Part 22

1603 Words
**** "Tuan" Ketukan  pada  kamar Danen cukup mengganggu si empunya yang baru saja tertidur jam tiga pagi itu. Rencananya untuk malas-malasan terganggu. " Tuan…"  Danen mengib    askan selimut miliknya dengan kasar. Dengan kemarahan yang memuncak, Danen menarik bathrobe hitam miliknya yang tergantung. Membuka pintu dengan kasar dan pandangan yang siap membunuh. " Kau tahu ganjaran jika informasi yang diberikan kau tak bermanfaat."  Pelayananya di depannya  se ketika menundukan badan ketakutan. " Itu… Tuan." Ucapan pelayan itu terbata bata. dengan tubuh yang bergetar. " Apa." Desis Danen. "Beberapa hewan mengalami muntah-muntah parah."  Pelayan itu berkata dengan satu tarikan nafas panjang dan tangan yang saling mengeratkan. “Apa kau bilang?!” “Beberapa hewan….” Seketika Danen berjalan melewati pelayan tersebut dengan langkah besarnya. Memotng perkataan pelayan dengan cepat. Sialan, siapa yang berani melakukan membuat para anaknya sakit? "ALUDRA!!" Teriak Danen murka. " ALUDRA!!" Seorang pelayan lari tergopoh gopoh menghampirinya. " Dokter Aludra sedang berada  di hutan, Tuan. Beliau masih memeriksa keadaan Max dan Felix." Danen berjalan dengan cepat menuju luar carport mansionnya. Felix baru beberapa bulan sembuh dari sakitnya dan sekarang sudah sakit lagi, hal itulag membuat kekhawatiran Danen semakin menjadi. Pasti ada yang salah di sini.  Danen mengambil kunci motor Cake Kalk miliknya. Menyalakan mesin dan menarik pegal gasnya dengan kecepatan delapan puluh kilometer per jam. Suara keras milik sepeda motor u mansion tahu kemarahan sang Tuan.  Danen turun dari sepeda motor miliknya dengan kobaran api pada matanya. Semua orang yang berada di sana tertunduk dalam melihat kehadiran sang Tuan yang datang dengan kemarahan. " APA YANG TERJADI, ALUDRA?" Aludra terperanjat kaget mendengar bentakan itu. Posisi Aludra yang sedang berjongkok di depan Felix membuatnya hampir saja terjungkal dari  duduknya jika ia tak bisa segera menyeimbangkan badannya. Danen berjalan melewati Aludra, menyenggol sedikit bahu perempuan yang berbadan kecil itu. Membuat Aludra tersentak ke belakang.   Danen berjongkok di depan Felix yang masih dalam keadaan tidur, membelai badan kesayangannya itu dengan lembut. “ Kau hutang banyak penjelasan, Dokter Aludra.” Danen berkata penuh penekanan dan tanpa meneh pada Aludra. Pandangannya masih terpaku pada tubuh lemah Felix yang terlelap di depannya.  “Setelah pekerjaan ku selesai, Danen. Sekarang aku harus mengecek keadaan Max dengan segera.” Balas Aludra sambil mengemasi alat-alatnya dan berdiri, bersiap menuju kandang Max. “ Sebaiknya biarkan Felix beristirahat, biarkan obatnya bekerja. Obat biusnya juga akan membuatnya istirahat untuk tiga puluh menit kedepan.”  Danen berdiri dari duduknya dan berjalan mendahului Aludra. Kembali menaiki  motor Cake Kalknya. “ Naiklah!” Pintah Danen membuat Aludra bingung.  “ A…” “ Cepat!!” Aludra lari terbirit mendekati Danen saat mendengar nada tak bersahabat milik Tuannya itu. Berdiri di belakang Danen dan menatap bingung pada sepeda motor tersebut. Terlalu tinggi. Mengerti kebingungan gadis itu. Danen meletakan pun tangan nya pada pinggul gadis tersebut. Satu detik kemudian Aludra sudah terduduk di belakangnya. Danen menghidupkan motor dan menarik pedal gas dengan kecepatan maksimum. Membuat Aludra ketakutan setengah mati. Dan dengan spontan gadis itu melingkarkan tangannya pada pinggang Danen. Danen meliriknya sekilas, Sedikit merasa bersalah namun kekhawatirannya pada Felix dan Max mengalahkan semuanya. Hanya kemarahan lah  yang tersisih. Sedikit kecewa kepada Aludra dan dirinya sendiri yang kecolongan pada kesehatan Max dan Felix. Ia terlalu sibuk bekerja sampai tidak memperhatikan kesehatan anak-anaknya dengan sepenuhnya. Keduanya sampai pada kandang Max lima menit kemudian. Untuk pertama kalinya Danen mengutuk jarak setiap tempat tinggal anak-anaknya yang berjauhan karena mansionnya yang luas. Danen melihat Aludra yang sedikit canggung padanya. Mungkin karena di sepeda motor tadi. Begitu menyadari posisi tangannya, Aludra segera menarik tangannya dengan cepat dari pinggang Danen. “Cepat Aludra,” Dengan cepat Aludra mengikuti langkah Danen. Keduanya memasuki kandang Max yang beberapa tempatnya masih terlihat muntahan hewan tersebut. “ Apa saja yang kau lakukan sedari tadi, huh? Cepat bersihkan, bodoh!” Perintah Danen pada salah seorang yang bertanggung jawab pada kebersihan kandang Max. Dengan cepat pegawai tersebut melakukan perintah Tuannya.  Danen menyusul Aludra yang sudah berada di samping Max yang dalam keadaan di kaki yang diberi tali dengan besi khusus bagian kaki kakinya. Hanya untuk keamanan. Dan Danen merasa sedih melihat hal itu. Setengah jam kemudian Aludra selesai mengobati Max dan Felix. Kini Aludra berada di ruang kerja sang Tuan dengan ditemani Bram. “Bagaimana hasil diagnosa anda, Dokter?” Danen menatap tajam mata hitam pekat perempuan di depannya itu. “ Sepertinya ada yang meracuni mereka dengan dosis dikit demi sedikit. Sehingga semua itu tak terdeteksi oleh saya. Dan akan terlihat efeknya ketika tubuh mereka sudah tidak bisa menahannya. Dan terjadilah kejadian seperti tadi pagi.” “Kau yang mengawasi mereka semua, Dokter.” Tekan Danen. “Tidak semua, Tuan. Anda lupa? Tugas memberi makanan bukanlah saya.” Bantah Aludra tegas. “ Saya hanya bagian mengelola dan memberi arahan. Dan selalu mengeceknya setelah jadwal makan semua hewan.” “Dokte Aludra benar. Kalau dilihat-lihat  pasti mereka memberi racun itu ketika meletakkan makanan di kandang Felix da Max, mengingat di hutan ada beberapa titik buta kamera CCTV.” “ Apakah semua hewan sudah di beri makan hari ini?” Tanya Danen setelah berhasil menenangkan sedikit emosinya. “ Sudah. Namun dengan pengawasan ku secara langsung.” Danen merasa bingung mendengar jawaban Bram bukannya Aludra. “ Tadi, saat tahu jika Max dan Felix keracunan, aku langsung pergi ke gudang makanan untuk mengawasi. Menyuruh mereka menghentikan mobil yang sedang mengantar makanan untuk yang lainnya.” Jelas Bram. “ Kau melakukan itu karena curiga semua makanan yang akan di antar sudah terkontaminasi?” Tebak Danen. Bram mengangguk membenarkan. “Pencernaan Felix paling lemah dari yang lainnya, sehingga ketika racun itu sudah menumpuk sedikit banyak maka dengan cepat ia memuntahkannya.  Segera setelah makanannya ia telan, untung saja pegawai yang menjaga kebersihan kandang Felix melihat dan langsung menelpon ku. Tak berselang lama penjaga kebersihan kandang Max juga menelpon.”Aludra menjelaskan dengan panjang. “Lalu apa yang harus kita lakukan.?” Danen menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa. Merasa sangat sedih dengan kejadian yang menimpa para anaknya. Sepertinya, setelah ini ia harus sedikit mengurangi kesibukannya untuk mengawasi para anak-anaknya agar kejadian seperti ini tidak lagi terjadi. “ Aku sudah meminta bantuan Dokter Faris. Aku meminta beliau ikut memantau kesehatan semua hewan-hewan di sini untuk satu bulan kedepan.” Jawab Aludra. “ Bagus.”       “ Dan mungkin setelah ini Felix dan Max membutuhkan beberapa rerumputan. Mereka akan memakannya dan memuntahkan rumput itu. Hal itu wajar di lakukan para kucing untuk menetralkan lambung mereka.” Tambah Aludra. “ Dan mobil pengantar makanan yang kau hentikan tadi, apakah sudah terbukti jiks ada beberapa terkontaminasi?” Tanya Danen pda Bram. “ Belum tahu, setelah ini akan terlihat. aku sudah mengambil sampelnya dan mengamankan semua muatan pada mobil tersebut.” Tak berselang lama sebuah notifikasi muncul di ponsel pintar Bram.  “ Tebakan yang benar, Dokter Aludra. Semua makanan itu memang mengandung racun dengan dosis yang sangat sedikit. Namun akan sangat berefek keika terus menerus dikomsumsi.” Jelas Bram dengan membaca laporan yang ia dapat dari lab. “ Sialan.” Geram Danen. Pria itu mengambil Vavadi meja samping sofa yang ia tempati dan membantingnya membuat Aludra tersentak terkejut melihatnya. “ Aku akan membayar perbuatan orang yang melakukannya dengan sangat mahal.” Danen berdiri dari duduknya berjalan dan bersiap melangkah, namun perkataan Bram menghentikan lagkahnya. “ Dan sebelum kau melakukannya. Sebaiknya gantilah baju yang layak terlebih dahulu, Tuan Danendra. Aku tahu ini mansion mu tapi…..” Pandangan Bram mengarah pada bagian atas tubuh Danen yang terlihat sedikit terbuka karena tali pada bathrobe nya yang tak kencang. Danen sendiri baru sadar jika ia hanya  memakai celana boxer miliknya dan Bathrobe yang menutupi badannya. Kekhawatiran pada Max dan Felix saat bangun tidur tadi membuat Danen tak sadar dengan penampilannya yg sedikit er….. begitu lah. “ Sialan, Danen mengeram dan berjalan menuju luar ruang kerja nya, memutuskan untuk bersih-bersih diri terlenbih dahulu.. “ Tuan, ada Pak Chandra yang ingin bertemu.” Lapor seorang pegawai kepadanya. “ Izin kan masuk.” Bram yang berada di samping Danen menoleh seketika mendengar penerimaan Danen pada mantan kepercayaan ayahnya itu.      Sebenarnya Danen curiga pada kedatangan Chandra, pasti akan ada yang di ambil dan lihat  saja apa yang akan terjadi. Atau mungkin tua bangka itu mau memastikan karya nya pada hewa-hewan Danen.   “Hai Danen” Sapanya dengan senang. Danen hanya menanggapi dengan wajah datarnya. “Hai juga Om. Adaapa tumben kesini?” Danen mengatakan dengan nada sedikit sinis.  Merasa curiga dengan kunjungan tiba-tiba. Rasa curiga pada laki-laki di depannya saat datang di kekacauan mansionnya. “ Hanya mampir, sudah lama tak kesini.” Chandra duduk pada sofa samping Danen. “ Omong-omong pegawaimu tadi berkata bahwa beberapa hewan mu  mengalami keracunan. Apa benar?” “ Iya, Om.Untungnya Dokter Aludra langsung tanggap.” Ucapan Danendra “ Sudah menemukan pelaku nya?”Danen menggelengkan kepalanya. " Apa mungkin Augra, Danen. Mungkin karena kegagalan pada Resort nya kemaren di sangkut pautkan dengan mu."  Ucap Chandra menimpali.     " Tidak mungkin, Om. Aku tak tahu menahu tentang hal itu, aku saja baru mengetahui saat berita kegagalan tersebut tersebar." Bohong Danen.     " Benarkah?" Tanya Chandra memastikan. Yang hanya dijawab anggukan  oleh Danen.      “Kalau begitu mungkin saja musuhmu yang lain.” Seketika Danen terdiam.      “Mungkin Om, benar. Terima kasih atas sarannya.” Chandra tersenyum sejenak. “ Bukan apa apa. Bagaimanapun kau juga anakku.”  ‘Dan aku tak sudi untuk mendapat gelar itu.’ gumam Danen dalam hati. Danen melihat langkah Chandra yang mulai menjauh dari mansion “ Bram, lakukan sapu bersih. Sekarang!”Perintah mutlak Danen mendapat anggukan dari Bram. Ia harus sapu bersih semua anak buahnya untuk mengetahui musuh dan lawan sebenarnya. Kejadian Max dan Felix cukup membuktikan bahwa ia kecolongan. Ada musuh di balik selimut di dalam mansin dan Danen tak akan  melepaskan musuh tersebut sebelum ganjaran yang ia dapat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD