Part 17

1817 Words
**** Danen membaca dokumen pembangunan resort milik Wijaya properti dan Kendrick Group yang disponsori oleh Qatar Crop dengan teliti. Sangat mudah bagi Danen mendapat dokumen itu dengan bakat seorang Alex. Keahlian lain seorang Alex selain membuatnya kesal dan darah tinggi. Sialan, selain desainnya yang sama persis, tanah yang digunakan pun juga tanah milik ayahnya yang diwariskan dari kakek nya. Di tempat itu juga sang ayah memiliki sebuah impian membagun Villa keluarga untuk mereka dulu. Sebelum di hancurkan semua impian ayahnya dengan keserakahan Chandra. Apakah tanah itu juga salah satu alasan Chandra membunuh ayahnya? Tak bisa dibiarkan, masih ada waktu satu bulan untuk membuat proyek itu gagal. Danen harus segera mencari cara untuk membatalkan pembangunan di tanah itu. Tak peduli sesulit apa Danen harus mencari cara itu. Danen menekan angka satu pada telfon di atas mejanya yang langsung terhubung dengan telfon di meja Bram. “ Panggil Pak Pras ke perusahaan sekarang,” Ia harus segera menanyakan berkas tanah tersebut pada pengacara keluarganya itu. “ Baik, Tuan.” Panggilan terputus. Beberapa jam kemudian Pras datang dengan kebingungan yang mendera. “ Silakan,” Danen mempersilakan pengacara keluarganya itu untuk duduk dengan wajah datarnya. Pras duduk di sofa depan Danen. Masih dengan wajah datarnya dan kemarahan Danen menghadap pengacara keluarga nya. “ Bisa anda jelaskan ini?” Danen memberikan dokumen pembangunan resort di Pulau Lombok milik Wijaya Property dan Kendrick Group. Mata Pras terlihat membulat karena terkejut melihat dokumen itu. “ Ini tidak mungkin, Tuan,”. Jawab Pras penuh keyakinan dengan menatap Danen yang masih tetap memperlihatkan wajah datarnya. Membuat nyali pengacara itu menciut. “ Tapi, bagaimana bisa Chandra akan membangun di tanah tersebut jika surat-surat tanah di lombok itu tidak ada padanya, Tuan Pras Samudra,” Tekan Danen. Pram menelan ludahnya sebentar. “ Dokumen itu masih aman bersama saya, Tuan. Masih tersimpan rapi di brankas saya. Karena tanah yang berada di lombok hanya bisa anda miliki setelah anda menikah. Karena itu sudah disiapkan oleh Tuan Gunadhya untuk anda sebagai hadiah pernikahan nanti. Seperti nya Tuan Gunadhya sudah memiliki feeling tak berumur panjang.” “ Biak jika begitu saya minta anda membawa semua surat-surat tersebut ke mansion nanti sore, tanpa ada bantahan. Sedikit kesalahan anda tahu pahalanya,” Pras menganggukan kepalanya dan berdiri dari duduknya. Ini pertama kalinya anak Gunadhya itu, memperlakukannya sedingin itu. Pras tahu seberharga apa tanah itu untuk Danen, sehingga ia hanya bisa menuruti permintaan Danen. Danen terdiam sebentar mengingat perkataan Pras, pengacara keluarganya itu. Jika surat-surat tanah itu tersimpan rapi di brankas Pras, lantas bagaimana dengan surat-surat yang ada di tangan Chandra? Tok tok… Danen tersadar dari kediamannya saat mendengar pintu ruangannya diketuk. Ia mengalihkan pandangannya pada pintu ruangan. “ Masuk.” Bram memasuki ruangan Danen di ikuti Alex di belakangnya. “ Apakah tanah itu sudah menjadi milik Chandra?” Tanya Alex memastikan. “ Tidak akan, Pras berkata Dokumen tanah tersebut masih aman tersimpan di brankas miliknya.” “ Mungkin Tua bangka itu menggunakan dokumen palsu.” Celetuk Bram. Yang secara spontan di setujui oleh Alex. “ Alex, bisa kau mengakses semua dokumen milik Chandra?” “ Bisa asal kau datang ke rumahnya dan memasang penyadap pada komputer milik Tua bangka itu.” Danen menganggukan kepalanya “ Baiklah, mari kita lakukan.” “ Kau yakin, apa yang akan menjadi alasanmu mendatangi rumah Tua bangka itu? Karena merindukannya?” Alex mengejek dengan wajah menyebalkan miliknya. “ Sialan.” Bram melempar wajah alex dengan bantal sofa miliknya. “Berhenti membual, Alex. Omong kosong apa itu.” Dengus Danen. Alex terkekeh melihat kekesalan pada wajah Danen tersebut. “ Sudahlah sebaiknya kau mengajak kami mengisi untuk mengisi perut sebelum Bram semakin menyebalkan,” Sedetik kemudian kepala belakang Alex terkena pukulan dari Bram yang cukup membuatnya mengaduh kesakitan. “Sialan kau, Bram.” **** Setelah berhasil membungkam mulut Alex dengan makanan, Danen berjalan menuju mobil miliknya untuk melakukan misinya. “ Sudah aku bilang. Putuskan kontak pada si Danendra sialan itu, Aludra!” Danen menghentikan langkahnya ketika mendengar namanya disebut-sebut oleh seseorang. Yang entah siapa. Seorang laki-laki membelakanginya, sedangkan satu orang lagi tertutupi dengan badan laki-laki tersebut. “ Tidak bisa, JIvar. Aku sudah terikat kontrak.” Itu suara Aludra. Ah sepertinya sepasang kekasih itu bertengkar lagi karena dirinya. “ AKU BISA MEMBAYAR DENDANYA.” Bentak Jivar. “ Berhenti, Jivar. Kau ini kenapa?” “ Atau…… jangan jangan” Jivar menatap Aludra dengan kecurigaan dan melihat dari atas ke bawah tubuh Aludra dengan pandangan jijik. Aludra hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sang kekasih. Dengan tiba-tiba Jivar mencengkram dagu Aludra dengan kasar. Membuat perempuan itu sedikit merintih kesakitan. “Kau yang tak mau meninggalkan si Danendra itu. BENAR, ALUDRA?? JAWAB!” Aludra menggelengkan kepala. “ Ti...tidak, Jivar. Sa … sakit.” Jivar menyentak tangannya dengan kasar membuat wajah Aludra terpelanting ke samping dan perempuan itu meringis kesakitan. “ Sudahlah.” Jivar meninggalkan Aludra sendirian di parkiran restoran yang sepi tersebut. Meninggalkan Aludra dengan semua kepiluan perempuan itu. Danen bisa melihat dagu kemerahan Aludra karena cengkraman Jivar tadi. Perempuan itu hanya menundukan wajahnya dan menitikkan air mata di pelupuk matanya. Danen mendongakkan kepala menghadapkan wajahnya ke langit dan menghembuskan nafas pelan. Sedikit kekesalan melihat perempuan itu disakiti, namun ketika mengingat jika perempuan itu anak Chandra rasa kekesalan itu menguap seketika. ‘ Setidaknya perempuan itu harus merasakan kesakitan dalam hidupnya’ Danen melanjutkan langkahnya ke mobil. Tak memperdulikan Aludra yang terlihat kacau. Danen mulai mengendarainya menuju rumah Chandra si tua bangka tidak tahu malu itu. Ia harus mendapatkan semua dokumen di komputer pria tua bangka tersebut secepatnya. Mobil milik Danen mulai memasuki pekarangan rumah mewah milik Chandra. Rumah yang tak seberapa besar dari mansionnya itu cukup terbilang mewah. Banyak hal yang berubah dari terakhir Danen mendatangi rumah itu, dua tahun yang lalu atau lima tahun yang lalu, entahlah Danen lupa. Beberapa pelayan menyambut kedatangannya dengan hormat.. “ Dimana Paman?” “ Di dalam ruang kerjanya, Tuan,” Danen menganggukkan kepala dan dengan santai berjalan menuju ruang kerja pamannya. “ Tapi maaf, Tuan Danen. Sepertinya Tuan Chandra masih…..” Danen tak memperdulikan perkataan pelayan itu dan tetep berjalan menuju ruang kerja Chandra. Mengetuk pintu beberapa kali dan masuk ketika mendengar sahutan dari dalam. “ Danen?” Terlihat raut terkejut pada pria tua bangka tersebut. Danen menangkap keterkejutan yang menghiasi wajah Chandra saat ia memasuki ruangan kerja pria tua tersebut. “ Ya,” Jawab Danen seadanya. Chandra menyambutnya dengan memeluk dirinya dan menyuruhnya untuk duduk di sofa berwarna emas di ruang kerja pia paruh baya tersebut. “ Ada yang bisa aku bantu, Nak? Tak biasanya kau datang ke rumah jika tidak ada hal penting.” “ Tidak ada, paman. Hanya mampir. Tadi habis makan siang dan tiba-tiba teringat dengan paman.” Ingatkan Danen untuk mencuci mulutnya sepulang dari rumah Chandra nanti karena ucapannya tadi. Cih, ia sungguh muak melihat wajah Chandra yang sama sekali seperti tidak memiliki beban dengan mengambil beberapa kekayaannya. Chandra tertawa mendengar ucapan Danen.” Kau merindukanku, Nak? Maaf akhir-akhir ini tak bisa sering-sering menjenguk mu, Danen. Paman sedang banyak pekerjaan.” Hampir saja Danen ingin memukul tua bangka di depannya karena menganggap ia merindukan tua bangka itu. Dan ya Danen paham jika pamannya itu memang sibuk. Sibuk merebut hartanya satu persatu. “ Tak apa, paman. Seharusnya seusia paman sudah istirahat bekerja. Toh harta paman juga pasti akan bertambah dengan sendirinya.” Sindir halus Danen dengan nada yang tak terlihat menyindir. “ Aku tak sekaya kau, Danen. Yang tidur saja bisa menghasilkan uang.” Kekeh Chandra. “ Benarkah? Sepertinya tidak. Rumah paman saja sudah banyak berubah menjadi lobi sangat mewah.” Sindir Danen lagi. Lagi-lagi hanya ditanggapi dengan tawa kecil Chandra. “ Tak semewah mansion mu.” “Jadi paman ingin membangun mansion?” Pancing Danen. “ Entahlah, tapi untuk apa juga mansion jika usiaku semakin bertambah. Mungkin umurku juga tidak terlalu panjang.” Ucap Chandra memelas ‘ Bagus jika kau sadar se tua apa di dirimu. Yang sudah pantas untuk masuk ke neraka sesegera mungkin. “ Jangan begitu, semoga paman di beri umur panjang.” ‘ Semoga tuhan tak mendengar perkataanku’. “Ya semoga saja.” Suara deringan telepon mengalihkan perhatian keduanya. Chandra berdiri menuju mejanya dan mengambil handphone miliknya. “ Paman keluar sebentar.” Danen menganggukan kepala. Tepat saat Chandra menghilang dari pintu ruang kerja nya, Danen pun segera berdiri dan mendekati meja kerja Chandra. Menancapkan flashdisk pada CPU komputer yang sudah hidup dari tadi namun dengan layar yang masih terkunci dan mengaktifkan Earpiece di telinganya. “ Cepat Alex.” perintah Danen. “ Sabar Bos nikmati saja temu kangen dengan paman kesayanganmu.” “ Tutup mulutmu, Alex. Diam kau. Kerjakan saja tugasmu.” Beberapa detik kemudian kunci pada komputer terbuka. “ Copy saja aplikasi di flashdisk itu,Tuan.” Danen melakukan perkataan Alex dengan mata yang tak lepas mengamati pintu di depannya. “ Ok bagus tinggal menginstal. Awasi terus bos." Aplikasi sadap milik Alex masih berjalan lima puluh persen ketika Danen mendengar suara langkah mendekat. “ Dia akan datang, Alex. Bisakah kau lebih cepat?" “ Cabut saja flashdisknya, kan sudah ditaruh komputernya si tua bangka filenya. biarkan aku yang meneruskan. Alihkan saja Paman kesayangan dari komputernya.” Perintah Alex pada Danen. Danen mengera. Yang dijawab dengan tawa menggema Alex. " Ternyata memerintah itu menyenangkan" guman Alex. Dan Danen hanya mendengus malas mendengarnya. Danen mencabut flashdisk tersebut dan menyimpannya pada saku jasnya. Tepat saat Danen akan melangka menuju sofa kembali, Chandra memasuki ruangan kerjanya sendiri. “ Sedang apa?” Tanya Chandra dengan wajah yang terlihat sedikit terkejut dengan posisi Danen yang dekat komputernya namun ditutup-tutupi. Hal yang jelas tak berhasil pada Danen. Pria berusia tiga puluh tahun itu dengan cepat melihat kekhawatiran di mata Chandra. “ Hanya melihat buku koleksi paman.” Dengan tangan yang menyusuri lemari buku di belakang meja kerja Chandra. “ OH… nikmati saja.” Chandra duduk kembali di sofa yang tadi ia duduki. Danen membalikan badanya dengan pandangan yang mencuri-curi ke arah komputer Chanra 'Sedikit lagi." “ Nikmati best time mu dengan paman kesayanganmu itu, Danen. Jangan terburu-buru untuk pulang." Terdengar ledakan Alex dari Danen. ‘ Sialan.’ Ingatkan Danen lagi untuk memukul wajah Alex dengan sesuatu untuk membalas perkataan pria itu. “ Beres.” Ucap Alex. Danen berjalan mendekati pamana tersebut.Lalu duduk di sofa samping single sofa yang ditempati Chandra. “ Paman tahu? Perusahaan mengalami kebocoran desain beberapa hari yang lalu. Tender dengan Qatar Crop.” “ Benarkah? Bagaimana bisa Danen? Bukan kan Gunadhya yang memiliki keamanan yang sangat bagus.” “ Ya, aku curiga orang dalam yang melakukannya.” Pancing Danen dengan sorot mata yang tak lepas melihat manik pria tua di depannya. “ Itu sangat bahaya, sebaiknya segera temukan orangnya sebelum semua data perusahaan semakin banyak yang hilang dan tercuri.” ‘ Dan kau pelakunya jika kau lupa ‘ “ Ya, aku pasti menemukannya, paman. Doa kan saja, paman.” ‘ Dan kupastikan kau akan ku buat sadar di mana levelmu, Wahai Tua bangka.’ “ Hukum saja bila perlu.” ' Baik aku akan mengabulkan permintaanmu. Aku janji.' Guman Danen dalam hati. Dengan senang hati Danen akan menghukum sang pelaku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD