Part 40

2076 Words
*** Danen mengalihkan pandangannya ketika melihat pintu ruangan yang di buka. Terlihat Aludra dan Bram yang memasuki ruangan kerjanya. "Mengganggu?" Terlihat wajah sungkan Aludra muncul di balik itu pintu. Danen paham. Wanita itu pasti merasa sungkan karena hanya untuk makan saja Aludra harus mendatangi perusahaannya. Mau bagaimana lagi, Aludra tak akan bisa menelan makanan sedikitpun jika bukan dari suapan Danen. Pernah sekali Danen tak menyuapi Aludra dan berakhir Aludra akan muntah walau hanya mencium aroma makanan. Jika bukan karena anak nya yang berada di perut Aludra dan juga balas dendamnya, Danen tak akan mau melakukannya. Benarkah? Sahut hati kecil Danen. Bukan karena kau mencintainya? Danen menggeleng membantah kata hatinya. Lebih tepatnya tidak boleh. Cinta hanya akan membuat nya lemah. Ia tak boleh memiliki rasa pada musuhnya. "Apa ada yang salah, Danen?" Pertanyaan Bram membuat Danen tersadar dari pertengkaran batinnya. "Tidak ada." Danen berdiri dari kursi kebesarannya dan mendekati Aludra dan Bram yang terduduk di sofa single ruangannya. "Mau makan apa?" Seketika wajah Aludra terlihat sedang berpikir keras. Tak berapa lama wajah Aludra terlihat bercahaya, matanya berbinar dengan mulut yang mengecap seolah sedang memakan sesuatu. "Aludra," Masih belum ada respon. Danen melihat ke arah Bram dan Bram hanya menanggapi dengan senyum kecilnya melihat kelakuan ibu hamil tersebut. "Aludra." sang pemilik nama pun menoleh ke arah Danen dengan sedikit terkejut. "Ya?" "Ingin makan apa?" Aludra terlihat bimbang untuk mengatakannya. Aludra meneguk ludahnya. "Katakan saja." "Kau yakin?" Danen mengangguk yakin menjawab pertanyaan Aludra. "Katakan saja, Aludra." "A… aku. " Ucapan Aludra terpotong dengan pintu ruangan Danen yang terbuka. Terlihat Alex yang memasuki ruangan Danen dengan santai. Namun berbeda sama mimik wajah Aludra. Melihat mimik wajah Aludra, Danen mendekat ke arah Aludra dan memindahkan wanita hamil tersebut ke pangkuannya. "Berhenti, Alex!" Perintah Danen tegas. Alex berdecak keras. "Ada apa lagi, Danen? Aku baru saja datang dan belum berbuat apapun." "Kedatanganmu saja sudah kesalahan, Alex." Tangan Danen terus mengusap lembut punggung Aludra yang membenamkan wajahnya ke arah gerakan leher Danen. Berusaha menghirup aroma Danen sebanyak banyaknya agar melupakan wajah Alex yang membuatnya mual. "Ya Tuhan, Aludra. Apa salahku padamu? Kenapa kau selalu mual ketika melihat wajah tampanku? Seharusnya anakmu harus bersyukur memiliki uncle setampan diriku. " "Tampan kepalamu. Otakmu saja tak jauh lebih pintar dari Zeus dan kau masih ingin membanggakan wajahmu yang pas pasan itu?" "Kau benar benar melukaiku terlalu dalam, Danen. Aku berdoa semoga saja anakmu memiliki… . " "Jangan, Alex. Jangan mendoakan anakku," Ucap Aludra dengan lantang dan syarat akan permohonan. Membuat Bram tertawa terbahak bahak. "Ternyata kau sama jahatnya, Aludra. Kau dan suamimu sama saja," Ucap Alex dengan wajah terluka. "Maafkan aku, Alex." "Tidak, tidak apa apa. Tidak apa apa." Alex panik ketika melihat mata Aludra yang berkaca kaca. Wanita hamil sudah terlihat merah. Membuat Danen menghunuskan tatapan tajam kepadanya. Alex menghembuskan nafas pasrah. "Baiklah. Maafkan aku, Aludra, kau mau bukan memaafkanku?" Aludra menganggukan kepalanya pelan yang berada di d**a Danen tanpa mau melihat wajah Alex. "Jadi makan apa?" Danen berusaha mengalihkan perhatian Aludra. Sedangkan Alex duduk di ujung sofa. Berhasil. Wanita hamil itu mengangkat kepalanya dan memandang Danen. "Steak." "Baiklah kita makan steak dengan saus?" "Dengan sambal mangga muda." Seketika ketiga laki laki dalam ruangan tersebut terdiam. Alex hampir tertawa namun gagal karena pandangan tajam Danen dan Bram. "Kenapa? Apakah aneh?" wajah Aludra murung ketika hanya mendapat kediaman dari Danen. "Tidak. Kita pasti mendapatkannya." Seketika wajah Aludra kembali cerah. Dan sekarang Danen harus memutar otak di mana ia bisa mendapatkannya. Ah.. Lebih baik ia pergi ke restoran miliknya dan menyuruh chef di sana yang membuat. Itu lebih baik daripada pergi ke tempat lain dan membuatnya malu. "Baiklah sekarang kita harus pergi ke restoran black rose saja ayo." Seketika Danen mendapatkan tatapan bertanya dari Bram dan Alex. Mungkin keduanya bingung sejak kapan restoran Danen menyediakan steak sambal mangga muda? Danen tak menggubris pertanyaan itu dan memilih membantu Aludra berdiri. "Tidak. Aku ingin memakannya di halaman belakang mansion. Bisakah Raihan membuatnya?" Usul Aludra menjadikan chef pribadi Danen sebagai korban kehamilannya hari ini. "Kenapa ingin makan di halaman belakang?" Penasaran Danen. "Di halaman belakang, pohon mangganya sudah mulai berbuah. Aku ingin melihat Alex mengambil mangga mudanya langsung dari pohon dan Raihan memasaknya langsung di halaman belakang. Karena pasti sangat enak makan dengan angin yang sejuk." Wajah Aludra terlihat bahagia membayangkannya dengan mata tertutup dan mulut yang kembali menyecap. Kebalikan dengan Alex yang menganggukan mulutnya karena ke inginkan Aludra tersebut. Dan wajah prihatin Danen dan Bram yang melihat Alex. Dan disinilah mereka sekarang. Alex dibatas pohon dengan pakaian formalnya dan Aludra yang dengan semangat mengarahkan Alex untuk mengambil buah yang diinginkan ibu hamil tersebut. "Bukan yang itu, Alex. Mangga muda yang satunya. Yang warna hijau." Aludra berkata dengan semangat sedangkan Danen dan Bram hanya duduk di sofa taman dengan santai. Bagaimana mungkin wanita itu berkata yang warna hijau sedangkan semua mangga pada pohon itu memang sedang berwarna hijau semua. Dan arahan dari Aludra tersebut sukses membuat Alex menggeram frustasi. Tak berapa lama Alex sudah duduk menyusul keduanya dengan wajah yang terlihat lelah. "Aku baru tahu kalau kau berbakat cosplay menjadi monyet, Alex." tawa Bram mengudara. "Sialan kau Danen. Kau yang menghamili nya kenapa aku yang harus sial." ucap Alex dengan bersungut sungut. "Anakku sangat pintar dari dini Alex ia tahu siapa yang harus ia sayangi." Alex mengikuti ucapan Danen dengan mulut yang berucap tanpa suara dan wajah yang mengejek. Aludra berjalan dengan semangat menuju ketiganya dengan tangan yang mengangkat piring yang berisi steak dengan sambal mangga muda yang melumuri nya. Entah apa rasanya ketiga laki laki itu hanya bisa menggeleng pasrah. Aludra duduk tepat di samping Danen. Danen mengambil piring tersebut, memotong motong steak menjadi potongan dadu dan mulai menyuapi nya pada Aludra. Aludra menerima suapan Danen dengan semangat. Memejamkan matanya dan mengubah dengan senyum di bibirnya. Sedangkan Alex mengkerut kan wajahnya melihat apa yang dimakan Aludra. "Apakah seenak itu?" basa basi Danen. Aludra menganggukan kepalanya semangat seperti anak kecil yang diberi makanan favoritnya. "Cobalah. Rasanya sangat enak." ucap Aludra dengan mata yang berbinar. Danen menggeleng pelan. "Tidak makan saja habiskan. Kau tidak hanya memberi makan dirimu saja. Habiskan." Danen terus menyuapi Aludra hingga porsi kedua namun tiba tiba Aludra menolak ketika hanya tersisa dua potongan daging pada piring porsi kedua miliknya. "Makan lah Bram, Alex." Alis Danen terangkat mendengar ucapan Aludra. "Tinggal sedikit Aludra, habiskan saja." Danen memberikan suapan pada Aludra. Wanita itu menutup mulutnya dan menggeleng. "Aku ingin melihat Bram dan Alex memakannya." Ucapnya lirih. Danen menatap kedua temannya dengan prihatin. Namun tidak bisa berbuat apa apa karena malas jika Aludra menangis. Aludra menatap Bram dan Alex dengan tatapan permohonan. Bram menarik nafas pelan dan mulai memakan satu potong. Memejamkan matanya dengan mulut yang tersenyum ketika potongan daging tersebut menyentuh lidahnya. Danen mengulum senyumnya melihat hal tersebut. Sedangkan Alex mulai percaya dengan wajah Bram. Dengan tenang ia memakan potongan yang tersisa dan dengan spontan matanya mengernyit ketika merasakan keasaman karena sambal mangga muda tersebut. Terlalu asam. Bram buru buru mengambil minum dan menghabiskan segelas air putih yang tersisah. Dan tertawa terbahak bahak ketika melihat wajah Alex ketika memakan steak sambal mangga tersebut. Melihat tidak ada lagi minuman di meja, Alex berlari ke arah Raihan yang sedang memasak dan meminum dengan membabi buta. "Sialan. Apa yang kau masak itu, Raihan?" Tanyanya bersungut-sungut. "Kau tahu jawabannya, Tuan," Danen dan Bram tertawa mendengar jawaban Raihan tersebut sedangkan Alex hanya terus mengumpat. "Aludra memang pintar mencari masalah dengan Alex. Aku yakin anakmu nanti akan semakin memusingkan Alex ketika lahir nanti." Danen hanya menanggapi dengan bahu bergidik mendengar ucapan Bram dan menoleh ke arah kanannya, tersenyum ketika melihat Aludra yang tertidur dengan pulas. "Dan dia tertidur dengan pulas ketika selesai membuat masalah." Danen mengangkat tubuh Aludra. "Makanlah Bram aku akan menyusul setelah ini dan ada yang ingin aku bicarakan sebentar." Bram mengangguk dan mendekati Raihan ketika Danen berjalan menuju mansion dengan Aludra yang berada di gendongannya. *** "Bagaimanapun soal tender Qatar Crop? " ucap Danen begitu ketiganya menyelesaikan makan siangnya. "Proyeknya setelah mndapat masalah karena diundur dan akan dilaksanakan dua minggu dari sekarang." "Sialan. Waktunya semakin mepet. Bukankah surat surat tanah itu masih atas nama ayah? Bagaimana bisa Chandra dan Augra tetap bisa melakukan pembangunan. Ini harus dibawa ke hukum." "Apa kau tak curiga pada Pras, Danen?" "Sedikit, Bram. Bukankah dia berkata surat surat masih di tangannya, lalu bagaimana mungkin Chandra bisa mendapat salinan surat surat itu lagi. Jika semua isi Komputer nya sudah kita hapus dan yang bm tercetak sudah kita ambil." "Sebaiknya kau segera mengambilnya pada Pras, Danen. Bukankah Pras pernah berkata bahwa tanah itu akan menjadi milikmu ketika kau menikah? "Usul Alex. " Saran yang bagus. Kau semakin pintar setelah memakan steak sambal mangga muda Alex." "Sialan kau, Danen." "Perlu menarik beberapa orang untuk mengawasi Pras?" "Ya, lakukan. Utus dua orang untuk mengawasi gerak gerik Pras." Bram mengangguk. "Kau bisa meminta bantuan Alma, Danen. Bukankah ia salah seorang Advokat yang terkenal di Amerika. Mungkin ia bisa membantu." Usul Bram. Danen mengangguk pelan dengan usul Bram. Bram benar jika begini terus masalah tanah ini tak akan selesai dan ia harus segera mengakhirkan nya. Ia tak akan mengizinkan siapapun merebut tanah miliknya. Apalagi tanah itu warisan kakeknya dan desain bagunan itu desain impian ibunya. "Aku akan mencoba hubungi Alma untuk membantu. Ada laporan soal Wijaya properti Alex?" "Sangat mencurigakan, Danen. Perusahaan itu seperti hanya terlihat bagusnya saja. Semua data datanya sangat mencurigakan. Soal pembayaran pajaknya juga tak beraturan. Dan soal kerja samanya dengan Kendrick grup seperti jackpot untuk mereka. Perusahaan yang sangat cepat berkembangnya. Terlalu mulus. Padahal umurnya belum ada satu tahun." jelas panjang lebar Alex. "Terus perhatian kan perkembangannya. Tak mungkin perusahaan bisa berkembang secepat itu sebelum satu tahun. Apalagi dengan kerja sama sebesar itu." Patut di curigai. Perusahaan dengan Jivar sebagian CEOnya itu sangat patut di curigai. "Jivar?" "Masih berusaha mendekati Aludra, dan kau pasti lebih tahu apa saja yang diucapkan Jivar pada Aludra." Sindir Alex. Ya Danen memang sangat tahu apa yang dikatakan pria b******n itu. Bahkan pria itu tak segan segan itu menelpon Aludra. Sayangnya Aludra menjadi orang yang tak bisa diganggu ketika tidur sejak hamil walau dengan suara yang mengganggu sekeras apapun itu kecuali ketika Danen pergi meninggalkannya. Harus ada beberapa bantal dan guling yang masih tercium aromanya untuk meninggalkan Aludra tidur sendirian. "Aku tak sengaja melihat Jivar dengan Gween kemarin di President hotel." Danen dan Bram melihat ke arah Alex mendengar ucapan pria itu. "Bukan kah aneh, perempuan itu tinggal di apartemen atas nama Chandra namun seperti memiliki hubungan dengan Jivar sampai bermalam bersama." "Kau yakin sudah mencari tahu semua tentang perempuan itu? Cari tahu lebih dalam lagi Alex. Aku yakin ada yang masih disembunyikan." "Dan lagi, sudah menemukan penyebab kecelakaan yang dialami mama Aludra? " "Belum. Kasus ini sangat ditutup rapat. Perlu akses yang lebih besar untuk menentukan kebenarannya. Dan aku baru saja meminta bantuan orang orang mu." "Bagus aku ingin semua lebih cepat diselesaikan. Dan… " Obrolan ketiganya terhenti saat Aludra berjalan ke arah ketiganya dengan mata mengantuknya. Danen menyambut kedatangan Aludra dan membiarkan wanita itu tidur dengan kepala di pangkuannya. Danen mengusap rambut wanita itu dan tak lama terdengar nafas teratur wanita hamil itu. " Tidur lagi?" ucapan Alex tak percaya. "Pantas saja pipinya semakin tebal. Ia sangat banyak makan dan sangat cepat tidur." "Itu lebih baik. Daripada awal awal dulu hanya bisa memuntahkan makanan yang ia telan." "Benar." Bram menyetujui. Alex hanya mengangguk kepalanya. *** "Belum mengantuk?" Tanya Bram ketika melihat Aludra yang masih setia membaca buku dengan kacamata yang bertengger di atas hidungnya. Aludra menutup bukunya dan menatap Danen yang menaiki kasur dengan kaos singletnya dan celana kain pendeknya. Suara deringan ponsel milik Aludra mengalihkan perhatian keduanya. Jivar Tanpa tanda hati merah lagi. Danen mengernyit begitu juga Aludra. Wajah Aludra memucat dan dengan pelan memandang wajah keras Danen. "Tidak diangkat?" Tawar Danen yang dijawab dengan celengan pelan Aludra. "Yakin? Tak menyesal?" Sindir Danen. Danen memperhatikan tangan Aludra sedikit bergetar mematikan panggilan Jivar. "Kapan terakhir bertemu Jivar?" Danen benci basa basi. Mata Aludra sedikit membulat mendengar ucapan Danen. Dan tertunduk dalam. "Tak ingin menjawab?" masih Diam. Danen menghembuskan nafas nya kasar melihat Aludra yang masih terdiam tak mengakui pertemuan nya dengan Jivar beberapa hari yang lalu. Tanpa Aludra berkata Danen tahu hanya saja ingin menguji ke jujuran istrinya itu. "Baiklah." tanpa menunggu jawaban Aludra yang masih diam. Danen menidurkan tubuhnya membelakangi Aludra. Berusaha tak peduli dengan tangis Aludra. Bagaimanapun Danen tahu wanita hamil tak boleh terlalu sedih dan menangis juga tak baik untuk kandungan. Namun ia harus memberi pelajaran untuk Aludra. Bagaimanapun ia suami Aludra dan wanita itu harus tahu batas batasnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD