Part 11

1066 Words
PART 11 ***** Danen mengerang ketika Bram mengobati luka pada lehernya. Sialan. Pria itu harus segera didapatkan  cepat atau lambat. Bram mengoleskan salep pada leher Danen. Tali yang digunakan pria bermasker itu benar benar tipis seperti terbuat dari kabel besi, sehingga bekas itu  menciptakan rasa  perih ketika terkena air. Setelah pengobatan yang dilakukan Bram selesai, Danen masuk kedalam kamar mandi dan melepas semua kaos yang ia kenakan. Berdiri di depan kaca  dan  menelusuri bekas luka tersebut.   Tepat saat pria bermasker tersebut akan menarik pelatuknya dengan senyum kepuasan. Sayangnya pria tersebut lengah karena obsesinya untuk membunuh Danen. Diam diam Danen mengambil belati yang ia sembunyikan pada rompi anti peluru di balik baju yang ia kenakan.  “ Tugasku akan sedikit ringan setelah ini.” Ujarnya dengan suara tawa yang menggema.  Satu detik kemudian sebuah belati menancap tepat di paha pria tersebut dan “ DOR … DOR … DOR!!”        Bersamaan dengan tiga peluru yang mengarah pada lengannya. Dua bersarang pada pundak pria tersebut dan satu meleset.      “ Aku menginginkannya dalam keadaan hidup, Bram!” Peringat Danen saat bram sudah siap menembakkan peluru pada pria bermasker itu dengan senjata hasil lecutan musuhnya. Bram berdiri tegak dengan pistol yang mengarah kepada pria tersebut. u*****n keras dilontarkan pria tersebut. Danen menendang d**a pria bermasker itu dengan keras. Menekan d**a pria tersebut dengan kakinya yang bersepatu tebal. Sayangnya,  ketika Danen mendekat ingin membuka masker pria itu, sebuah asap tebal menutup seluruh bagian dalam gudang. Membuat Danen dan Bram terbatuk batuk.        Asap pun mulai menghilang, begitu pula dengan orang yang berada di bawah kaki Danen.  Danen mengumpat keras dengan mengepalkan tangannya kuat-kuat.     “ Sialan!”        Keduanya langsung berlari keluar gudang dan mendapati Alex terkapar di tanah dengan darah yang mengalir dari perut pria tersebut.     “ Ke mobil, Bram!!”  Keduanya pun memasuki mobil dengan Alex yang berada di atas punggung Bram.       Tak berapa lama ketiganya sudah berada di dalam rumah sakit. Danen dan Bram menunggu Alex yang sedang melakukan operasi. Danen terus menunggu di depan pintu operasi walaupun tenaga medis lainnya memintanya untuk mengobati luka pada leher nya terlebih dahulu, namun  Danen menolak. Melihat Alex yang terkapar tadi membuatnya teringat dengan kematian kedua orang tua nya.  Dan ia ingin memastikan semua baik baik saja dengan mata kepalanya sendiri sebelum mengobati luka yang ada pada lehernya.      Danen harus mencari tahu siapa orang di balik semuanya. Hari tenangnya benar-benar sudah hilang dan Danen membenci itu. Terkadang hutan buatannya adalah satu satunya tempat ternyaman bagi Danen. Ah…. mengingat hal itu, membuatnya merindukan Felix. Mungkin ia harus menghubungi Aludra untuk menanyakan kabar anaknya.      Lima belas menit kemudian pria berusia tiga puluh tahun tersebut sudah terlihat bersih dan segar. Danen mengambil handphone miliknya di atas nakas dan menekan kontak nama Aludra.      Deringan pertama belum diangkat. Deringan kedua pun masih belum diangkat dan tepat pada deringan ketiga, panggilannya terjawab.      “ Halo, dengan siapa ya?”     “ Anda tidak menyimpan nomor atasan anda, Dokter Aludra? Saya sangat terluka mengetahuinya.”      Terdengar deheman dari seberang.      “ Maaf, Tuan Danen.”     “ Heem.”      “ Ada yang bisa saya bantu?”     “ Pergilah ke tempat Felix. Aku merindukan nya.” Danen benar benar seperti seorang ayah yang merindukan anaknya ketika menjalankan tugas ke luar kota.     "Ya, tunggu sebentar."     "Bisakah berganti pada video call, Dokter? Saya ingin melihat apa yang dilakukan Felix dengan langsung."           "Terima kasih." Ujar Danen saat Dokter Aludra mengiyakan permintaannya.     Sesampainya di kandang Felix Danen melihat Felix dengan penuh kerinduan. Masih beberapa hari dan ia sudah sangat merindukan para anak-anak nya. Terutama dengan felix.   Danen tersenyum ketika melihat Felix yang sedang aktif, berjalan kesana kemari dalam kandangnya.     Mata Danen tak lepas memandangi Felix dengan mata yang berbinar-binar.Tanpa peduli dengan pendapat Aludra tentang dirinya yang sebegitu cintanya pada hewan liar.     “ Apakah dia sudah makan, Dokter Aludra?”     “ Ya, semua hewan milik anda juga sudah melakukan tes dan hasilnya pun sudah keluar. Semua hewan dinyatakan sehat.”  “ Bagus. Saya akan pulang tiga hari lagi. Mau menitip sesuatu?” Tanya Danen. Aludra menggeleng.    ****  Tak disangka tiga hari sudah terlewat, Danen memasuki pesawat pribadi miliknya. Tiga hari setelah menyelamatkan istri dan anak Dante. Tak ada sedikitpun petunjuk yang bisa gunakan untuk menangkap orang tersebut. Walaupun ia juga sudah menyelamatkan nama baik Midnight, namun ia merasa kurang dengan tidak berhasilnya mereka menemukan pria bermasker itu.  Selama Danen berada di Bali, ia sama sekali tak pernah absen menghubungi Aludra dengan alasan ingin melihat hewan hewan miliknya. Menanyakan kabar anak-anaknya serta mengecek jadwal makannya. Ia tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa para hewannya.          Dua setengah jam kemudian, Danen memasuki mansion dengan tenang. “ Hai…” Danen menyapa Aludra yang sedang duduk di atas karpet dengan Roxy dan Mr. Grey yang berada di dekatnya.  Danen duduk di samping Aludra dengan tangan yang mengelus  bulu Mr. Grey. “‘ Bagaimana rumah selama aku tinggal?” Tanyanya tanpa mengalihkan pandangan pada kelinci jantan milik Aludra. “ Baik, dan bagaimana urusanmu di Bali? Apakah berjalan dengan baik?” Danen mengalihkan pandangannya, menatap mata Aludra yang terus menerus menatapnya. Lalu turun pada leher Danen. “ Iii…. itu, apa yang terjadi dengan lehermu?” “ Hanya luka ringan, sebentar lagi sembuh.”  Dengan reflek Aludra menarik tangan Danen menuju kamarnya. Berjalan kesana kemari dengan   tergesa-gesa seperti mencari sesuatu. Tak lama Aludra mendekatinya dan mulai mengobati leher Danen dengan penuh kehati-hatian, takut menyakiti leher Danen. Aludra terlihat berkonsentrasi mengobati leher Danen. Wajah mereka yang berdekatan saat Aludra mengobatinya membuat Danen menahan napas untuk beberapa saat. “ Apa yang terjadi?” Ucap Aludra dengan lembut yang hanya dijawab Dante dengan mengedikkan bahunya. “ Hanya luka ringan.” Aludra  menganggukan kepalanya  sebagai jawaban nya. Memiliki banyak luka pada dirinya bukan lah hal baru bagi Danen.  Ia sudah terbiasa dengan luka yang menghiasi tubuhnya sekalipun luka yang menganga.  Luka yang Danen dapatkan tak seberapa sakit dengan kemarahannya. Ia tak akan membiarkan  pelakunya hidup tenang. Dan Danen berjanji akan  menemukan orang yang berada dibalik semua peristiwa itu.  Dan tak akan memberi maaf kepada musuhnya itu.  Sudah cukup baginya mengalah terus menerus.    Danen sadar semakin berkembang perusahaan Gunadhya grup, semakin banyak pula musuh musuh yang akan bermunculan. Hari ini Danen hanya terluka di leher tak ada yang  bisa menjamin Danen tak  akan terluka lagi besok dengan keadaan yang baik lebih parah.  Danen menghembuskan nafas pelan ketika Aludra selesai mengobati lukanya di leher.  Ah…. Ia hampir saja lupa dengan satu musuhnya ini, Apa yang harus ia lakukan dengan Aludra? Senyum smirk Danen membuat Aludra bergidik.  ****  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD