bc

Unreach Hallway

book_age18+
3
FOLLOW
1K
READ
revenge
dark
family
tragedy
another world
ancient
like
intro-logo
Blurb

Ketetapan takdir dan jalan hidup Silky, menarik perempuan itu masuk ke dimensi lain. Kesalahannya melukai Beline membuka asal usulnya, serta menemukan dalang penghancur negerinya.

“Kehancuran sepadan dengan kehancuran,”

chap-preview
Free preview
Dua Saudara
“Silky Aquera,” sebut kepala polisi. “Hm,” sahutnya tak peduli. Pria paruh baya itu menghela napas sambil menyandarkan punggung dengan nyaman. “Tidakkah kau lelah? Hampir setiap malam kau menjengukku,” ucap si kepala polisi. Duduk santai dengan kaki yang menopang di kaki satunya, ia abaikan ocehan pria di depannya. Ia hanya ingin segera pulang dan tidur dengan nyaman. Derap langkah yang terdengar terburu menyerbu pendengaran Silky. Sontak perempuan itu tersenyum. Buru-buru merubah raut wajahnya agar terlihat sendu dan penuh tekanan. “Silky! Kau baik-baik saja?” seru Clair dengan panik. Membawa sang adik bangun dari tempat duduk dan meneliti seluruh tubuh. “Kakak, aku ingin pulang,” rengeknya dengan kedua mata memohon. “Pasti. Kau akan pulang dengan kakak,” jawabnya sambil mengusap kepala Silky penuh sayang. "Zil, kau urus semuanya!” perintah Clair pada asistennya. Setelahnya membawa sang adik keluar. Sedangkan beberapa polisi yang ada di ruangan tersebut serempak menghembuskan napas kasar. siapa yang bisa menghukum perempuan itu? Tidak ada. Hukum memang tidak bisa dibeli dengan uang, tapi pria yang melindunginya memiliki cara licik. Termasuk mengorek pelanggaran kecil para polisi yang menyulitkan sang adik keluar. “Apa yang mereka lakukan padamu?” tanya Clair dari balik kemudi. “Menepuk pantatku,” jawabnya sambil merapatkan selimut bulu berwarna kelabu. “Lalu?” “Ku bakar di tempat,” jawabnya enteng. “Mereka pantas mendapatkan itu,” sahut Clair menyetujui tindakan sang adik. “Kakak,” panggil Silky pelan. “Katakan saja,” “Maaf, aku selalu membebani dan membuatmu khawatir,” ucapnya tulus. Clair menatap kilas sang adik yang duduk di sampingnya, lalu mengusap pelan pucuk kepalanya dengan senyum hangat seperti biasa. “Kau bukan beban atau apapun. Kau adikku yang harus mendapat perlindungan penuh. Hidupmu, keselamatanmu, adalah tanggung jawabku.” Ungkap Clair. “Ada banyak barang baru,” tawar Clair untuk menghibur sang adik. “Aku tidak ingin belanja,” jawabnya. “Supercar terbaru akan datang besok,” ucapnya. Masih menodongkan barang mewah. “Iya, aku akan memakainya nanti.” “Ku dengar, pekan depan temanmu mengadakan pesta?” “Pesta yang membosankan tentu saja. Pria tampan, pria kaya, berlian, desainer ternama, barang mewah terbaru, mobil paling mewah, perbandingan si paling milyarder, hanya itu saja pembahasan mereka. Lebih baik pergi ke tempat lain,” ucap Silky panjang lebar. “Kau sudah dua puluh tahun, bukan kakak ingin menyuruhmu terjun ke dunia bisnis. Hanya saja... beberapa hari terakhir, kakak memikirkan dirimu.” Clair utarakan keresahan hatinya. “Kau mengatakan seperti perpisahan saja.” “Apapun yang terjadi denganku, semua milikku adalah milikmu. Jika kau tidak bisa mengurus perusahaan dan bangkrut, tumpukan emas di gudang bawah tanah cukup menghidupimu sampai tujuh turunan.” “Kau tidak akan pergi kemanapun. Berhentilah mendengarkan kata hatimu yang tidak jelas,” potong Silky cepat. Di dunia ini hanya Clair seorang yang dipedulikan dan dipercayai. Ia takut, dan ia tidak siap jika memiliki saudara ipar. Ia hanya ingin jadi satu-satunya yang Clair pedulikan dan sayangi. Tidak hanya kali ini Clair mengatakan hal itu, satu bulan terakhir sudah ketiga kalinya. Tidak ada orang tua diantara mereka, semua yang datang kepadanya kepalsuan. Jadi, bagaimana bisa ia percaya pada orang lain jika selama ini mereka kerap diperdaya orang kepercayaannya. Seperti yang dikatakan Clair di dalam mobil. Pagi itu sebuah truk besar masuk ke pelataran mansion dengan membawa supercar keluaran terbaru. Dari balkon paling atas, Clair berdiri masih dengan baju tidur dan berpegang pada pembatas. Ia lemparkan tatapan pada Silky yang mengelilingi mobil barunya dengan balutan selimut. Berbalik dengan sedikit b****g yang didudukkan pada pembatas, ia keluarkan batu biru berbentuk kelopak dari jantungnya. “Cepat sekali kau dewasa,” ucapnya sembari menatap lekat pada batu itu. “Kakak!” panggil Silky yang masuk tanpa permisi. Batu biru dalam telapak tangan segera ditembuskan pada jantungnya. Mengusap sudut mata yang sempat mengalirkan setetes cairan bening. Cepat ia hampiri sang adik yang telah menerobos masuk. “Bagaimana? Kau suka?” tanya Clair begitu memperlihatkan diri. “Suka. Tapi alangkah baiknya tidak perlu beli,” jawab Silky sambil membanting tubuh ke tengah ranjang milik Clair. “Sayang sekali jika tidak dibeli. Hanya ada dua unit di dunia,” sahut Clair sambil menghempaskan b****g di sofa dekat ranjang. Silky mengubah posisi menghadap ke Clair dengan satu tangan menyangga kepala. “Kakak, boleh aku bertanya?” “Apa?” “Ruang apa? Di balik pintu kuno yang berada di sudut paling belakang?” “Kosong. Ibu mengatakan, jika keluarga terdahulu salah merancang.” Jawab Clair santai. “Bukan jalan menuju ruang bawah tanah?” “Bukan. Ruang bawah tanah hanya memiliki satu jalan dan tidak ada yang bisa memasuki selain kita.” “Aku akan memakai ruangan itu,” “Tidak!” seru Clair cepat. Sorot matanya menatap tajam pada Silky. “Hanya ruang kosong. Kenapa tidak boleh?” bantah Silky. Membalas tatapan datar pada sang kakak. “Mintalah yang lain.” Suara Clair masih terdengar dingin, meski tatapannya kembali fokus pada hidangan di atas meja. “Kakak menyembunyikan sesuatu di ruang itu?” tuduh Silky. “Silky. Jika kakak tidak mengizinkan, jangan coba mendekati.” Clair menegaskan ucapannya. “Duduk! Temani kakak sarapan,” titahnya. Beranjaklah perempuan itu dari ranjang dan ikut mengisi perut. Tapi, di dalam otaknya masih merangkai dugaan tentang ruangan yang dikatakan sang kakak kosong. Mungkin peralatan senjata api atau sejenisnya, tapi ia sangat penasaran. “Jangan mencoba membantah laranganku,” peringat Clair. Kedua mata Silky melebar menatap piring berisi sepotong roti. Kalimat sang kakak seolah mengetahui apa yang sedang dipikirkan. “Jangan membaca pikiranku,” “Kau pikir aku cenayang? Yang bisa membaca isi otakmu.” Clair mengetuk dahi Silky satu kali. “Dengar? Aku yang membesarkanmu, aku sangat tahu bagaimana dirimu,” imbuh Clair. Setelah meneguk satu gelas s**u, Silky membawa sisa rotinya keluar dari kamar pribadi Clair dengan membanting pintu. Satu jam kemudian, suara roda yang menggelinding di lantai tertangkap oleh pendengaran Clair. “Mau kemana?” tanya Clair dari ambang pintu kamar pribadinya. “Mengurangi uangmu, apa lagi?” jawabnya enteng. “Baiklah. Segera pulang,” sahut Clair sambil menepuk punggung Silky pelan. “Hm.”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
187.7K
bc

Rise from the Darkness

read
8.1K
bc

FATE ; Rebirth of the princess

read
35.9K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.6K
bc

Rebirth of The Queen

read
3.6K
bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.5K
bc

TERNODA

read
198.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook