Part 23

2141 Words
**** " Cepat sembuh, Felix. Aku berjanji akan menemukan pelakunya." Sudah lima belas menit yang lalu Danen duduk di samping Felix dengan tangan yang terus membelai bulu halus kucing besar itu. Felix tetap dalam keadaan tidurnya. Masih tak berdaya. ini kedua kalinya Felix sakit dalam rentang waktu tiga bulan dan hal itu membuatnya khawatir apalagi mengingat perkataan dokter Faris tadi. "Semua hewan milikmu akan dalam pengawasan ketat kami Danen.” Ucapan Dokter Faris seperti petir yang menyambarnya di cuaca yang terang benerang. " Lakukan saja yang terbaik untuk mereka. Apa ada hal lain yang ? " Danen duduk dengan gelisah di sofa miliknya. Dan dokter Faris bisa membaca itu. "Tenangkan dirimu dulu. Aku dan Aludra akan melakukan yang terbaik untuk mereka. Apalagi Felix cukup memprihatinkan. Jika tubuhnya kalah dengan racun kemungkinan ia harus di suntik mati, membuat siapapun yang melihatnya akan mengerutkan keningnya takut. Termasuk Aludra. "Dan apa aku akan mengizinkannya? Anda tahu jawabannya." Sinis Danen. Ia akan melakukan apapun untuk membuat Felix sehat kembali tak peduli berapa banyak dana yang harus dikeluarkan. " Anda tahu apa yang harus dilakukan bukan, Dokter Aludra? Ini termasuk kecerobohan anda." Penekanan Danen pada kecerobohan Aludra cukup membuat perempuan itu semakin menunduk dalam. Aludra menjawab dengan anggukan pelannya. " Mulai hari ini saya sendiri yang akan memantau semua makanan hewan-hewan di sini." Ujar Aludra pelan dengan kepala yang masih menunduk. Ia bahkan tidak berani untuk menatap wajah Danen yang pastinya memancarkan kemarahan yang samgat besar. Dan ia memaklumi hal itu. Karena anak-anaknya sedanv berada dalam bahaya. " Bagus, aku tak ingin kabar keracunan pada hewan hewanku terulang lagi." Danen menatap mata hitam pekat milik Aludra dengan dalam. " Danen, aku butuh ruangan untuk meletakkan semua obat obat yang dibutuhkan dari klinik." Perkataan Faris membuat Danen memutus kontak mata dengan Aludra yang masih menundukkan kepalanya dalam. 'Apa perempuan itu takut padanya?' Dengus Danen dalam hati. " Banyak ruangan dan kamar kosong disini, Dok. Apa anda lupa? " Danen berlalu dari hadapan Aludra dan Faris. Danen tak akan membiarkan Felix dibunuh karena sakit. Hal itu akan membuatnya semakin gila lagi. Bagaimanapun Felix sudah menemani Danen sejak badan hewan itu berusia kurang dari satu tahun. Felix adalah hewan paling lama yang telah ia pelihara. Dan Danen ia tak ingin Felix pergi. " Tuan." Panggilan untuknya dari balik besi itu membuat Danen menoleh. Terlihat seorang pelayan miliknya yang berdiri pada pintu kandang Felix dengan wajah tegangnya. " Ada panggilan dari Tuan Bram." " Bram? Ada apa?" " Tidak tahu, Tuan," Danen mengambil handphone milik pegawai tersebut. " Kenapa?" "......." " Kau yakin?" "......." " Bawa keduanya di tempat biasa. Cukup untuk sakiti saja, nanti aku akan kesana." Putus Danen. Pria itu mengembalikan handphone milik pegawainya dan menyuruhnya untuk pergi meninggalkan kandang Felix. " Pelakunya sudah kena Felix, Mereka akan segera mendapat ganjaran dariku." Danen benar benar tak akan memaafkan orang yang menyakiti hewan hewanya. **** Ketika malam gelap. Danen menuruni tangga dengan pelan dan melihat sudah ada dua orang dalam kondisi yang berantakan dalam keadaan yang terikat dan sangat kotor. " Kalian masih tidak mau berkata?" Keduanya diam saja. Bram yang berada di samping kedua pria tersebut dengan sangat cepat mengayunkan kakinya pada d**a keduanya. Membuat keduanya terbatuk dan mengeram kesakitan. " Apa kalian yang mencampuri makanan para hewankubdengan racun?" Tekan Danen pada kedua pria itu, namun keduanya dengan kompak menggelang. " Ah… kalian memang tak mau mengaku. Sepertinya….." Danen menggantungkan kalimatnya Tiba tiba terlihat sebuah rekaman tentang kejahatan keduanya yang sedang menaburkan sesuatu pada makanan makanan hewan yang siap di antar. " Masih tak mau mengaku.?" " Kami tidak tahu jika itu racun, Tuan," Bela salah satu keduanya. " Apa kalian sebodoh itu sampai tidak tahu mana racun dan mana yang tidak?" Ejek Danen. Ia tahu kepura-puraan kedua pegawainya yang berkhianat. " Siapa yang menyuruh kalian ?" Keduanya terdiam seribu bahasa. " Tak mau mengaku?" Geram Danen murka dengan kediaman keduanya. "Baiklah. Masih tak mau mengaku?" Sedetik kemudian sebuah pukulan keras di berikan Bram pada keduanya. Tepat di wajah keduanya. Kedua pegawai itu mengeram kesakitan. Setidaknya bagi Bram mereka harus bersyukur dialah yang memberikan pukulan. Jika Danen yang melakukannya ia jamin gigi-gigi mereka pasti akan rontok seketika. " Masih tak mau mengaku? " Keduanya masih diam seribu bahasa lagi. " Bram……!" Danen memberikan tatapan yang tajam pada Bram. Dengan sigap Bram menganggukkan kepalanya dan berjalan menuju ruang kerja Danen. Dua detik kemudian Bram muncul dengan tangan yang membawa sebuah senapan pendek andalan Danen. Bram memberikan pistol itu pada Danen. " Masih tak mau mengaku?" Keduanya masih konsisten dengan ke diaman mereka. Melihat itu, Danen menempelkan mulut pistolnya pada pelipis salah satu keduanya. Keduanya gemetar seketika dengan apa yang dilakukan Danen. " Katakan." " Kami hanya disuruh, Tuan," Aku salah satu keduanya yang pelipisnya masih berciuman dengan mulut pistol Danen. " Berapa lama kalian mencampurkan makanan dengan Racun?" " Du…..dua minggu, Tuan." Mendengar itu Danen murka. Bisa-bisanya ia kecolongan. " DOR…." Suara tembakan itu membuat kedua pria yang dalam kondisi terikat itu berteriak dengan spontan. Danen mengarahkan tembakan pada satu lampu yang berada tepat di atas tubuh kedua pria tersebut. Sudah sebanyak apa racun yang menempel pada tubuh Hewan hewannya. Mengetahui fakta itu membuat Danen mengeram. " Siapa?" Keduanya menggeleng. " SIAPA?" Danen mengambil pistol di tangan Bram. Menempelkan kedua pistol pada genggamanya pada pelipis kedua pria di depannya. " Kalian masih tau mau bilang? Ucapkan kalimat terakhir" Danen mulai menarik pelatuknya. Siap menembak. " AUGRA!!!" Teriak pria yang terikat di sebelah kiri Danen. " Katakan Lagi!" " Au...gra. Tuan Augra yang memerintahkan kita." Satu tembakan Danen arahkan pada Vas belakang keduanya. Nafas keduanya tercengkram dengan apa yang dilakukan Danen. Mereka menghirup udara sebanyak-banyaknya ketika melihat peluru yang hanya melewati mereka. " Bereskan mereka, Bram." Perintah Danen dengan mata tajamnya. "Tidak tidak Tidak. Maaf kan kami, Tuan. Kami mohon." Keduanya berkata dengan putus asa. "Apa yang akan ku dapat jika memaafkan kalian? Kalian tahu bukan, aku tidak akan pernah menampung sampah masyarakat seperti kalian yang hanya bisa berkhianat. Kaliam tahu aku membencinya, bukan." " Kami akan setia, Tuan. Kami mohon." " Aku sudah tak butuh itu dari kalian." Danen memberi kode pada Bram. Paham akan keinginan Tuannya. " Ka…" sedetik kemudian keduanya pingsan karena pukulan Bram pada tengkuk mereka. " Danen." Panggilan itu membuat Danen itu menoleh pada arah lorong. Terlihat Aludra yang terdiam kaku di sana. Danen menautkan dahinya. Apa Aludra melihat semua kejadian itu? Apa dia mendengar semuanya? " Apa yang anda lakukan tengah malam begini, Dokter Aludra?" Aludra hanya menggelengkan kepalanya. " Ka… kalian akan membawa mereka kemana?" Tanya Aludra dengan takut takut. " Tempat yang indah. Mungkin." Danen mengedikkan bahunya tak peduli. " Kalian tak akan membunuhnya bukan?" " Tergantung." Seketika wajah perempuan itu menjadi pucat pasi. Entah apa yang dipikirkan perempuan di depannya itu. Namun wajahnya itu terlihat lucu. Seperti Felix ketika menginginkan sesuatu kepadanya. " Apa…. Apa benar mereka suruhan Om Augra? Sepertinya tidak mungkin. Om Augra orang yang sangat baik Danen. Dia tidak akan melakukan hal kotor seperti itu." Bela Aludra. " Berapa lama kau mengenalnya sehingga menganggap pria tua itu baik, Aludra?" Tanya Danen dengan sinis. " Hampir satu tahun." Jawab perempuan itu dengan wajah yang terlihat menghitung hitung. " Dan, waktu satu tahun takkan membuatmu mengenal seseorang, Aludra. Terkadang manusia akan lebih pintar dari pada kadal. Mereka hanya berubah warna untuk berlindung dari mangsa. Sedangkan manusia ia akan menjadi apapun untuk sebuah harta, jabatan atau kadang lawan jenis." Jelas Danen. " Tapi aku yakin bukan Om Augra yang melakukannya. Bisa saja dia hanya dikhianati oleh rekannya." "Bagaimana jika itu kebenaran?" " Tidak mungkin. Beliau juga sangat senang hewan. Jadi tak mungkin Danen" " Bisa buktikan?" Aludra diam seketika. Tak tahu harus berkata apa lagi. Ia tidak memiliki bukti untuk apa yang ia katakan. Apa yang harus ia berikan lada Danen agar pria itu mempercayainya? " Sebaiknya anda kembali tidur saja, " Tegas Danen. Dengan ragu ragu Aludar berjalan berbalik arah. Melihat pembelaan dari Dokter Aludra untuk Augra, membuat hati Danen terbakar amarah yang semakin besar. Danen mengambil vas di dekatnya dan membantingnya dengan brutal. Tak hanya satu. Dan seketika ruangan itu menjadi seperti kapal pecah. Penuh dengan pecahan pecahan vas milik Danen. Kenapa para pengkhianat masih berkeliaran di sekitar nya? Kenapa mereka tidak berhenti melakukan hal bodoh itu, meskipun mereka tahu apa yang akan ia lakukan pada mereka. Apa mereka sebodoh itu sampai berkhianat padanya? **** "Sudah beres?" " Sudah, Tuan. Keduanya akan mulai diproses hukum atas tuduhan percobaan pembunuhan." " Bagus. ada lagi?" Tanya Danen. Pria itu masih berkonsentrasi dengan dokumen dokumen miliknya yang berada di atas meja miliknya. Rencananya untuk istirahat gagal total karena ada dokumen dokumen. Padahal ia ingin selalu dekat dengan Max dan Felix. Menemani mereka untuk melawan sakit yang mereka derita. " Apa setelah ini ada jadwal pertemuan?" " Tidak ada, Tuan," " Bagus," Danen menutup dukumen dokumen di depannya. Dan berdiri dari duduknya. " Ayo pulang!" Ujarnya dengan senang. " Baik, Tuan" Danen tak akan bisa berkonsentrasi jika tak berada di sini sekarang, sedangkan Felix dan Max sakit. Sungguh sesayang itulah Danen pada anak anaknya. Tiga puluh menit kemudian keduanya telah sampai ke mansion. Terlihat Dokter Faris dan Aludra yang sedang berbicara sesuatu. " Aku yakin, Dok. Pasti bukan Om Augra. Aku yakin itu, setiap bertemu dengannya aku merasa memiliki sebuah ikatan . Aku yakin feelingku tak salah." Terdengar perkataan. Aludra Ternyata perempuan itu masih dalam pendiriannya jika bukan Augra lah pelakunya. Sungguh bodoh sekali perempuan itu. Sebaik itu akting Augra di hadapan seorang Aludra. Kenapa pria tua itu sangat pandai berakting. " Tapi bukti kuat mengarah kepadanya, Aludra. Para pelayan itu yang mengatakan sendiri jika mereka orang suruhan, Augra. Kau mendengar nya sendiri, bukan." Jelas Dokter Aludra. Danen tersenyum mendengar ucapan Dokter Faris yang membela jika kemungkinan besar memang Augra yang melakukan itu. " Y..ya, tapi aku sungguh tidak percaya Om Augra yang melakukannya. Bisa saja bukan kedua pelayan itu memberikan info yang palsu." " Itu tidak mungkin." "Dokter, tolong percaya padaku. Bukan Om Augra yang melakukannya." "Sebenarnya apa hubunganmu dengan Augra, Aludra? Kenapa kau sangat membela pria tua itu?" "B..bukan seperti itu. Aku hanya tidak percaya jika Om Augra yang melakukannya." " Dan mulai sekarang kau harus membuang jauh-jauh pikiran itu dari kepalamu. Kau tahu, seseorang bisa kapan saja berkhianat." "Percaya padaku, Danen. Bukan Om Augra yang melakukannya." "Berhenti membelanya, Aludra!!" Aludra tersentak pelan dengan suara tinggi Danen. Ia menundukkan kepalanya takut. " Kau dengar sendiri bukan apa yang para pengkhianat itu katakan padaku? Tapi kenapa kau masih mati-matian membela pria tua itu, huh?!!" " A… aku hanya… " " Hanya apa? Hanya tidak menyangka jika pria tua itu lah yang berkhianat padaku? Dan apa kau pikir aku peduli? Sekali penghianat tetap pengkhianat, Aludra." " T… tapi… " " Berhenti membela pengkhianat itu, Aludra!! Sebenarnya apa hubunganmu dengan dia?!! Apa kau juga salah satu orang yang dikirim pria tua itu?" Aludra menggeleng dengan keras, "T… tidak, bukan seperti itu." " Lalu seperti apa?" " Kami tidak memiliki hubungan apapun selain…." "Tuan!!" Danen menolehkan kepalanya ke samping ketika mendengar salah satu pelayan memanggilnya dengan panik. " Ada apa?" " Felix kembali muntah-muntah, Tuan." Danen menggeram marah sebelum menolehkan kepala pada Aludra yang terbelalak kaget dengan tuturan pelayan itu. Dan dengan cepat mereka semua berlari menghampiri kandang Felix. Dan seketika pandangan menyedihkan terpampang nyata di manik hazel Danen. Maniknya menatap sedih pada tubuh lemah Felix yang langsung mendapat pertolongan dari Dokter Faris dengan Aludra yang menemaninya. Betapa sakit hatinya melihat Felix sakit. Kenapa mereka berani melakukan hal kotor ini pada para anaknya. Danen benar-benar tidak akan memaafkan mereka semua. Augra harus mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya, bahkan lebih. Ia tidak akan sudi memaafkan pria tua bangka itu. Berani-beraninya dia melakukan ini pada anaknya. " Kau benar-benar menggali kuburanmu sendiri, Augra." Desis Danen tajam. Kedua tangannya terkepal dengan kuat dikedua sisi tubuhnya. Ia bersumpah akan menghancurkan Augra seperti pria tua itu yang menghancurkan perasaannya. Ia akan membalas perbuatan yang telah Augra lakukan kepada para anaknya. " Bagaimana keadaannya?" Tanya Danen langsung ketika Dokter Faris sudah selesai menangani Felix. " Sudah sedikit membaik. Terus awasi makanannya, jangan sampai kecolongan lagi, Danen. Kau tidak mau bukan mereka kembali sakit? Beruntung kali ini tidak parah." Danen mengangguk dengan pandangan yang tidak lepas dari Felix. Lalu ia menghampiri tubuh lemah Felix dan memeluknya dengan sedih. "Maafkan aku, Felix. Maafkan aku yang terlalu sibuk sampai tidak memperhatikanmu. Aku berjanji akan membuat Augra menderita, aku bersumpah akan menghukum pria tua itu untuk semua perbuatannya padamu." Danen mengusap kepala Felix dengan sayang, lalu kembali memeluk hewan tersebut. " Sepertinya dia benar-benar tidak akan memaafkan Augra, Aludra." " Ya, tapi entah kenapa aku masih yakin jika bukan Om Augra yang melakukan hal ini. Om Augra juga seseorang yang penyayang dengan hewan, Dokter." " Penyayang dengan hewan bukan berarti dia tidak akan menyakiti hewan, Aludra. Dan kenapa kau masih bersikeras membela pria tua itu?" "Aku hanya…." " Pergi kalian dari sini!" Usir Danen.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD