"Selamat pagi dunia dan selamat pagi ayang Mahen" Maudy mengawali pagi awal pertama masuk sekolah dengan ceria. Hari ini Maudy dan Tita berangkat lebih pagi untuk memilih tempat duduk. Hari pertama mereka di kelas 12.
Dan keberuntungan memang sedang berpihak pada Maudy. Semalam saat melihat pengumuman kelas. Ia kembali satu kelas dengan Tita dan kabar gembira nya ia juga sekelas dengan Mahen. Tapi kabar buruknya ia juga satu kelas dengan Orlando.
"Dy, cepetan itu udah banyak anak anak kelas yang dateng. Nanti kita bisa bisa gak kebagian bangku yang strategis" Tita menarik tangan Maudy untuk mempercepat langkahnya. Mereka sedang berjalan kaki menuju sekolah seperti biasa. Dan sudah banyak murid lainnya yang juga seperti nya berangkat pagi seperti ia dan Tita.
Setibanya di depan kelas Tita langsung berlari meninggalkan Maudy untuk memilih tempat duduk. Dan untungnya kelas mereka masih sangat sepi, jadi Tita bisa leluasa memilih tempat duduk.
"Gila sih ini, strategis banget tempatnya buat nyontek" Tita mendudukan bokongnya di kursi.
"Ah elah ga ada bedanya duduk dimana mana juga" Maudy ikut duduk di sebelah Tita dan menyampaikan tas nya ke belakang kursi.
"Itu karena lo pinter, jadi ga butuh tempat strategis buat nyontek" Tita sudah bilang kan kalo Maudy ini punya segalanya yang bisa membuat semua cewe iri. Selain fisik nya, otak Maudy juga sama indahnya. Encer banget.
"Tapi kayanya lo akan sulit untuk mempertahankan peringkat satu sekarang" Mengingat sekarang mereka satu kelas dengan sang juara umum yang tidak pernah turun posisinya itu.
"Ga masalah" Maudy mengedikkan bahunya "orang tua gue bukan penggila prestasi, mereka santai. Yang penting gue bisa sekelas sama ayang Mahen" Mata Maudy mengedip ngedip lucu dengan senyum yang mengembang.
"Tapi jangan lupa, lo juga sekelas sama Orlando yang statusnya sekarang jadi pacar lo" Walaupun itu sebuah kesalahan, tapi tetap saja hal itu harus Maudy ingat. "Ada Mia, lagian mereka kan baru putus beberapa bulan aja. Masih ada kemungkinan buat balikan" Maudy sangat optimis dengan hal itu. Mengingat berapa lama masa Orlando dan Mia pacaran. Tidak mungkin kan bisa move on dalam waktu beberapa bulan saja? Di tambah sekarang mereka sekelas. Pasti akan sering melakukan interaksi.
"Yakin banget sih lo" Tita mendengus. "Harus yakin lah demi ayang Mahen" Maudy menaik turunkan alisnya membuat Tita semakin sebal dengan tingkah sahabatnya itu. "Ke kantin aja yo, laper gue" Dari pada membahas itu terus mending jajan saja kan? Maudy menurut saja, lagipula ini masih sangat pagi dan bel masuk juga masih lama.
***
Maudy mencuri curi pandang ke arah sampingnya, memang rezeki tuh gak kemana. Mahen tepat duduk di samping bangku Maudy. Dan di samping tempat duduk Mahen, Orlando katanya. Ya berhubung tuh b***k songong belum datang padahal bel masuk sudah berbunyi 10 menit yang lalu.
Cucu pemilik sekolah mah bebas, telat juga gak akan ada yang memarahi.
Maudy masih betah mencuri curi pandang pada Mahen yang sedang bermain ponsel. Sampai seorang guru bername Tuti masuk dan memperkenalkan diri sebagai wali kelas mereka juga memberi arahan.
Maudy tak terlalu bisa mendengar perkataan bu Tuti, karena ia masih saja asyik mencuri curi pandang ke arah Mahen. Entah sudah berapa menit berlalu, saat tiba tiba Orlando dan Mia baru masuk ke kelas.
"Maaf saya telat, tadi macet Bu" Orlando menampilkan senyum menawannya.
"Tidak apa apa Orlando silahkan duduk, lagipula ibu baru mau mulai memberi arahan" Jawab bu Tuti ramah tamah. Membuat murid lain mendengus sebal. Memang sudah bisa di tebak akan seperti apa jika itu adalah Orlando semua akan mudah disini.
"Kalo kita yang telat auto keliling lapangan" Tita menyikut lengan Maudy dan berbisik. Maudy menganggukan kepalanya dan masih terfokus pada Mahen seorang.
"Lama lama gue colok juga itu mata" Tita sebal, dari tadi Maudy tak henti henti nya tersenyum seperti orang bodoh dan curi curi pandang pada Mahen. Maudy memutar bola matanya dan mengalihkan pandangan ke arah Tita "sirik aja lo" Hanya itu, sebelum dia kembali menatap Mahen yang sekarang terlihat mengobrol dengan Orlando.
Bunyi getaran di saku seragamnya mengagetkan Maudy.
Diam diam ia membuka ponsel dan melihat siapa gerangan yang mengiriminya pesan.
0813322xxxxx
Matanya tolong di jaga Maudya
Maudy mengernyit heran, siapa itu. Ia membuka profil WA nya dan menampilkan seseorang yang tengah menunduk dan menyenderkan badannya ke badan motor.
Pemuda Orlando.
Ck Maudy mengarahkan pandangan ke arah si pengirim pesan, pasti itu cowo mendapat nomornya dari grup kelas. Dan ternyata Orlando juga tengah melihat ke arahnya.
Maudy malas meladeni, masalahnya ini masih pagi dan dia tidak ingin membuat mood nya yang sedang bagus bagusnya itu hancur. Tanpa repot repot membalas pesan Orlando, Maudy menyimpan kembali ponselnya dan memilih fokus mendengar ucapan bu Tuti saja.
***
"Kayanya tahun terakhir gue di SMA bakal terasa lebih sulit deh" Setelah menghabiskan satu mangkok cuanki, Tita menyenderkan tubuhnya ke sandaran kursi. Sekarang mereka sedang berada di kantin sekolah, menikmati jam jam istirahat.
"Kenapa emang? " Maudy menyeruput es teh nya setelah menyelesaikan suapan terakhir cuanki nya.
"Lo gak liat, kelas kita tuh isi nya murid murid dengan penyandang gelar semua. Ya kecuali gue, gue merasa makin kecil di kelas" Tita mengeluh, tentu ia senang bisa satu kelas dengan Maudy hanya saja ia begitu merasa kecil berada di kelas itu. Tita seperti seseorang yang salah masuk lingkungan.
"Kebiasaan lo itu ga hilang hilang ya? Masih aja suka merendahkan diri sendiri" Maudy sebal jika Tita sudah begini. "Lo ga se rendah itu Artita!! " Maudy mengernyit saat menyadari pandangan Tita terarah ke belakang tubuhnya.
Belum sempat bertanya saat Maudy merasa seseorang menarik kursi disamping nya.
Maudy menoleh dan menemukan Orlando sudah duduk disamping nya. Maudy menolehkan pandangan ke kanan dan kiri Orlando, tapi dia tak menemukan Mahen. Kemana cowo itu?
"Gausah nyari yang gak ada Maudya" Tegur Orlando, menyeruput minuman milik Maudy tanpa izin. Semua itu tak luput dari perhatian Tita dan yang lain. Banyak siswa siswi yang mulai berbisik bisik.
"Eem Dy, gue mau ke toilet dulu ya" Tita segera beranjak dari tempat duduknya, sebelum Maudy sempat mencegah.
Maudy sudah akan berdiri berniat menyusul Tita, ia tahu bahwa Tita tidak benar benar ingin ke toilet. Gadis itu hanya bermaksud menghindar. Tapi tangannya lebih dulu di tarik Orlando sehingga Maudy terduduk kembali.
Maudy mendengus dan dengan terpaksa duduk kembali. "Apa sih? Gue mau ke kelas Orlando"
"Temenin gue makan dulu, lagian bel masuk masih lama" Orlando kembali menyeruput es teh milik Maudy sampai habis.
"Manja, makan aja harus ditemenin" Maudy cemberut sambil melipat kedua tangan di d**a.
"Gausah manyun manyun gitu, mau gue cium lo" Orlando mencubit pipi Maudy pelan. "Isssh sakit Orlando" Maudy mengusap usap bekas cubitan Orlando. Walaupun sebenarnya tidak sakit sama sekali. "Lebay banget lo" Orlando mengambil sendok dan garpu kemudian mulai menyuapkan mie yang baru saja di hidangkan.
"Ngomong ngomong temen lo kemana? " Maudy celingak celinguk sedangkan tangannya ikut mencomot mie di piring Orlando.
Orlando menepuk tangan Maudy yang berniat mencomot mie nya membuat Maudy kembali cemberut "pelit banget sih, tadi aja gue ikhlas memberikan minum gue".
" Jorok Maudya, kalo mau tuh ambil sendok" Orlando mengarahkan sendok yang sudah terisi mie ke arah Maudy dan segera Maudy terima dengan membuka mulutnya. Sepertinya Maudy melupakan keinginannya untuk mencari Mahen, karena sekarang ia malah menikmati di suapi oleh Orlando. Entah kenapa mie nya terasa lebih lezat dari biasanya.
Semua itu tak luput dari semua orang yang berada dk kantin termasuk teman-teman Orlando yang baru saja sampai di kantin. Mia mengajak mereka untuk menghampiri meja Orlando, namun segera di tahan oleh Jerry. Mereka lebih memilih duduk di meja paling ujung sambil memperhatikan interaksi Maudy dan Orlando.
Mia heran mengapa Orlando bisa bersama Maudy? Mia tahu betul bahwa kedua orang itu tidak dekat. Bahkan tidak pernah saling sapa. Lalu mengapa sekarang tiba tiba mereka terlihat sangat dekat.
"Kayanya gue ketinggalan berita" Mia mendelik ke arah teman temannya yang lain, yang sepertinya juga ikut kaget melihat pemandangan di seberang sana. Dimana Orlando terlihat asik memakan mie dan sesekali menyuapi Maudy.
"Mereka pacaran" Mahen menjawab kebingungan Mia. Sedari tadi ia hanya diam saja dan ikut memperhatikan interaksi Orlando dan Maudy.
Mia memelototkan matanya, sejak kapan? Ia bahkan tidak pernah melihat interaksi Orlando dan Maudy sebelum ini.
Orlando bahkan masih memperhatikan dirinya seperti saat mereka masih pacaran, lalu sejak kapan Maudy menjadi pacar Orlando? Bukan hanya Mia yang kaget, namun juga siswa siswi yang lain yang sekilas mendengar apa yang dikatakan Mahen barusan.
Tbc