Part 13

2073 Words
***** Danen terus meneliti dokumen untuk tender yang besar dalam perusahaanya. Dokumen telah sempurna. Kini Danen bisa bernafas lega. Satu bulan sudah ia menyiapkan semua ini untuk tender pembangunan resort skala besar di Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Satu bulan juga Danen jarang bermain dengan anak-anaknya. Hanya Aludra yang selalu memantau semua  anak-anak Danen itu dan ia akan sesekali menanyakan kabar mereka melalui Aludra.   Resort yang akan dijadikan destinasi internasional itu mulai menarik perhatian para investor luar negeri  dan Danen tak akan menyia-nyiakan kesempatan besar ini. Apalagi yang akan membuat tender adalah perusahaan yang berpusat di Dubai, Qatar Crop. Perusahaan real estat terbesar di Dubai yang fokus dengan hal-hal yang berbau privat. Tinggal menunggu hari untuk menentukan deal, pada tender itu. Dan Danen sangat menantikan itu. Sebuah ketukan pintu membuat fokus Danen teralih dari dokumen yang ia baca. Bram masuk dengan membungkukkan sedikit badannya.     " Besok waktunya pergi ke pulau Bintan, Tuan."  " Apa semuanya sudah siap?"  " Ya."  Bram memberikan beberapa dokumen yang menumpuk di atas meja Danen. "Ck… bisakah satu hari saja tak ada dokumen di atas mejaku." "Bisa. Biarkan saja Chandra mengambil semuanya." Balas Bram dengan mengulum senyum. "Sialan kau, Bram," Bram memang paling tahu cara yang ampuh untuk membuat Tuannya itu darah tinggi.  "Tak sekalian membawa Nona Aludra saat ke Bintan, Tuan? " Bram menaik turunkan satu alisnya menggoda Danen. Danen mendelikkan matanya, menatap Bram yang balik menatapnya dengan tersenyum menggoda. “Apa aku mempunyai alasan untuk mengajaknya?” Dengus Danen.     " Memang tidak, tapi saya hanya takut anda tak bisa tidur tanpa s**u vanilla ala Nona Aludra, Tuan." Balas Bram mengedikkan bahunya acuh. " Sialan kau, Bram. Bisakah kau diam dan berhenti menggodaku." Danen mengangkat satu bolpoinnya dan melemparkan nya ke arah Bram, sayangnya Bram sudah dengan gesit menghilang di pintu terlebih dahulu sebelum bolpoin itu  mengenainya.  Memang sejak Danen meminum s**u vanilla buatan Aludra malam itu, Danen selalu meminta perempuan itu membuatkan s**u vanilla setiap malam. Dan Danen akan meminumnya ketika pulang kerja. Dan hal itu di jadikan gunjingan oleh Bram. Tak jarang Bram akan membahas tentang s**u vanilla dalam kesempatan apapun, sehingga membuat Danen kesal. Danen melanjutkan kerjanya yang tertunda karena Bram. Dan dalam satu menit semua dokumen yang menumpuk di atas meja kerjanya sudah dibubuhi tanda tangannya. Danen  melemparkan bolpoint nya sembarangan sebelum menyandarkan badannya pada sandaran kursi singgah sananya. Membuang napasnya dengan lelah. Ia ingin segera pulang dan meminum s**u vanilla buatan Aludra.   **** Tepat pukul delapan malam, Danen memasuki mansion miliknya. Manik hazelnya menangkap Mr. Grey yang melompat ke arahnya tanpa terganggu dengan tubuh gemuknya. Ia pun meraih tubuh gemuk Mr. Grey kedalam pelukannya. "Ini sudah malam, Mr. Grey. Kenapa kau masih berkeliaran, hmm?" " GREY…..." Terdengar suara Aludra yang menggema dari dalam mansion. Sedangkan yang dipanggil tak menggubris. Si bulatan berbulu itu terus menikmati usapan yang Danen berikan. Tanpa memperdulikan panggilan  nyonyanya.      Hingga suara Aludra semakin mendekati Danen yang menggendong bulatan berbulu itu.  Tepat saat Danen memasuki ruang tamu, Danen dapat melihat Aludra yang hendak berlari keluar mansion. " Gr…..ey"  Aludra memelankan suaranya dan menajam kan pandangan nya  ketika melihat hewan kesayangan itu berada di atas gendongan Danen. “Ck… buntalan bulu itu memang pintar mencari orang tampan." Guman Aludra tanpa sadar dengan suara yang kecil tapi masih cukup terdengar oleh Danen. "Kenapa, Dokter Aludra?"  Tanya Danen berpura-pura tak dengar. " Tidak. Bisakah Mr. Grey saya ambil. Dia kabur saat akan saya masukan ke dalam kandang." " Silahkan, toh dia hewan milikmu. Dia memang pandai mencari orang yang tampan bukan?" Danen bertanya dengan nada jahilnya. Pria itu menatap Aludra dengan satu alis naik ke atas, menggoda. Danen tersenyum tipis ketika melihat mata Aludra membulat.  Danen mengulurkan Mr. Grey pada Aludra, “Bisakah kau membuatkanku s**u vanilla?” “Ya, tunggu sebentar. Akan kubuatkan setelah memasukkan Grey ke kandang.” “Baiklah, kutunggu di dapur.” Danen berjalan melewati Aludra dengan melepas kancing jasnya. Melepasnya dan menyampirkan nya pada lengan kekarnya. Danen mengayunkan kakinya berjalan menuju dapur dan langsung mendudukkan diri pada kursi pantry sebelum menaruh jas serta tas kerjanya pada meja pantry. Danen mengAhelas napasnya sejenak, beberapa hari belakangan adalah hari yang sangat melelahkan dan menguras tenaga.  “Apa tidurmu nyenyak setelah minum s**u vanilla?”     Danen menolehkan kepalanya, melihat Aludra yang memasuki dapur dan langsung berjalan menuju kulkas. Mengambil kemasan s**u vanilla miliknya dan mulai berkutat dengan peralatan dapur lainnya.      “Ya, bagaimana kau bisa tahu? Apa kau mengintip kamarku?”     Danen tertawa melihat Aludra yang menolehkan kepala dengan mata yang terbelalak, “Aku hanya bercanda.” Gumamnya sambil mengedikkan bahu.      “Bagaimana kabar anak-anakku?” Tanya Danen kemudian. Pria itu menatap punggung Aludra yang terbalut piyama tidur bermotif mickey mouse dengan tersenyum tipis. Huh, ia sangat merindukan anak-anaknya.      “Mereka baik-baik saja.”     Danen mengangguk, “Mungkin untuk beberapa hari ke depan aku akan sibuk, ada sedikit masalah di kantor. Jadi jaga mereka baik-baik selama aku tidak bisa bertemu dengan mereka.”     “Ya.”     “Jika ada apa-apa, kau bisa langsung menghubungiku.”     Aludra menganggukkan kepala dengan tangan yang sibuk mengaduk s**u vanilla buatannya.     Danen tersenyum tipis menerima uluran segelas s**u dari Aludra, “Terima kasih.”     “Ya, sama-sama.”     “Mau kemana kau?” Danen menghentikan gerakan tangannya yang hendak meminum s**u. Menolehkan kepalanya pada Aludra yang sudah berada di ambang pintu dapur.     Aludra membalikkan badannya dengan menaikkan kedua alisnya.     “Ke kamar, aku sudah mengantuk. Memangnya kenapa? Apa ada yang kurang?”     Danen menggelengkan kepala.     “Aku hanya tidak suka di dapur sendirian. Jadi bisakah kau menemaniku sebentar?” Alibi Danen dengan mengangkat gelasnya yang masih penuh.     “Dan aku tidak menerima penolakan, Aludra.” Danen menyela ketika Aludra hendak mengeluarkan protesnya. Yang mau tidak mau membuat perempuan itu kembali memasuki dapur dan duduk di samping Danen yang sudah menyesap s**u vanilla nya.         ****      Ponsel Danen terus meronta-ronta saat sang pemilik masih di dalam kamar mandi. Danen keluar kamar mandi hanya menggunakan bathrobe hitam miliknya. Saat akan mengangkat panggilan tersebut tiba-tiba sebuah ketukan  pada pintu kamarnya mengalihkan perhatian Danen.  ' Ada apa ini kenapa sepagi ini sudah banyak keberisikan. ' Danen membuka pintu kamarnya dan terlihat wajah Bram yang penuh dengan kegusaran. "Ada apa?" "Qatar Crop membatalkan kerja sama kita." "Sialan, apa yang terjadi?"  " Pihak mereka mengatakan bahwa desain kita sama persis dengan desain dari perusahaan Kendrick Group yang bekerjasama dengan perusahaan Wijaya properti, sehingga perusahaan mereka mengucapkan kekecewaan yang amat sangat. Dan membatalkan kerja sama ini."  " Sialan, siapa yang berani membocorkan desain itu, Bram?"  Geraman tertahan Danen, membuat siapa saja yang mendengarnya bergetar ketakutan meskipun itu buka untuk mereka.  " Tunggu lima belas menit lagi di luar!"  Bantingan pintu menggema di mansion tersebut. Dan semua penghuni mansion hanya bisa terdiam. Mendengar mood Tuan nya yang sedang jelek. Lima belas menit kemudian Danen sudah duduk dalam mobil Audi …. Miliknya yang di kendarai Bram. " Siapkan rapat dan hubungi Alex sekarang!"  Bram menganggukkan kepalanya dan mulai menghubungi semua divisi yang menangani tender Pulau Bintan. Danen terus membaca berita tentang perusahaan Kendrick Grup yang bekerja sama dengan perusahaan Wijaya  properti yang akan membagun resort di Pulau Lombok yang disertai dengan gambar 3D yang sama persis dengan milik perusahaannya, dengan Qatar Crop yang akan menjadi investornya. Danen mengepalkan tangannya dengan kuat. Lagi dan lagi, seorang pengkhianat masih berkeliaran di sekitarnya. Berani-beraninya mereka berbuat hal bodoh seperti ini dengannya.  Saat Danen memasuki ruang rapat semua divisi telah berkumpul. Semua terdiam dengan kepala yang tertunduk. “ Siapa yang akan menjelaskan?”   Hening.   “ Saya tidak mau tahu, hari ini juga semua yang menangani tender ini akan saya kasih SP tiga  jika tidak ada yang menjelaskan.” Hening. Hanya kesunyian yang mengisi suasana mencekam ruang rapat itu. Tidak ada yang berani mengeluarkan suara mendengar kemarahan bos mereka.  Danen membuang napasnya dengan frustasi. Dari sekian banyaknya orang di dalam ruang rapat, kenapa mereka tidak bersuara? “ Baik. Masih tidak ada yang bersuara?” Seorang perempuan muda, dengan baju berwarna biru mengangkat tangannya. “ Ma … af, Tuan. Proyek ini disimpan dalam drive perusahaan. Dimana hanya orang-orang tertentu yang bisa mengaksesnya.” “ Maksud anda kebocoran desain ini sebuah kesengajaan dari salah satu petinggi?”  Perempuan tadi menganggukan kepalanya ragu-ragu. Merasa takut sekaligus malu karena menjadi sorotan para petinggi yang berada di ruangan tersebut. Alex datang setengah jam setelah meeting selesai di Gunadhya Group. “ Terjadi kejanggalan jika Gunadhya Grup  mengalami  kebocoran, Danen,” Danen menganggukan kepalanya sebagai persetujuan atas pernyataan Alex. “ Dan aku yakin kau bisa menyelesaikannya, Alex. Dalam waktu satu jam.” “ Apa yang akan ku dapat?” “Apa yang kau inginkan?” “ Sepertinya meminum s**u vanilla buatan dokter hewan mu ide yang bagus.”      Seketika Danen memandang Bram yang duduk di samping Alex dengan sinis. Sedangkan Bram hanya terdiam dengan jah datarnya. “ Apa?”   Tanya Bram dengan wajah tanpa dosanya. “ Really? Kalian bergosip di belakangku?”  Keduanya saling menyingkirkan wajah, menghindari tatapan Danen. Danen menghela nafas sejenak dan bersandar pada punggung sofa. “ Sudahlah, sekarang bukan waktunya bercanda. Kerjakan saja apa yang aku minta. Atau kau akan aku ajak bertemu Max. Sepertinya ia mulai merindukan mu, Alex.”      Alex bergidik ngeri begitu mendengar nama  singa kesayangan  bosnya itu. Alex kebalikan dari Danen. Jika Danen menyukai hewan, maka Alex justru membenci semua hewan. Kecuali yang sudah dalam keadaan dimasak dan siap dimakan.    Alex pun berdehem dan mulai berkonsentrasi menghadap laptop di depannya. Tak lama kemudian. “Kata pegawai perempuanmu itu benar, salah satu petinggi perusahaan yang membocorkan.” “ Bagaimana bisa, aku lah orang terakhir yang membuka drive itu, Lex?”  Danen sangat yakin  ia yang terakhir membuka drive itu, seperti yang dikatakan ketua divisi  IT perusahaan. Danen memang ingat sehari yang lalu, ia juga lah yang mengirimkan file itu pada Qatar Crop sendiri. Karena ingin kesempurnaan. “ Siapa yang mengatakannya Danen?” “ Pak Reyhan, Ketua divisi IT perusahaan.”  Sela Bram. Alex memperlihatkan layar laptop miliknya pada Danen dan Bram. “ ID inilah yang terakhir membuka drive proyek ini.”       Sangat jelas bahwa ID bernama Reyhanlah orang yang terakhir mengakses Drive tersebut, bukan Danen. Pandangan Danen menggelap. Tak tahu diri sekali orang yang mengkhianati Gunadhya Group. Ia akan pastikan tak akan ada satu perusahaan pun yang akan menerima orang tersebut. “Panggil Reyhan sialan itu kesini, Bram!” Bram berdiri dari duduknya, berjalan menuju meja kerja nya dan melakukan perintah dari bosnya. Danen tak akan mengampuni seorang pengkhianat. Namun entah mengapa, firasat Danen mengatakan bukan pak Reyhan lah pelakunya. Ia mengenal seloyal apa orang itu pada perusahaan  dan Danen merasa ada yang mengganjal.        Lima belas kemudian, seorang laki-laki berusia empat  puluh lima  tahun memasuki ruang kerja Danen dengan wajah bingungnya.     “ Maaf, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?”     “ Duduklah!’      Pria paruh baya itu pun duduk tepat di depan Danen. “ Anda tahu hal yang paling saya benci?” Serka Danen. Reyhan hanya menggelengkan kepalanya. Merasa takut dengan pandangan Danen yang seolah siap membunuhnya.  “ Bisa anda jelaskan ini?” Danen memberi isyarat pada Alex untuk memperlihatkan layar laptopnya pada Reyhan.  Reyhan membelalakan matanya “ Itu…… itu bukan saya, Tuan. Tepat pada hari itu saya tak dapat melakukan akses apapun pada drive.”    “ Lalu?” “ Saya pada hari itu berada di rumah. Jam setengah tujuh malam baru bisa mengambil uang tersebut.” “ Cek absen semua karyawan, Lex. Dan lihat semua CCTV.”  Dengan cepat Alex langsung mengerjakan perintah dari Danen. Setelah melihat CCTV, tak berselang lama perkataan Reyhan terbukti jika bukan ialah yang melakukannya. Karena pada hari dan jam terbukanya akses ke drive, Reyhan berada di rumah. Dan menurut data yang didapatkan Alex, komputer pada perusahaan lah yang membukanya.  “ Lalu siapa yang melakukannya?” “ Sepertinya ada orang lain yang melakukannya dan orang itu sengaja melakukannya di komputer Reyhan untuk memfitnah Reyhan. “ Danen benar benar tak akan memaafkan hal ini. Benar-benar tidak ada ampun bagi seorang pengkhianat. “ Siapa saja yang mengetahui password ID anda, Pak Reyhan?” Tanya Alex. “ Hanya satu orang. Dia adalah anak buah kesayangan saya.” Alex dan Bram menganggukkan kepala.  “ Baiklah anda boleh kembali.”  Ketiganya saling bertatapan, seolah bisa membaca siapakah pelaku dalam kebocoran tender tersebut. Hanya orang-orang bodoh yang berani mengkhianatinya. Padahal mereka sangat tahu akibat jika berani mengkhianatinya, tapi kenapa mereka masih dengan berani melakukannya?  Dan Danen tak akan membiarkan hal itu terjadi. Ia bersumpah akan menghabisi semua orang yang berkhianat padanya. Danen membuang napasnya dengan gusar, kenapa hidupnya selalu dikelilingi seorang pengkhianat. Tidak bisakah pengkhianat itu pergi sejenak dari hidupnya, ia sungguh sudah muak menghadapinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD