Part 26

2008 Words
*********** Alex masih menatap Danen dengan aura permusuhan yang kuat. Sedangkan Danen hanya bersikap tak peduli. Ia meletakan sebuah map dengan sedikit membanting. Namun meletakan map itu kembali dengan pelan ketika melihat tatapan tajam Danen padanya. Danen masih menatap tajam Alex ketika mengambil mengambil map tersebut. " Sudah bosan kerja, Tuan Alex?". Ucap Danen tanpa mengalihkan pandangannya dari dokumen di tangannya. " Khem…." Menahan smirk di bibirnya ketika mendengar suara Alex yang berdehem. Sahabat sekaligus bawahannya itu memang selalu berbuat tingkah yang membuat siapa saja yang melihatnya tersulut emosi. Namun tidak dengan Danen. Ia akan semakin membuat Alex berapi api karena tanggapan Danen. "Apa hanya segini kemampuanmu untuk mendapat informasi tentang Kendrick Group?" Danen meletakan dokumennya dan menatap Alex tajam. Dan Alex memelototkan matanya mendengar ejekan Danen. " Ini tidak ada apa apanya, Tuan Alex. Kemana kemampuan yang selalu anda bangga banggakan itu?" Danen hampir saja menyemburkan tawanya melihat Alex yang semakin mengepalkan tangannya. "Saya minta informasi yang lebih dalam lagi dan cari juga tangan kanan Augra yang sebenarnya. Ia seorang laki laki berusia sekitar hampir 40 tahunan dan memiliki tinggi seratus delapan puluh cm. Dan saya minta dokumen nya besok pagi sudah di meja kerja." Alex sedikit mengeram namun Danen bisa mendengarnya. " Anda bisa keluar." Alex menundukan sedikit kepalanya dan berbalik untuk keluar. Namun tentu dengan u*****n pelannya yang masih bisa di dengar Danen. " Bos sialan, kalau saja buka Bosku sudah kucekik dia. Sialan. Kenapa tidak sekalian ia membunuhku dengan Max kemaren." " Ide bagus, Alex." Sahut Danen. Sedetik kemudian suara bantingan pintu terdengar dengan si pelaku yang hilang di balik pintu tersebut. Danen tersenyum melihat hal itu. Dasar bawahan tak tahu diri. " Kau sama saja dengan Alex, Danen." Bram memasuki ruangan Danen dengan kepala yang menggelengkan kepala heran melihat kelakuan kedua sahabatnya itu. Danen hanya menanggapi dengan mengedikan bahu acuh. " Kau tau sendiri wajah marahnya, aku seperti wajah Roxy yang ingin di ajak jalan jalan. Sangat lucu." " Sialan Danen, kau menyamakan sahabatmu dengan anjing Danen." " Setidaknya Roxy lebih mengesankan daripada Alex." Tawa Bram menggema dalam ruangan Danen. Sebagai pembenaran kalimat Danen. Namun tiba tiba pintu ruangan Danen terbuka. Terlihat wajah Alex yang memerah. " Sialan kalian. Aku bukan anjing." Dan untuk kedua kalinya pintu ruangan Danen di banting Alex. " Ingatkan aku untuk menyuruh Alex mengganti rugi pintu mahalku, Bram." Danen sedikit mengeraskan suara nya dan mendapat jawaban suara keras pintu yang ditendang dari luar. Dan suara tawa Bram pun semakin menjadi bersamaan dengan senyum yang terukir di wajah Danen. Ketiganya terlihat seperti bocah yang sedang saling menjahili. Sedewasa apapun usia seseorang jika bertemu dengan sahabat yang tepat. Mereka akan tetap seperti anak kecil. Boy will be boy. **** Danen mengerutkan dahinya ketika menerima undangan dari Bram saat dalam perjalanan pulang. KENDRICK GROUP INVITE YOU. DANEN GUNADHYA. " Undangan anniversary Kendrick Group yang ke enam belas tahun." Jelas Bram. " Hebat juga Augra, sahamnya baru saja turun. Dan sekarang merayakan anniversary perusahaan besar besaran?" Sinis Danen. " Mau hadir?" Tawar Bram. " Tentu, tak boleh menyia nyiakan kesempatan, Bram." Bram mengangguk setuju. "Apa menurutmu Augra terlibat dalam pembunuhan kedua orang tua ku Bram?" Pandangan Danen menerawang ke depan. Bram melihat sahabat sekaligus Tuannya itu dari kaca spion mobil di depannya. " Kenapa berpikir begitu?" Tanya Bram penasaran. " Kemarin saat pergi ke perusahaan Augra. Aku bertemu dengan seseorang yang sama di hari pembunuhan orang tuaku. Orang itu seperti tangan kanan Augra. Sangat jelas punggung dan suara pria itu masih terukir jelas dalam ingatanku." Jelas Danen. " Melihat apa saja yang telah dilakukan Augra kepada mu sekarang. Hal itu sangat mungkin. Tapi kita harus tetap mencari bukti yang kuat." Danen memejamkan matanya, lalu menghembuskan nafasnya pelan. Masalah kedua orang tuanya belum selesai dan sekarang anaknya anaknya juga mulai diusik. Danen tak akan pernah diam membiarkan para musuhnya bersenang-senang diatas penderitaannya. Kenapa manusia tak pernah puas dengan apa yang ia miliki. Tak pernah bersyukur dengan apa yang tuhan beri. Tak sadarkah mereka. Hidup itu sangat singkat. Sesingkat nyala api pada korek api. Mereka sibuk mencari kesenangan yang bukan haknya hingga tanpa sadar berapa lama lagi usia mereka yang tersisah. Bukankah tuhan memberi mereka kupon keberuntungan beda beda. Tergantung bagaimana mereka bersyukur. Bram memelankan laju mobil ketika melihat mobil yang tak asing bagi mereka. Mobilm Chandra. Keduanya saling pandang. Untuk apa pak tua itu mendatangi rumahnya? Pasti sesuatu sedang direncanakan pak tua bangka itu. Saat memasuki mansionnya, telinganya menangkap suara tawa dari arah ruang tamu. ' Suara Aludra dan Chandra' Danen menghentikan langkahnya sebentar. " Bukankah itu hal yang konyol?" " Benar, itu hal yang konyol" Kemudian keduanya tertawa lagi. "Aku tak menyangka orang seperti Danen bisa melakukan hal seperti itu. Sangat konyol" " Ingat rahasiakan ini dari Danen jika aku yang memberitahu kepadamu." Tawa keduanya membuat hati Danen panas. Ayah dan anak itu sama saja. Bagaimana mungkin mereka merencanakan sesuatu yang Danen jamin tak akan terwujud. Danen mengepalkan tangannya. Melanjutkan langkahnya dengan sumpah serapah yang terus saja ia gumamkan dalam hati. “ Wah... sepertinya obrolan kalian seru sekali.” Sindir Danen pada ayah dan anak tersebut. “ Kau sudah datang?” Tanya Aludra. “Terlihatnya?” Balas Danen. Pria itu berjalan mendekati keduanya dan duduk di sofa single paling ujung. “Paman baru tahu kau mempekerjakan dokter pribadi sekarang Nak,” Chandra berkata dengan senyum yang ia pancarkan pada Aludra. “ Hanya untuk menjaga kesehatan hewan hewanku paman. Apalagi beberapa hari yang lalu seseorang meracuni hewan hewanku” 'Dan lagi tak mungkin kau tidak tahu jika putri kesayanganmu itu bekerja di sini.' " Apakah mereka sudah mulai membaik?" " Ya, syukurlah mereka mulai membaik. Jika salah satu hewan hewanku mati. Aku tak segan segan mencabut nyawa dalang dalam kejadian itu." Ucap tajam Danen. Chandra menganggukan kepala dengan senyum yang sedikit dipaksakan. Membuat Danen menarik senyum miringnya. “ Dan omong omong, Dokter yang cantik, Danen” Chandra memberikan tatapan menggoda pada Danen yang hanya Danen tanggapi dengan wajah datarnya. namun tidak dengan Aludra yang wajahnya telah bersemu merah. 'Tentu kau bilang cantik, tak mungkin seorang ayah mengatakan bahwa anaknya buruk rupa’ " Oh ya, Nak, Apa kamu mendapat undangan dari Augra?" " Ya, aku mendapatkannya." " Apa kau tak merasa curiga, Nak? Sebaiknya jangan datang. Om takut ia merencanakan sesuatu untukmu." ' Lebih tepatnya kau takut jika kerjasama mu dengan Augra ku ketahui pak tua, sayangnya aku tak sebodoh itu' Chandra berkata dengan wajah khawatir yang menurut Danen dibuat buat. " Aku harus datang untuk memastikannya Om." Terlihat keterkejutan di mata pak tua di depan Danen itu. ' Ah… mangsanya mulai kelabakan' " Apa kau yakin, Nak?" Danen mengangguk mantap. Membuat kegelisahan terlihat di mata pria tua di depannya. "Baiklah. Kau tahu kan Om selalu ada untukmu jika Augra berbuat macam macam." " Ya, Om. Dan Om juga jangan khawatir. Aku sudah dewasa untuk mengetahui mana orang yang berbahaya untuk hidupku." ' Termasuk Anda' "Ya, kau benar. Kenapa kau tumbuh begitu cepat, Danen." 'Karena aku sangat tidak sabar untuk segera membunuhmu.' balas Danen dalam hati. Ia hanya memberikan senyum kecilnya pada Chandra. Danen menatap tajam langkah Pria tua bangka yang berjalan membelakanginya. Pria itu berpamitan dengan meninggalkan kecurigaan Danen untuknya. Larangan pria bangka itu untuk hadir pada anniversary Kendrick Group semakin membuat Danen ingin hadir. “Kau memiliki paman yang baik,:Danen.” Pujian Aludra pada Chandra membuat Danen tersadar dari pikirannya sendiri. ‘Hah… apakah anak dan ayah sudah berganti profesi menjadi sales yang terus memuji barang dagangan mereka.’ “ Hemm.” Balas Danen dengan malas malas. Danen berjalan menuju mansion sayap kanan. Berada satu wilayah dengan ayah dan putri orang yang membunuh orang tuanya membuatnya muak. Dan dia butuh pelampiasan. Dengan setelah kantor yang masih melekat pada tubuhnya, pria berusia tiga puluh tahun itu memasuki tempat latihan tembaknya. Danen berjalan menuju sebuah lemari dan mengambil sarung tangan hitam dari kemarin tersebut. Berjalan dengan memakai sarung tangan hitam miliknya menuju sebuah dinding yang ditutupi oleh sebuah lukisan yang menceritakan tentang perang dunia kedua. Menekan sebuah gambar mata dalam lukisan tersebut. Otomatis membuat lukisan itu terbuka. Terlihat berapa koleksi senjata api miliknya yang ia dapat secara legal. Mengambil ZH-05 senapan panjang miliknya. Senjata yang biasanya digunakan tentara China itu ia angkat dengan ringannya. Mengambil magazen, memasukkannya pada senapan laras panjang nya. Danen menekuk kakinya mensejajarkan kepalanya dengan ZH-05 yang ia letakan pada meja. Menempatkan matanya pada peliatan elektronik pada ZH-05. “DOR ...DOR… DOR… DOR… DOR … DOR…. DOR….” Danen terus menembakan timah panas itu pada sasaran di depan matanya. Entah berapa magazen yang ia habiskan namun amarahnya masih belum lenyap. Berhadapan dengan pembunuh kedua orang tuanya dengan berpura pura tak tahu membuat hatinya selalu terasa diremas kuat. Dan amarah akan selalu muncul dengan menggebu. Apalagi pelaku masih berkeliaran dengan harta miliknya yang berlimpah. Danen memutuskan untuk berjalan menuju kandang Black setelah menyudahi aksi menembaknya, Pria itu menunggangi Black menuju Danau miliknya. Seolah tahu mood ayahnya yang buruk, Black melajukan larinya dengan sangat kencang membuat rambut panjang Black terayun oleh angin. Dan Danen memejamkan matanya menikmati hembusan angin pada wajahnya. Merasakan ketenangan dengan bunyi angin yang bertabrakan dengan daun daun. " Bukankah menyenangkan hidup bebas, Black? Dan Terima kasih telah menemaniku sore ini. Kau bisa makan dengan bebas rumput rumput itu. Nikmatilah" Danen turun dari punggung kuat Black dan menampar pantan Black, membuat hewan itu berlari menuju ladang rumput di depannya untuk makan. Sedangkan Danen berjalan menuju tepi Danau, melepas setelan jas miliknya dan juga kemeja nya. Memasuki air danau dengan telanjang d**a dan celana kain panjang yang masih ia kenakan. Berenang tanpa terganggu dengan ikan ikan yang berada di dalam Danau tersebut. Danen terus berenang hingga tanpa sadar jika kulitnya mulai putih pucat. Karena sudah satu jam lebih berenang untuk menetralkan emosinya. Merasa sudah terkendali. Danen keluar dari danau dan sedikit terkejut dengan kehadiran Aludra di bangku pinggir Danau. Danen berjalan mendekati Aludra. Dengan pandangan yang mengunci bola mata hitam pekat perempuan cantik di depannya itu. ' Ia harus tetap menjalankan rencana awalnya bukan, apapun yang terjadi.' Duduk di samping Aludra. Untuk sesaat keduanya terdiam. Menikmati pemandangan langit senja yang membuat siapa saja kagum dengan keindahannya. " Dia hadir hanya untuk memberi tahu jika ada sedikit keindahan dalam hidup. Walau seharian hanya pahit yang kau dapatkan." Ucapan Aludra membuat Danen menoleh pada perempuan itu. Lagi lagi memandang dengan dalam. Kalimat yang sedikit menyentuh hatinya. Ia menatap Aludra dengan kening berkerut. " Apa kau bahagia Danen memiliki semua ini?" " Tentu." Bohong. Ia akan lebih bahagia jika bisa menukarkan semua harta miliknya untuk menghidupkan kedua orang tuanya lagi. " Ya, tentu. Kau memiliki semuanya. Harta, sahabat dan seseorang yang memperhatikanmu. Walaupun ia bukan ayah kandungmu." Kesedihan sangat jelas terpancar pada wajah cantik perempuan di sampingnya. Danen akan bersyukur untuk sebuah malapetaka untuk Danen. Dan keinginan untuk membuat pak tua itu merasakan jeruji besi sangatlah besar. " Masalah dengan kekasihmu?" Tebak Danen to do point. Aludra menoleh ke arah Danen dan hanya memberi senyum simpul. " Omong omong, bukankah kekasihmu seorang yang kaya raya Aludra. Dengan jabatan seorang CEO Wijaya Property mustahil gajinya sedikit. Dan kenapa kau lebih memilih bekerja?" ' Apa lagi dengan harta ayahmu yang melimpah dari hasil curian kepada keluargaku.' Danen melihat keterkejutan pada wajah Aludra. " CEO?" tanya Aludra memastikan. " Iya, apa kau tak mengetahuinya?" Gelengan Aludra menjawab pertanyaan Danen. Sebenarnya hubungan seperti apa yang mereka kerjakan sekarang. Kenapa Jivar menyembunyikan jabatannya? Aludra menggelengkan kepala tidak percaya, "Tidak mungkin Jivar seorang CEO, Danen. Setahuku dia hanya karyawan biasa." Danen mengedikkan bahu, "Yang kutahu memang Jivar adalah seorang CEO, Aludra." Melihat tatapan bingung yang terpancar sangat jelas di manik hitam, Aludra. Apa benar jabatan Jivar sedang di sembunyikan? "Darimana kau tahu tentang informasi itu?" "Aku hanya tahu." "Apa kau tidak salah dengar?" "Sepertinya tidak, kau tahu kedua telingaku masih berfungsi dengan baik." Aludra menggigit bibir bawahnya dengan cemas. Lalu dengan tiba-tiba perempuan itu berdiri. "Aku pergi." Danen menatap puas punggung Aludra yang menjauh. Jadi benar, jabatan Jivar sebagai seorang CEO telah disembunyikan. Bahkan Aludra yang merangkap sebagai kekasihnya pria itu saja dibuat terkejut dengan informasi tersebut. Wah, benar benar ada sesuatu dengan mereka para pengkhianat. Sepertinya, ia harus lebih berhati-hati
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD