
"Astagah Bu. Perasaan dari awal saya masuk tuh cuma hukuman deh yang saya dapet? Saya pindah ke sekolah ini tuh buat jadi siswa bukan jadi cleaning service heran saya kadang-kadang." Keano menggerutu.
"Memang salah kamu sendiri! Kenapa cari masalah? Emang sekolah itu buat apa? Numpang ngadem sambil mainin wifi?!" tanya Bu Sera curiga.
"Iya. Eh nggaklah Bu. Buat apa saya nyari wifi? Di rumah saya tuh wifi 24 jam non-stop! Tanpa lemot." Jawab Keano.
Bu Endang menatap murid bebalnya itu dengan geleng-geleng kepala. "Udah sana mending kamu bersihin toilet sekarang, supaya bisa cepet selesai!" ketusnya.
Anta yang melihat hal tersebut menatap temannya sedih, mau membantu tapi bagaimana caranya?
"Iya Bu." Keano berjalan begitu saja melewati Alea tanpa menatap gadis itu sedikit pun. Ada rasa aneh saat Keano tak melihatnya hal tersebut membuat Alea bertanya-tanya di dalam hatinya. Kenapa cowok itu berubah 180 derajat seperti itu?
"Keano?" panggil Bu Endang sebelum cowok itu pergi untuk menjalankan hukumannya.
"Apa?" geram Keano. Cowok itu berbalik menatap guru tersebut.
"Bantu Alea bawa sebagian buku itu yang sudah Ibu kasih paraf," suruhnya.
"Iya."
Ada rasa senang dihati Alea saat tidak sengaja Keano menatap dirinya. Aneh memang, tapi Alea tidak terlalu memperdulikan hal itu.
* * *
Keduanya berjalan menuju kelas 10 IPA 3 sembari membawa beberapa tumpuk buku yang di suruh Bu Sera tadi. Mereka berjalan dengan hening, tidak seperti biasanya di mana Keano yang berlaku usil danjahil pada Alea. Keano yang selalu berusaha mencari topik pembicaraan, namun mendadak laki-laki itu hanya diam saja. Hal tersebut membuat Alea bertanya dalam hati sebenarnya ada apa dengan laki-laki itu?
Tidak tahan dengan keadaan keduanya yang seakan-akan canggung itu akhirnya Alea berusaha untuk bertanya. "Ke lo kenapa sih?" tanya Alea bingung karena sejak tadi Keano hanya diam. Entah kenapa seakan-akan Alea tidak suka didiamkan oleh cowok itu sekarang.
"Nggak apa-apa." Jawabnya singkat.
Alea menghela nafasnya dia berjalan menuju kelasnya dengan hening. "Al?" panggil Keano ragu.
"Iya?" jawab Alea dengan menatap ke arah Keano bingung. Tapi ia bersyukur Keano sedikit mulai mengajaknya berbicara.
"Apa yang lo tahu tentang rasa?" tanya Keano sambil berjalan.
Alea nampak terkejut dengan apa yang ditanyakan oleh cowok itu barusan, tapi kemudian dia paham apa yang dimaksudnya. "Rasa? Kalau bagi gue sih rasa itu suatu hal yang dimiliki seseorang terhadapan orang lain entah itu suka atau pun enggak."
Keano mengangguk, "Bukan kayak gitu Al. Itu sih cuma garis besarnya aja. Kalau yang lebih detail tuh, perasaan yang aneh yang dirasain cowok ke cewek atau sebaliknya yang membuat lo terasa nyaman. Kayak rasa yang gue milikin buat lo." Ujar Keano dengan menatap Alea dengan sedikit meliriknya.
"Ha? Lo--?" ucapan Alea terputus saat Keano menyerahkan beberapa buku yang telah diberi paraf oleh Bu Sera tadi.
"Gue mau ngerjain hukuman dari Bu Sera dulu. Kelas lo udah sampaikan? Gue duluan Al." ucap Keano dengan senyumnya.
Keano berjalan meninggalkan Alea yang masih diam mematung di sana. Saat masih beberapa langkah cowok itu berhenti dan kini berbalik menatap Alea, "Jangan dipikir apa yang gue bilang tadi. Itu nggak penting oke?" senyuman dari wajah Keano terpampang dengan jelas membuat Alea gagal fokus.
"Sebenernya apa sih yang diomongin Keano?"
Setelah mengantarkan buku-buku tadi di kelas Alea kini Keano langsung menuju ke kamar mandi perempuan. Di sana dia mulai mencari keberadaan pel, ember, serta cairan pembersih lantai.
"Bu Endang ada-ada aja. Ancur reputasi gue kalau sampai ketahuan murid cewek di sini!" keluh Keano sambil memulai mengepel dengan mencelupkan kain pel itu ke dalam ember yang telah diberi air dan sekaligus cairan pembersih lantai. Seumur-umur baru kali ini dia disuruh mengepel lantai di kamar mandi perempuan! Kalau mengepel saja dulu di sekolah lama dia juga sering apalagi waktu SMP karena kenakalan cowok itu sepertinya telah mandarah daging.
Ada gitu bad boy ngepel? Kalian sudah lihatkan contohnya? Ya Keano itu salah satunya. Tapi tidak apa-apa bagi Keano itung-itung keahliannya itu bisa digunakan untuk membantu orang tuanya membersihkan rumah sekaligus kelak membantu meringankan pekerjaan istrinya.
"Keano?" panggil seseorang, dia pun menoleh.
"Tasya?" tanya Keano meyakinkan, karena sebenarnya dia tidak mudah untuk mengingat nama seseorang.
"Iya hehe, cie hafal sama nama gue," goda Tasya.
"Dih apaan, orang gue baca name tag lo." Elak Keano dengan asal. Cowok itu kemudian melanjutkan acara mengepelnya.
Tasya yang melihat Keano itu ingin tertawa sekaligus kasihan, "Mau dibantuin? Mumpung kelas gue lagi jamkos tuh." ucap Tasya. Sontak saja Keano langsung menggangguk, lagipula kapan lagi ada orang yang mau bantuin orang lain buat ngeringanin hukuman yang diberikan oleh guru. Hal itu membuat Tasya tersenyum senang.
"Lo bersihin yang sana. Gue yang sini." ucap Tasya antusias.
"Oke." jawab Keano senang karena ada yang membantunya.
* * *
Sekitar 20 menit lamanya Keano dan Tasya baru selesai menyelesaikan hukuman tersebut. Keano yang tadinya hanya memakai kaos putih itu kini dia mengambil kemeja sragamnya yang dia taruh di salah satu bilik pintu kamar.
Sedangkan Tasya tengah mengelap peluh yang membanjiri wajahnya dengan tangan, melihat hal itu Keano membantu Alea mengusap keringatnya dengan baju sragamnya. Untung saja bukan baju hari senin dan selasa namun ini itu adalah baju sragam khas hari rabu yang dia gunakan.
Mendapat perlakuan tersebut membuat Tasya sedikit tersontak kaget, ia menatap Keano dengan bengong.
“Ini baju gue bersih kali, masih sekali pakek. Baru gue pakai tadi pagi terus gue lepas karena di hukum biar nggak kotor. Jadi lo tenang aja,” jelas Keano sebelum dia mendapatkan makian dari Tasya karena berpikiran bahwa baju yang dia gunakan kotor.
Bukannya marah justru Tasya malah tertawa, “HAHA LUCU LO ANJIR!” Tasya meletakkan pelnya dan dia berjalan kea rah luar toilet dan duduk di salah satu kursi yang ada di sana.
“Lo kenapa ketawa?” tanya Keano bingung.
“Gue nggak marah lagi, justru gue kaget aja gitu. Kenapa ada cowok seromantis lo tapi ditolak sama cewek,”
Mendengar itu membuat Keano menatap Tasya bingung. “Udah deh Ke, nggak usah sok nggak tahu deh. Seperti yang udah gue ucapin semalam kalau lo suka kan sama Alea?” tanyanya.
Keano diam.
“Lo nggak bisa bohong,”
“Terus gue harus apa dong? Dia aja nggak suka sama gue,” jawab Keano berusaha untuk menahan emosinya.
Tasya tersenyum, ia menyentuh pundak cowok itu. “Kalau lo beneran sayang sama dia. Lo buktiin ke Alea kalau lo layak dan pantas buat dia. Bukannya malah nyerah kayak gini. Denger ya Ke, terkadang kalau kita menginginkan sesuatu pasti perlu yang namanya kerja keras dan usaha kan? Semua itu nggak ada yang instan. Jadi kalau masih kayak gini sih lo nggak boleh nyerah, lo belum ngerasain apa yang gue rasain.” Dibalik semangat yang diberikan oleh Tasya ternyata ada pesan tersirat yang diucapkan.
Untung Keano tipikal orang yang mudah peka, “Maksud lo?”
Tasya menggeleng, “Bukan apa-apa.”
“Serius Sya!” Cecar Keano.
Tasya justru tertawa. “Gue juga serius kali. Lo kira gue tadi lagi stand up atau gimana?”
“Jujur lo kenapa?” tanya Keano serius.
“Cie mulai perhatian nih yaa,” Tasya berusaha mengalihkan topik.
“SYA!”
“Intinya jangan pernah sakitin perempuan, sejahatnya dia, pasti ada alasan dibalik semuanya. Itu pesan gue, yaudah gue balik ke kelas dulu deh, capek mau tiduran haha.” Tasya pun beranjak dari duduknya.
“Nanti pulang bareng gue mau?” tawar Keano.
“Nggak usah, kapan-kapan aja kalau gue mau. Tapi lo harus mau! Itung-itung sebagai ucapan terima kasih lo sama gue karena udah bantuin lo.” Tasya tersenyum manis.
“Dasar pamrih.”
“Ye apaan, kan elo tadi yang nawarinkan? Kalau nanti sih gue udah di jemput kapan-kapan aja kalau gue pengen pulang sama lo.”
“Suka-suka aja.” Keano memutar kedua bola matanya malas. Ternyata perempuan itu sangat ribet.
“Kalau gitu gue duluan ya, Keano.”
“Terserah.”
* * *
Alea berjalan seorang diri menuju ke arah gerbang sekolah, ia berniat untuk naik angkutan umum karena orang tuanya tidak bisa menjemputnya hari ini. Biasanya kalau ia bertemu dengan Keano pasti laki-laki itu menawarinya tumpangan namun sejak tadi siang ia merasa aneh dengan cowok itu seolah-olah menghindarinya.
Saat ia tengah berjalan mendadak ada yang memanggilnya, otomatis ia berhenti. "Alea," panggil seseorang dari arah belakang.
Alea menebak itu adalah Keano tapi nyatanya bukan. Dia adalah Fahri, orang yang dia sukai sejak kakak kelasnya itu menjadi ketua panitia MOS.
"Iya kak ada apa?" tanya Alea malu-malu.
"Udah dijemput belum?" tanyanya dengan sedikit canggung.
Alea menatapnya dengan mata yang memincing, "Hari ini aku pulang naik angkutan umum kak, soalnya nggak ada yang jemput. Emang ada apa ya?" tanya Alea balik.
"Kebetulan kalau gitu juga mau ketemuan sama orang di deket rumah lo, gue anterin sekalian ya?" tawar Fahri.
Alea terdiam, apa yang diucapkan Fahri itu biasanya membuatnya senang sekaligus jantungnya berlari marathon. Tapi sekarang beda, dirinya sudah tidak merasakan apa-apa lagi. Tapi Alea masih yakin bahwa dia benar-benar menyukai laki-laki itu karena kenapa? Sebab Fahri sudah mulai perhatian dan dekat dengannya, itu yang ia inginkan. Bisa berpacaran dengan kakak kelas. Namun apa jangan-jangan yang dikatakan oleh Tere benar? Kalau dia hanya sebatas kagum saja kepada Fahri.
Entah kenapa dia tiba-tiba memikirkan Keano kembali, biasanya laki-laki itu paling hobi mengganggunya dengan alasan ingin mengantar pulanglah, biar amanlah, pokok modus-modus aja isinya. Tapi hari ini dia melihat ada yang berbeda dengan Keano.
"Alea?" ucapan Fahri membuyarkan lamunan gadis itu.
"Ah iya kak, yuk kalau gitu," jawab Alea sedikit tidak enak hati.
Saat Alea dan Fahri hendak menuju ke parkiran tiba-tiba tatapan Alea terhenti disalah satu objek yang membuatnya mendadak terdiam. Di sana ada Keano dan kakak kelas perempuan yang dia ketahui bernama Anastasya Devara. Siapa yang tidak kenal dengan Tasya? Cewek hits yang kabarnya suka dengan Keano.
Keano dan Tasya kemudian menaiki motor itu dan setelah itu mereka berdua keluar dari halaman sekolah, tidak sengaja tatapan kedua orang itu bertemu. Tapi Keano hanya menghendikkan bahunya acuh.
Dasar playboy, katanya sukanya sama gue?!
"Yuk Al," ucap Fahri ketika dia sudah mengambil motornya. Alea pun mengangguk, dia menaiki motor Fahri dengan perasaan yang tidak enak hati. Rasanya dia seperti mencari tumpangan gratis.
"Udah?”
"Udah kok kak,"
Motor tersebut itu melaju meninggalkan sekolah Nusa Bangsa dengan kecepatan yang sedang.
* * *
Berbeda dengan Alea dan Fahri, kini Keano dan Tasya tengah berada di taman. Karena laki-laki itu berhutang budi dengan cewek tersebut alhasil Keano mengajak Tasya jalan dan makan es krim. Tasya sebenarnya sudah menolak mentah-mentah ajakan Keano karena dia belum butuh tumpangan gratis tapi karena dipaksa akhirya gadis itu mau, namun itu bukan keinginan Tasya jadi keinginan gadis itu masih bisa mengajak Keano pulang bersama sewaktu-waktu.
"Makasih Sya," ucap Keano tanpa embel-embel 'kak'.
"Buat apaan coba?" tanya Tasya.
"Yakan tadi lo udah bantuin gue bersihin kamar mandi cewek." Jawab Keano sambil duduk di kursi yang ada di taman tersebut.
"Santai saja kali Ke, oh iya lo kenapa bisa dihukum sih?" tanyanya khawatir.
Keano mengghendikkan bahunya masa bodo. "Biasalah."
"Kenapa kenapa? Cerita dong?" pinta Tasya dengan menggoyangkan lengan Keano kencang.
"Kepo lo,"
"Ish. Jahat," jawab Tasya manyun-manyun.
Keano melirik gadis itu sekilas, "Kakak kelas gaje lo. Sukanya sama yg brondong." Sekilas tapi ngejleb. Apa yang dikatakan Keano tadi membuat Tasya menatap cengo cowok itu.
"Enak aja. Gue tuh usiasnya se-umuran lo tahu!" elak Tasya tidak terima.
"Udah deh kalau tua ya tua aja sih. Nggak usah di muda-mudain," celetuk Keano dengan tertawa.
"Anjirr nih bocah. Bodo amat dah," kesalnya sambal memakan es krim yang ia bawa tersebut.
Tasya menikmati es krim tersebut dengan menatap lurus ke depan, Keano yang sudah menghabiskan es krim tersebut kemudian membuang cone tersebut ke tempat s****h yang kebetulan ada di sampingnya.
Ia menatap Tasya heran, “gue masih heran sama lo.” Ucap Keano.
Merasa kalau Keano mengajaknya berbicara, Tasya pun mengalihkan pandangannya menjadi menatap cowok itu. “Heran kenapa lo?” tanya cewek itu. “… ohh wait lo heran kenapa gue bisa cantik kayak gini kan? Udah tahu gue pertanyaan cowok kayak lo gini tuh.” Lanjut Tasya dengan sifat pede yang selalu melekat dalam dirinya tersebut.
Keano bukannya terkesima justru dia menyentil pelipis Tasya sehingga membuat gadis itu terkejut dan melotot tajam. “Ihh sakit tahu!”
“Makanya jangan kepedean mulu lo.”
“Yaudah iya, jadi lo heran kenapa sama gue?” tanya Tasya sembari membuang cone es krim tersebut ke sebelah Keano.
“Tempo hari lo kenapa bisa nyamperin gue ke tempat tongkrongan? Lo kan nggak kenal sama gue?” tanya Keano heran.
Tasya terdiam, dia belum mencari alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan dari Keano itu. “Oh itu,” dia mencari-cari alasan yang tepat.
“Itu kenapa?” tanya Keano tidak sabaran.
“Gue waktu itu nggak sengaja lewat sana, terus gue lihat elo deh. Gue kira lo lagi mau berantem eh ternyata waktu gue samperin lo malah kayak asik banget sama mereka,” jawab Tasya.
Keano memincingkan matanya mencari apakah ada kebohongan yang tersimpan di mata gadis itu. “Lo bohong?”
Tasya tertawa, “Hah? Mana ada gue bohong sama lo ada-ada aja sih astagah.”
Keano menghendikkan bahunya, “bisa aja.”
“Oh, iya satu lagi, lo baru aja putus sama anak kelas 11 kan?” tanya Keano lagi.
Tasya mengangguk.
“Hubungan lo kayaknya ribet banget,” komennya.
“Emang.” Jawab Tasya dengan pandangan kosong. “Dulu gue pernah suka sama orang, gue cinta banget sama dia. Gue tulus, nggak berapa lama kita jadian. Gue dulu anak orang kaya sebelum orang tua gue mengalami kebangkrutan. Semua temen-temen gue perlahan-lahan menghilang.” Tanpa Tasya sadari cerita itu mengalir. Angin seakan mendukung suasana hati Tasya yang tengah bersedih.
“Lo diputusin sama dia?” tanya Keano.
Tasya memiringkan kepalanya menatap Keano, ia tersenyum miris. Air matanya mengalir begitu saja, “lebih dari itu.”
“Gue dihina sama dia, orang yang gue anggap pelindung justru berlaku seperti itu. Dulu gue punya geng di mana gue sebagai ketua, geng gue itu ngebully orang. Tapi bukan gue yang ngebully justru ada salah satu temen gue yang ngelakuin itu sampai salah satu orang yang dia bully masuk ke rumah sakit. Dan orang yang ia bully adalah adik pacar gue, ternyata dia pacaran sama gue cuma buat bales semua perbuatan yang nggak gue lakuin.” Tasya menunduk dan pundaknya bergetar hebat.
Melihat itu Keano tidak tega, ia pun memeluk Tasya untuk menenangkan gadis itu.
“Cowok kayak gitu nggak pantas buat lo tangisin!”
“Kemudian gue tahu lo, gue berusaha untuk mencari orang yang bisa melindungi gue. Tapi tahu kalau lo lagi deket sama seseorang gue justru malah deketin lo karena gue pengen ngasih tahu kalau hubungan itu nggak selamanya tentang cinta, kadang cinta bisa tergantikan dengan amarah. Tapi beda lagi kalau ini menyangkut cinta dengan ketulusan, dia bakal nerima lo apa adanya.” Tutur Tasya. Seketika Keano seperti tertampar dengan perkataan kakak kelasnya.
“Gue bakal lindungin lo,” ucap Keano.
Tasya menggeleng. “Nggak usah, lo harus ada hati yang dijaga.”
“Tapi—”
“Gue udah dewasa jadi gue tahu mana yang baik dan enggak,” balas Tasya.
Keano mengusap air mata Tasya, “siapa orang itu Sya?” tanya Keano penasaran.
“Lo kenal sama dia.”
Tiba-tiba ada yang menyapa Keano. "Eh Keano. Lo di sini juga?" tiba-tiba entah dari mana datangnya Alea dan juga Fahri membuat Keano yang tadinya menghapus air mata Tasya mendadak mengalihkan pandangannya ke arah orang yang menyapanya barusan.
Mengetahui kenyataan bahwa Alea tengah jalan berdua dengan Fahri membuat dia sedikit emosi dan cemburu. Namun dia tahu marah dan cemburu bukanlah haknya? Pacar saja bukan. Toh di sampingnya ada Tasya yang tengah butuh semangat darinya.
"Iyalah. Inikan tempat umum." jawab Keano dengan membuang mukanya.
Fix! Keano aneh banget hari ini. Batin Alea heran.
"Yaudah yuk Sya, kita pergi. Gue anterin pulang, gue nggak mau lo kenapa-napa." Keano menarik tangan Tasya, oh lebih tepatnya dia menggenggam tangan perempuan itu.
Alea menatap tangan yang saling menyatu itu dengan pandangan antara sedih dan bingung.
Tadi pagi tangan itu yang nggegam tangan gue. Bisik batin Alea pilu.
"Ngapain bengong?" tanya Fahri.
Alea berusaha mengeluarkan senyumnya, "Nggak pa-pa kok kak." elak gadis itu.
Fahri mengangguk, "Kalau sakit bilang ya."
Alea hanya tersenyum menanggapi ucapan cowok itu, entah kenapa moodnya tiba-tiba rusak begitu saja saat setelah dia melihat keakraban sekaligus kedekatan antara Keano dengan Tasya.
* * *
Malam harinya, Keano asik berleha-leha di ruang keluarga bersama dengan Ayah dan Bundanya. Lebih tepatnya sih bermain PS bersama dengan sang Ayah, sedangkan Anya dia sedang membaca buku resep makanan sambil nyemil.
"Ke kamu nggak belajar?" tanya Raffa, sebagai orang tua dia wajib bertanya untuk mengingatkan anaknya agar belajar.
"Orang bukunya aja Keano tinggal semua di kelas," jawab Keano santai.
Seketika Raffa langsung melemparkan stik PS miliknya itu ke samping. Apa-apaan anaknya itu bisa-bisanya dia meninggalkan semua bukunya di kelas.
"Apa kamu bilang?!"
"Apaan Yah?" ulang Keano.
Tanpa babibu lagi, Raffa langsung menjewer telinga anaknya pelan. Bukan karena marah tapi gemas sendiri dengan tingkah anaknya itu. "Astagfirullah Keano. Kenapa buku pelajaran kamu tinggal ha?!"
"Berat Yah tasnya," jawab Keano enteng. Sungguh terlalu santuy.
"Nanti kalau udah lahir jangan kayak abang ya sayang," Anya yang mendengar debat antara anak dan suaminya itu seketika geleng-geleng kepala sambil mengusap perutnya.
"Bunda!" Keano manyun-manyun saat mendengar ucapan Bundanya tersebut, seakan-akan sifat adiknya kelak jangan sampai meniru dirinya.
"Apa?"
"Jangan gitu dong. Ntar adek takut sama Keano kan galucu." jawab Keano kesal.
"Makanya. Ubah tingkah laku kamu!"
"Ha?"
Tiba-tiba ponsel Keano berbunyi menandakan ada telfon. Keano melirik sekilas ke arah benda itu.
Aleakusayang. Batin Keano. Melihat username sang penelfon Keano langsung beranjak sedikit menjauh dari kedua orang tuanya. Dia pun langsung mengangkat sambungan telepon tersebut.
"Hallo Al ada apa?" tanya Keano khawatir karena tumben sekali perempuan itu menelfonnya malam-malam.
"Gue takut Ke." Lirih Alea seperti sebuah bisikan.
"Hallo Al. Lo di mana? Bilang sama gue sekarang!" tanya Keano khawatir.
"Ke gue takut."
"Oke jangan nangis. Sekarang lo ada di mana?" tanya Keano panik sendiri.
"Gue nggak tahu."
Keano menarik nafasnya dalam, "Share location!"
"Iya."
"Tunggu gue di sana, jangan kemana-mana!" ucap Keano. Kemudian Keano berjalan meninggalkan ruang keluarga dengan perasaan yang campur aduk.
Raffa dan Anya yang melihat tingkah anaknya yang mendadak aneh tersebut bingung sendiri.
"Dia kenapa?" tanya Anya.
"Nggak tahu," jawab Raffa beralih menuju kesamping istrinya.
Sedangkan Keano sudah berada di halaman rumah, kemudian dia mengambil motornya.
Ninja hitam itu pun keluar dari pekarangan rumahnya. Semoga lo baik-baik aja.