Part 10

1814 Words
 *****     Villa dengan luas satu hektar itu masih terlihat gelap walau jam sudah menunjukkan pukul enam pagi.  Sang pemilik masih terlihat serius membaca sebuah berkas yang berada di atas meja kerjanya.     " Danen." Bram masuk kedalam ruang kerja dengan tenang. Tangan kanannya membawa sebuah tab.     " Ada apa?"     "  Kau harus melihat ini."      Bram memutar sebuah video dari tab tersebut. Terlihat Dante, orang yang Danen beri kepercayaan berbicara dengan seseorang yang membawa tong sampah satu jam sebelum kejadian di toilet Club.     " Bawa Dante dalam keadaan apapun. Mati maupun hidup." Desisnya dengan geraman yang tertahan.      " Dante sudah berada di dalam gudang." “ Kerja bagus.” Danen berdiri dengan merapikan baju yang ia kenakan.          Danen memasuki gudang villa dengan Bram yang memimpin memasuki gudang tersebut. Maniknya menangkap seseorang duduk di atas kursi dengan kepala yang tertutup kain hitam dengan tangan yang terikat. Badan pria dengan piyama yang beberapa sisinya dihiasi  darah segar itu tampak bergetar karena ketakutan. Danen mendengus, mereka pasti tahu akibat yang akan mereka dapatkan jika mengkhianatinya. Namun kenapa mereka masih tetap melakukan hal yang paling ia benci itu.  Saat Bram membuka tutup kepala tersebut dengan kasar, ia dapat melihat ketakutan sangat terlihat dengan jelas di mata Dante.     “ Tu … tuan.”      Danen  meletakan tangan kanan nya pada kepala Dante dengan sedikit keras dan menepuk-nepuknya dengan sedikit keras dengan wajah yang dihiasi ke dataran.   “ Dua menit dari sekarang.” Ujarnya dengan pelan namun menyimpan ketegasan didalamnya. “ Tu.. tuan,  maaf kan saya. Saya terpaksa melakukannya karena seseorang menyekap putri  dan istri saya.” Dante berkata dengan suara yang sudah putus asa. " Dan saya bahkan tidak tahu jika perempuan  itu dalam keadaan meninggal. Karena saat kami  meletakkannya di toilet ia hanya pingsan, Tuan."  " Jangan membodohi ku, Dante." Danen mengucapkan kata-katanya dengan penuh penekanan. Dante menggelengkan kepalanya dengan putus asa.     “Bahkan b******n itu menjanjikan putri saya kembali setelah saya melakukan perintahnya, Tuan. Namun sampai saat ini dia tak mengembalikan putri dan istri saya, Tuan.” Dante menangis,  menjatuhkan air mata seorang ayah dan suami yang merasa gagal melindungi keluarganya.  Danen terdiam sejenak, ia pernah merasakan itu dan tentu saja dengan posisi yang berbeda dengan Dante.p Ketika ia tak bisa berbuat apapun saat melihat kedua orang tuanya terbunuh di depannya. Namun Danen juga tak akan membenarkan perbuatan Dante yang berkhianat. Sekali seseorang pernah berkhianat, maka tak akan ada jaminan ia tak akan mengulangi lagi.        Deringan yang menggema menghentikan drama di dalam gudang tersebut. Deringan tersebut berasal dari handphone yang berada di saku Bram.  Handphone milik Dante. Sebuah panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal.  ‘********1121’ Nomor itu lagi.   Danen memberi instruksi pada Bram untuk menjawab panggilan tersebut. Bram mendekati Dante dan mengaktifkan speaker panggilan tersebut bertepatan dengan masuknya Alex ketua Team IT Danen. “ Kerja bagus, Tuan Dante.”  “KAU b******n k*****t.  DI MANA ANAK DAN ISTRIKU. SIALAN!!!” “Wooo wooo tenang saja, kami tak akan melukai putri kecilmu dan wanitamu  yang mulus itu selagi kau masih mematuhi perintahku.” “ AKU SUDAH MELAKUKAN KEMAUANMU UNTUK MENGKHIANATI TUAN DANEN!! SEKARANG MANA JANJIMU, b******n?”      “ Tenang,  Tuan Dante Johanes. Kabulkan satu perintahku satu kali ini saja maka aku akan membebaskan keduanya.”     Danen menganggukan kepala. Memerintahkan Dante untuk mengabulkan permintaan orang  tersebut. Sedangkan Alex menginstruksi untuk terus mengajak berbicara pada lawan nya agar bisa menemukan lokasi dengan sinyal orang yang menelpon.     “ Baiklah.” Dante putus asa. Terdengar suara tawa yang keras dari seberang panggilan. Membuat Danen mengepalkan tangannya dengan kuat. Ia bersumpah akan menghabisi pria asing tersebut dengan tangannya sendiri jika ia sudah berhasil menangkapnya.       “Palsukan semua dokumen pajak Danen dari Midnight. Buat seolah olah Tuan Danen kesayanganmu itu tak pernah membayar pajak sedikitpun.” Mata Dante terbelalak dengan wajah yang menatap pada wajah datar yang menutupi kemarahan Danen, ia menggelengkan kepala dengan  sorot mata putus asa.      “Kuharap kau tidak mengecewakanku, Tuan Dante.”      Kemudian terdengar suara seorang perempuan dari seberang panggilan telepon tersebut.     “ Sayang.” Suara itu, suara yang sangat Dante rindukan beberapa hari ini. Kemudian terdengar suara tangisan seorang anak perempuan yang menyayat hati Dante.     “ Tidak. Jangan sakiti mereka!” Air mata lolos dari pelupuk mata seorang ayah satu anak tersebut. Tawa seorang laki-laki kembali terdengar.     Dan panggilan pun terputus.     Danen mengalihkan pandangannya pada Alex. Dan melihat pria itu menganggukkan kepalanya, ia pun beralih menatap Bram yang dengan cepat menghubungi para pengawal untuk melaksanakan tugasnya.     “Aku akan mengambil keputusan setelah si b******k itu datang.” Danen melenggang pergi setelah menepuk pipi Dante dua kali. Menenggelamkan kedua tangannya pada saku celana santainya. Sedangkan Dante hanya bisa tertunduk dalam dengan pikiran yang berkecamuk.     ****         “Semuanya sudah siap, Danen.” Danen menganggukkan kepala dan berdiri dari duduk santainya. Alex berjalan mendekatinya dengan sebuah laptop lipat di tangannya.       “Jelaskan.”     “ Dari data lokasi yang saya dapatkan, tempatnya berada tepat di daerah hutan Glagah Linggah.” Danen menghela nafas, butuh waktu setidaknya satu setengah jam dari seminyak ke kawasan hutan tersebut. Sedangkan Danen benar-benar tak sabar ingin menghabisi musuhnya tersebut. Danen hanya membawa sepuluh  pasukan miliknya. Iya yakin, kekuatan sepuluh pasukannya yang sudah dilatih dengan  khusus, Bram dan dirinya sangatlah cukup untuk menghabisi musuhnya sekarang. Lima  orang pasukannya sudah mengawasi secara langsung di tempat tujuannya.   Danen menyiapkan pistol kesayangannya. Kemudian ia letakan pada belakang tubuhnya. Danen mengambil sebuah belati kecil dan ia letakkan pada saku jaket hitam yang dikenakannya. Sedangkan Bram membawa dua pistol miliknya.  Danen mengamati sebuah villa yang sederhana di depannya. Terlihat dua orang pria berbadan besar yang sedang berjaga di depan gerbang villa tersebut.   “Hanya ada dua  penjaga di balik gerbang, Tuan. Dan semua bersenjata api.” Alex terus melapor dengan pandangan yang tidak  lepas dari laptop di depannya. “ Struktur bangunan?” Pandangan Danen tak lepas dari villa di depannya. Kawasan hutan yang lebat dan  pencahayaan yang kurang memudahkan Danen dan semua pasukannya bersembunyi. Villa itu sudah dikelilingi oleh pasukannya. Dan semua hanya tinggal menunggu perintahnya untuk masuk. “ Hanya ada dua kamar di dalam villa tersebut, Tuan. Serta satu gudang di belakangnya. Dan sinyal dari panggilan tersebut paling kuat berasal dari gudang tersebut. ” Danen menganggukan kepala, menengadahkan kepala pada Bram yang berada di atas pohon. Tepat di atas Danen. “ Bram, sekarang!” Bram pun menarik pelatuk pada pistol yang sudah ia beri peredam suara pada mulut senjata tersebut. Satu detik kemudian dua penjaga di luar gerbang tersebut sudah terkapar dengan darah segar yang keluar dari kepalanya. Danen pun memberi aba-aba untuk pasukannya memasuki halaman villa dari earphone yang ia kenakan.   Tebakan yang sedikit meleset. Begitu dua orang pengawas yang berada di depan pintu villa terbunuh, beberapa orang keluar dari villa dengan pistol di tangan mereka. Dan baku hantam pun tak terelakan.  Seseorang berbadan besar tiba menyerang Danen dari belakang. Membawa sebuah besi besar dan mengayunkan nya ke kepala Danen, sayang nya gerakan itu kalah cepat dengan egos yang Danen lakukan. Posisi terbalik. Danen menendang d**a pria tersebut, membuat pria itu terjungkal ke belakang. Danen menginjak d**a pria tersebut dengan tekanan yang bisa meremukan tulang rusuk, mengeluarkan pistolnya dan menembakan tepat di perut orang tersebut. Ia memindahkan tekanan kakinya pada lubang yang menganga karena pistol kesayangan, membuat pria tersebut memuntahkan darah dari mulutnya.    Sebuah tembakan terdengar dan seseorang di belakang Danen tumbang seketika. Danen menoleh dan melihat Bram mengangkat alisnya lengkap dengan sebuah smirk yang menghiasi bibirnya. “ Bersenang-senang lah, Bram.” “Dengan senang hati.” Satu tembakan Bram arahkan tepat di belakang Alex. Membuat pria itu mengumpat pada Bram sekaligus berterima kasih karena menyelamatkan nyawa nya dari orang yang hampir menyerangnya.           Tak berselang lama  semua musuh sudah mereka bereskan di dalam villa tersebut dan dua orang pengawal Danen keluar dari villa lengkap dengan seorang wanita dan anak kecil dalam pelukan wanita tersebut.     “ Danen, terima kasih telah menyelamatkan kami.”     “ Tak masalah. Toh ini juga berkat pengkhianat suami tercinta mu.”  Wanita itu terdiam seketika dengan sorot malu sekaligus kecewa yang terlihat secara bersamaan di wajahnya.     “Bawa kedua nya pada tempat yang aman!” Kedua pengawal tersebut membungkukkan sedikit badanya dan pergi berlalu membawa istri dan anak Dante.     “ Tuan, kita harus memeriksa gudang di belakang. Pria itu belum ditemukan.” Danen dan Bram dengan cepat berjalan menuju belakang villa tersebut dan mengatakan pada gudang di villa tersebut. Sedangkan Alex memantau dari jauh.     Saat membuka pintu gudang tersebut hanya kegelapan yang menyapa mereka. Dengan berhati-hati keduanya masuk kedalam gudang tersebut ketika bertepatan dengan lampu gudang yang menyala.        “ Wah….. ada kepentingan apa seorang Danendra Gunadhya mendatangi tempat kumuh ini?”  Seorang pria dengan masker di wajahnya menyambut Danen dengan kalimat yang bahagia, namun tidak dengan sorot matanya.      “ Siapa yang memerintah kepadamu!!.” Geram Danen dengan tangan kiri yang  dimasukkan pada  saku celananya  dan pistol yang ia mainkan di tangan kanannya.     “ Wow… seperti biasa tanpa  basa basi.”      “ DOR….” Spatu tembakan Bram arahkan pada seorang yang berjalan mengendap-ngendap menuju arah kedua nya. Sayangnya gerakan itu berhasil dibaca Bram dengan mudah. Pria bermasker tersebut menarik pelatuknya pada arah Danen. Dengan sigap Danen menundukan kepalanya. Dan perkelahian tembak menembak pun terjadi.  Danen terlalu meremehkan ternyata karena jumlah pengawal yang berada di gudang lebih banyak dari perkiraan nya. Sedangkan Danen sudah menyuruh semua pengawalnya kembali. Hanya ada dirinya, Bram dan Alex yang berada di kawasan villa ini.   Bram  dan Danen kehabisan amunisi miliknya, sedangkan beberapa musuh masih berusaha menembaki mereka. Danen menganggukan kepala pada Bram. Keduanya mengeluarkan beberapa belati kecil yang sempat mereka siapkan saat di mobil tadi.  Danen melemparkan satu belati dan mengenai tepat pada d**a satu musuhnya, begitupun Bram. Keduanya pun keluar dari persembunyiannya dan mengambil pistol orang yang di lukainya. Kemudian menembaki lima orang yang tersisa. Saat Bram menembak satu musuh terakhir, tiba-tiba seorang pria yang bermasker tadi mencekik Danen dari arah belakang dengan sebuah tali. “ Letakan senjatamu atau Tuan Danen yang terhormat ini akan mati.” Bram menatap Danen yang hanya merespon dengan kedipan kedua matanya. Turuti saja.  Bram meletakan pistol miliknya dan mengangkat kedua tangannya di atas kepalanya. Danen tak sebodoh itu. Dengan cepat ia mengeluarkan bolpoin dari saku celananya dengan pelan. “ Kalian memasuki kandang singa. Dasar bodoh.” Pria itu tertawa keras melihat Danen dan Bram yang menurutnya dalam keadaan kalah. Tanpa tahu jika mereka berdua sedang menyiapkan sebuah kejutan yang sangat menyenangkan. “ Akhirnya,  cita citaku bisa membunuhmu bersama anjing peliharaanmu akan terwujud.”  Dengan tatapan menghina pada Bram. Pria itu mengeluarkan pistol miliknya dan menembak kearah Bram. Detik itu juga Bram terkapar di lantai dan  membuat  Danen sedikit memberontak. Namun pria tersebut semakin menekan cekikannya pada tali di leher Danen.   Pria bermasker itu menepuk-nepuk pipi Danen dengan pandangan meremehkan. “ Dalam keadaan  akan mati pun kau masih se angkuh ini, Tuan Danen. Ck … ck …. ck…”  Pria bermasker itu tersenyum senang dengan tangan yang semakin mencekik leher Danen dan satu tangan lagi memegang pelatuk, mengarahkan nya pada kepala Danen dan... “ DOR … DOR … DOR.”   ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD