Bab 2. Malam pertama

1041 Words
Beberapa Tahun yang lalu. Tersudut! Zenit tidak bisa bergerak ketika milik Carlos yang nakal merasuki bagian bawahnya. Napas Zenit menderu, tapi tidak dengan Carlos. Dia sudah terbiasa melakukan seks bebas seperti ini. "Tuan, pelan-pelan." Pinta Zenit dengan bahasa Italia yang sudah 2 tahun dia pelajari dengan sangat sungguh-sungguh. Ya, dia memang bercinta-cinta menjadi pekerja di sana karena candu sebuah film. Carlos mendekatkan telinga Zenit, "aku biasa bermain kasar. Kamu yang naik ke atas ranjangku. Jika kau menginginkan aku lebih lembut dari ini, lebih baik turun saja!" Carlos menarik satu kaki Zenit hingga berada di d**a kanannya. Zenit berteriak kuat hingga suaranya tertahan di tenggorokan. "Tuan, ampun!" Dia tersedak saat mengatakan itu. Carlos bergerak seperti menggali, dia tersenyum menatap Zenit. Apalagi saat cairan merah keluar membasahi miliknya. "Aku pikir kau ahli, nyatanya malam ini pertama bagimu." Zenit tidak bisa bergerak, dia bahkan tak bisa menjawab perkataan Carlos. Kini tubuh Zenit sudah melengkung karena hentakkan yang Carlos berikan semakin dalam. Pria itu merengkuh tubuh Zenit, menyesap nikmat puncak gairah Zenit hingga dia terengah. "Tuan, tolong pelan." Carlos menarik tangan Zenit, "jika kau ingin sesukamu lakukan di atas tubuhku, Bebe!" Zenit tak tahu harus bagaimana, tapi dia bukan wanita kolot. Ada banyak film dan novel dewasa yang dia tonton juga baca. "Tuan..." Zenit meringis saat berusaha menggoyangkan tubuhnya. Sedangkan Carlos tersenyum saat melihat wajah Zenit yang menahan rasa sakit, perih dan nikmat bersatu. "Kenapa pelan sekali?!" Pertanyaan itu meluncur berbarengan dengan gerakan tangan Carlos yang menggoyangkan bagian belakang Zenit. Dua roti padat tersebut di tampar oleh Carlos berkali-kali agar bergerak lebih cepat. "Ah tidak!" Zenit berteriak kuat saat Bos Mafia itu menghisap dua puncak merah jambu miliknya secara bergantian. Carlos terduduk, dia mengusap rambut Zenit dan merapatkan tubuh mereka. "Bergerak lebih cepat, Bebe!" Dia meraih pinggang Zenit sembari menikmati puncak merah jambu yang kini sudah meruncing. Carlos menghentakkan tubuh Zenit sesuai selera. "Anda terasa panas Tuan, oh Tuan, saya mohon lepaskan saya!" Zenit berkata seperti itu tapi dia semakin mendekatkan tubuhnya pada Carlos. Malah dia semakin menempelkan puncak merah jambu miliknya pada mulut Carlos. "Oh My God Zenit, kau seindah namamu." Carlos mengatakan itu tanpa maksud, karena pujian sangat penting saat melakukan hubungan panas agar semakin b*******h dan saling menikmati. "Ay Yah Tuan," Tubuh mereka semakin menempel, keringat sudah membasahi, dan suara yang keluar dari milik keduanya semakin membuat panas malam ini. "Maaf Zenit, aku belum ingin mengeluarkan cairan berharga ini. Masih terlalu dini Bebe." Zenit yang sudah tergeletak di atas ranjang hanya bisa menatap wajah Carlos. Wanita itu pikir dia sudah memiliki pria dengan tubuh penuh otot nan seksi itu, "Apa anda selalu sekuat ini Tuan?!" Carlos tersenyum, padahal ini adalah ronde kedua tapi miliknya masih keras dan menantang. "Aku bisa melakukannya sepanjang malam Zenit! Jangan salahkan aku jika kau tak bisa berjalan setelah ini." Dalam hati Zenit berbisik, di saat ini saja tubuh saya sudah remuk Tuan, tapi Zenit merasa sangat senang dan bahagia. "Tuan, anda sangat tampan!" Zenit sangat memuja Bos yang kini menyatroni tubuhnya. Bibir wanita tersebut tidak berbohong, dia sungguh menyukai Carlos. "Semua wanita berkata seperti itu!" Carlos kembali menyunggingkan senyum indahnya. Mata tajam Carlos mendapatkan kembali sumber gairahnya. Dia mengangkat kedua tangan Zenit ke atas kepala. Dengan bebas Carlos menyesap ketika wanita itu hingga dia terjerit. Zenit menggeliat kesana kemari, dan itu terlihat seksi bagi Carlos. Apalagi saat Zenit berteriak memohon ampun. "Tuan, saya basah! Lepaskan saya." "Tak ada jalan bagimu, Zenit!" Carlos menarik tubuh Zenit penuh nikmat, mereka kembali menyatu hingga Zenit tanpa sadar kembali mendapatkan gairah panas yang entah sudah keberapa kali. "Zenit, ini adalah peringatan bagimu! Jangan pernah naik ke atas ranjang seorang pria seperti ini, kau terlihat terlalu murah dan aku tak ingin ini terjadi lagi." Deg deg deg! Jantung Zenit hampir saja berhenti berdetak karena kalimat Carlos. Semua yang Zenit pikirkan hilang dan sirna begitu saja! Carlos hanya menganggap dirinya sebagai wanita murah. Padahal Zenit sangat mencintai Carlos dan malam ini adalah pembuktian cintanya. Begitulah selama ini yang Zenit pikirkan. Memberikan keperawanannya adalah sebuah tanda bahwa dia sudah sangat mencintai Carlos. Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Ini sungguh menyakitkan, Zenit tak ingin di anggap sama dengan wanita sampah lainnya. "Tuan, saya sangat mencintai anda. Ini adalah cinta pada pandangan pertama, saya tidak bisa berpaling dari anda Tuan. Saya mohon jangan berpikir saya sama seperti wanita anda sebelumnya." Carlos yang sudah ada di puncak menghentikan gerakannya. Dia mencabut miliknya yang tengah berada dalam liang Zenit. Dengan tatapan tajam Carlos berkata, "kau pikir siapa dirimu, hm?! kau yang naik dan kau ingin aku istimewakan?! aku bahkan hampir lupa namamu. Setiap hari kau hanya mengganggu saja! Membuntuti aku seperti seorang orang gila. Jangan pikir aku tak tahu apa yang kau lakukan.” Zenit tidak bisa mengelak, dia memang sangat sering mengacaukan hari-hari Tuan Carlos. Bahkan dia pernah masuk ke dalam bagasi mobil hanya untuk ikut dalam perjalanan bisnis yang berada di luar kota. Zenit seperti orang yang mabuk cinta! Dia tak bisa berpaling dari Carlos bahkan satu hari saja. “Saya hanya ingin terus melihat anda, Tuan! Saya sangat mencintai anda.” Carlos beranjak dari sofa tersebut, “Maaf Zenit, aku tidak percaya dengan cinta. Kau masih terlalu muda untuk mengatakan hal itu padaku! Pergilah, malam ini adalah sebuah kesalahan yang aku perbuat. Aku akan memberikan dirimu sejumlah uang! Kau juga bisa bertahan dengan uang tersebut sampai beberapa tahun, tapi ingat jangan sampai aku melihat wajahmu lagi.” “Tuan, tidak!” Zenit menggeleng, dia berjalan ke arah Carlos tanpa menggunakan sehelai pakaian. ”Jangan bersikap bodoh!” Suara itu tiba-tiba terdengar dingin. Zenit lebih suka saat Carlos mendesah. “Saya tidak ingin pergi, saya mohon biarkan saya tetap berada di sisi anda. Ini sangat menakutkan bagi saya Tuan, hidup mati saya hanya bersama anda.” “Kau berkata seolah dunia akan berakhir saat aku berpaling. Jangan bodoh Zenit, aku tak butuh wanita seperti dirimu.” Zenit terdiam sejenak, dia tak tahu harus berkata apa. Tapi tangan Zenit tanpa di perintah merayap ke arah milik Carlos. dia tak melakukan dengan sengaja, ini refleks, aku sebagai penulis berani jamin kalau Zenit tak bermaksud apapun, hahahaa. “Maafkan saya Tuan!” Zenit berkata pelan pada milik Carlos, dia mengusap dengan penuh kasih milik pria tersebut. Carlos yang melihat itu benar-benar tak yakin kalau Zenit sudah berumur 20 tahun.    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD