Part 16

1659 Words
**** Danen melihat Alex yang pagi buta sudah bersantai ria, bersandar pada sofa miliknya di halaman belakang di temani secangkir kopi panas yang menemaninya. “ Apa kau tak ada urusan lain, Alex?” “ Tidak ada. Aku hanya sedang menikmati kekayaan bosku.” “Kau terlalu banyak menganggur. Mari kita cari pekerjaan untukmu.” “ Jangan main main, Danen, Masalah Club mu saja belum seratus persen selesai dan sekarang kebocoran desain. Sistem yang kau minta saja belum seratus persen sempurna untuk keamanan perusahaan dan sekarang kau bilang aku banyak menganggur? Wah, baik hati sekali bos sialanku ini,” Dengus Alex. Terdengar suara dari arah belakang Danen, membuat keduanya menoleh pada sumber bunyi tersebut. Bram datang dengan Aludra yang berjalan di sampingnya. “ Kau seperti baru mengenal Danen saja.” Bram duduk di samping Alex dengan santainya. “ Duduklah Aludra atau kau akan membuat s**u vanilla terlebih dahulu,” Seketika tatapan tajam dari Danen mengarah pada Bram. Sedangkan tangan kanannya yang tak tahu diri saat di luar jam kerjanya itu hanya menanggapi dengan senyum pasta gigi. Senyum yang tak sampai matanya. “ Kau bisa membuatkannya untuk ku saja, Dokter cantik.” Goda Bram dengan mata yang berkedip genit. Alex dengan semua tipu muslihatnya pada perempuan. Sedangkan Danen memutarkan bola matanya melihat kelakuan pria yang tingginya hanya berbanding tiga cm darinya itu. Seorang kepala pelayan mendatangi keempat manusia dewasa tersebut dengan beberapa pelayan yang membawa beberapa sarapan untuk mereka. “ Pelayan mu memang sangat peka, tak seperti bosnya,” Kata Alex tersenyum miring. Sedetik kemudian satu piring keramik melayang ke arah Alex, dengan cepat Alex menangkap lemparan piring keramik tersebut. Namun tidak dengan lemparan kedua berupa sendok dari Danen yang mengenai tepat pada keningnya. “ Sialan,”Alex mengeram kesakitan, hal itu membuat Aludra tertawa, merasa terhibur dengan tingkah pria dewasa di depannya. “ Tak apa aku kesakitan jika ini membuatmu tertawa semanis itu, Dokter,” Alex mengerlingkan matanya nakal pada Dokter Aludra. Seketika tawa Aludra berhenti. Perempuan itu berdehem sebentar dan berusaha mengontrol ekspresi wajahnya. “ Makan,” Tegas Danen. Seketika semuanya terdiam dan melanjutkan sarapan mereka. **** Danen, Bram dan Alex memperhatikan layar LCD dalam ruangan kerja Danen dengan wajah serius mereka. Ketiga pasang mata itu mengamati seorang perempuan berbikini yang sedang bersantai di kursi santai kolam renang umum sebuah hotel. Tampak tenang dengan mata yang terpejam menikmati cuaca cerah. “Mulai dekati target.” Ucap Danen pada earpiece yang tersambung pada orangnya yang berada tak jauh dari target mereka. Seorang laki-laki mendekati sang target dengan mulus. Sang perempuan memang sangat mudah di pancing hanya dengan sebuah harta. Matrealistis. “ Ajaklah ke kamar yang sudah disiapkan,” Ucap Danen lagi ketika melihat keberhasilan orang suruhannya mendekati target. Keduanya pun berjalan berdamping dengan tangan sang pria yang tak lepas dari pinggang molek sang perempuan. Keduanya memasuki kamar hotel, berciuman. Dan saat itu juga sang laki laki menyuntikan obat bius pada sang perempuan. Tanpa perduli keterkejutan yang terlihat dari sorot mata sang perempuan, ia hanya menampakka senyum miringnya. “ Bawa ke markas.” Ketiga pria dewasa itu pun berjalan keluar mansion Danen. Namun langkah Danen terdiam saat melihat Aludra yang keluar dari mansion juga. Dengan tas dokter hewannya yang lumayan besar. “ Apakah ada yang sakit?” Tanya Danen dengan pandangan yang tak lepas dari tas bawaan Aludra. “Tidak ada. Hanya pengecekan rutin saja.” Danen menganggukan kepalanya dan memanggil salah satu pegawainya untuk membantu Aludra membawa tas keperluannya yang terlihat berat. “ Kalau begitu kutinggal keluar,” Ucap Danen sambil berlalu, sedangkan Aludra hanya menjawab dengan anggukan. Danen memasuki kursi penumpang pada mobil miliknya yang sudah terlebih dahulu di masuki Bram dan Alex. “ Kau yakin akan memanfaatkan dokter yang masih polos itu.” Tanya Alex memastikan. “ Pertanyaan yang tak perlu dijawab, Alex,” Acuh Danen. “ Tapi….” Alex menghentikan perkataannya, terdiam ketika mendapat sinyal dari Bram yang menyuruhnya untuk tutup mulut. “ Terserah kau sajalah,” Alex mengibaskan tangannya di depan wajah. Mengalihkan pandangannya keluar jendela. “ Memang, aku bosnya jika kau lupa.” “Ya, bos selalu benar.” Alex menghela nafas dan menyandarkan bahunya pada kursi. Danen paham maksud dari ucapan Alex, awalnya iya juga sedikit ragu. Namun dengan bukti-bukti yang banyak di ketahui Danen pada Augra dan Chandra tak bisa membuat Danen berhenti apalagi dengan fakta bahwa Aludra adalah anak seorang Chandra. Tak lama kemudian ketiganya sampai pada sebuah rumah yang jauh dari perkampungan. Mereka memasuki rumah tersebut yang langsung disambut oleh para anak buahnya yang berjaga di depan rumah. Mereka semua menunduk hormat. “ Info apa saja yang kalian dapatkan?” Tanya Danen sambil berjalan memasuki rumah dengan beberapa pengawal serta Alex dan Bram yang mengikutinya di belakang tubuhnya. “ Wanita itu adalah salah satu koleksi Chandra tua, dan dia mengatakan tak tahu menahu tentang pria bermasker yang berada di villa Bali. Chandra hanya menyuruhnya meletakkan uang di loker tersebut.” “ Baiklah. Apa yang bisa kita gunakan untuk menjatuhkan perempuan menjijikkan itu?” “ n*****a, dia menggunakan obat diet yang mengandung ekstasi selama beberapa tahun terakhir. Kalian bisa melaporkannya.” Sela Alex. “ Kau tahu apa yang harus kau lakukan, Bram.” “ Baik, Tuan.” “ Bebaskan dia di kamar miliknya, buat seolah-olah semua hanya mimpi bagi perempuan tersebut.” Pengawal tersebut menundukkan kepala sejenak pada Danen. Dan Danen pun pergi meninggalkan rumah tersebut. **** Danen menunggangi Black menuju Aludra yang sedang menunggu di depan pintu mansionnya. Aludra berjalan mendekati keduanya. Sejak Danen mengajari Aludra berkuda pada beberapa hari yang lalu. Aktivitas berkuda di sore hari pun menjadi jadwal harian mereka. Tentu dengan pertanyaan-pertanyaan Danen yang tak membuat Aludra sadar jika Tuannya itu sedang menggali tentang dirinya. “ Awan yang cantik.” Ucap Aludra saat keduanya duduk di kursi pinggir danau buatan Danen. Danen ikut mendongakkan kepala ke langit dengan tersenyum tipis. Ya, langit terlihat sangat cantik sore hari ini membuat Danen bisa mengurangi sedikit lelahnya. “Apa di danau itu banyak ikannya?” “ Ya, kau juga bisa memancing ikan nila di sana atau ikan ikan lainnya yang bisa dimakan.” “Wow, menarik sekali. Dulu aku juga suka menemani ayahku memancing setiap satu bulan sekali.” ‘ Ya, aku tahu. Ayahmu juga selalu memberikan hasil pancingannya untuk mendekatiku’ Ucap Danen dalam hati. “ Benarkah?” Tanya Danen berbasa-basi. “ Ya, dan beliau sangat pandai memancing.” Ucapnya dengan bangga. “ Lalu dimana ayahmu sekarang?” Pancing Danen. Aludra hanya terdiam menatap bola mata hazel Danen dan sedikit tersenyum. Bungkam. Ya, pasti dia tak akan mengatakan jati diri ayahnya di depan musuh ayahnya sendiri. Danen memperlihatkan smirknya. Pria itu berjalan mendekati danau, melepas baju miliknya dan menceburkan dirinya pada danau tersebut. Sedikit meredam kemarahannya. Aludra sedikit terkejut melihat kelakuan Danen tersebut. Perempuan itu berjalan mendekati Danau. “ Ingin mencoba?” Tawar Danen. “ Tidak, aku tidak berani berenang di kedalaman yang tak bisa dijangkau kakiku.” “Kemarilah, di bagian ini tak dalam.” Danen berdiri dan air hanya sebatas dadanya saja.” “ Bagimu tak dalam, Tuan Danen. Namun bagi perempuan yang tingginya hanya sebatas dadamu itu sudah cukup menenggelamkan dirinya.” Sinis Aludra. Danen hanya menyengir dan berjalan mendekati Aludra. Menggendong perempuan yang beratnya tak lebih besar dari Leo itu dan membuat Aludra berteriak kencang. Danen berjalan memasuki danau dan membuat kedua nya basah kuyup. Aludra tanpa sadar memeluk leher Danen erat-erat. Perempuan itu bergidik ketika merasakan dingin nya air danau dan tertawa senang sedetik kemudian. “ Tak semenyeramkan yang ku kira.” Lirih Aludra. “ Alam tak akan menyakitimu selagi kau juga menyayangi nya.” Guman Danen yang mendapat persetujuan Aludra. Kedunya pun bermain air di dalam danau tersebut. Dan berhenti ketika tiba tiba langit menjadi gelap dan memuntahkan hujan. Black terus berlari menerjang hujan deras dengan Aludra dan Danen yang berada di punggungnya. Satu jam kemudian keduanya sudah berada di ruang makan dengan keadan bersih dan lebih segar. Tak lupa dengan Bram dan Alex. “ Apa kalian setelah berlatih berkuda bertengkar?” Tanya Alex tiba-tiba. Aludan mengerutkan dahinya bingung dengan maksud ucapan Alex, namun kemudian Aludra menggelengkan kepala dengan pelan. Sedangkan Danen tak menggubris pertanyaan Alex dan lebih memilih menikmati makan malamnya. “ Tidak.” Jawab Aludra. “ Lalu apa yang kalian lakukan dengan baju basah kuyup tadi?” “ Kau tidak lihat di luar hujan? Bodoh.”Decak Danen. “Itu cara tuhan membuat kau berhenti dari tipu muslihatmu, Danen.” Balas Alex. “Bukan. itu bentuk alam protes adanya dirimu di mansion milikku,” Sindir Danen, memang baru dua hari Alex menginap di mansion Danen. Dan hujan juga datang dua hari ini. Alex pun terdiam. “ Dasar manusia tak punya hati, hujan itu rahmat dari tuhan. Dasar manusia tak tahu terima kasih,” Gerutu Alex pelan. “ Aku mendengarnya, Alex.” Desis Danen. Alex menulikan telinga dan melanjutkan makan malamnya. Bram hanya menggeleng mendengar perdebatan itu. Seketika dalam ruang makan itu hanya terdengar dentingan alat makan dan piring. Saat Danen menyelesaikan makannya dan akan berdiri. Sebuah notifikasi handphone milik Bram menghentikan geraknya. Bram membuka pesan tersebut. Seketika wajahnya terkejut, namun ia tutupi dan sayangnya hal itu sudah terbaca oleh Danen yang memperhatikan mimik wajahnya. “Ada apa?” Tanya Danen. Bram hanya terdiam dan menunjukan pesan pada Danen. Kegelapan langsung tampak pada mata Danen. Alex memperhatikan hal itu. Dan menghentikan makannya yang hampir selesai. Sedangkan Aludra hanya mengerutkan keningnya kebingungan. “ Keruangan ku!” Danen berjalan lebar-lebar menuju ruangannya. Bram dan Alex pun mengikutinya di belakang. “Bagaimana mungkin ia membangun resort itu pada tanah warisan kakek yang di berikan untuk ayah?” “ Sialan cari tahu semua itu.” Danen membanting sebuah vas di atas meja dekat jendela. Pria tua bangka itu memang ingin memancing iblis dalam diri Danen. Dan Danen pastika tua bangka itu akan menyesal karena sudah membangunkan iblis dalam dirinya. Ia bersumpah akan menghancurkan pria tua bangka sialan itu dengan sehancur-hancurnya. Tidak ada kata maaf bagi orang tidak tahu diri serta licik seperti Chandra. Danen pastikan Chandra akan membayar mahal atas perbuatan keji yang pria tua itu lakukan padanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD