Part 4

1072 Words
Ketika matahari masih malu memperlihatkan sinarnya, Danen sudah terlihat menunggangi Black  dengan bertelanjang d**a menuju kandang Felix. Bunyi sepatu kuda milik Black menggema dalam hutan milik Danen dengan sangat keras. Dengan sedikit keras, tanpa menyakiti Black, Danen menepuk leher Black. Mempercepat lari Black. Ketika Danen melihat pintu kandang Felix, Macan kumbang hitam  itu sudah terlihat duduk di depan kandangnya. Menunggu Danen. Dengan tenang pria berusia 30 tahun itu turun dari pundak Black dan membuka kandang Felix. Felix berdiri dari duduknya dan berjalan melingkari tubuh Danen. Felix memang sedikit manja kepadanya sejak sakit. Seharusnya, nanti malam adalah jadwal Felix untuk keluar kandang dan berburu. Beberapa pegawai Danen akan meletakan beberapa hewan hidup seperti ayam dan beberapa daging sapi yang akan digantung atau diletakkan di beberapa tempat di kawasan hutan miliknya. Hanya Felix yang akan di lepas malam hari karena memang di habitat aslinya Macan kumbang berburu di malam hari. Sedangkan hewan lainnya  akan dikeluarkan di siang  hari sesuai jadwal mereka. Oleh karena itu,  antara Mansion dan juga halaman belakang Danen dibatasi dengan tembok yang sangat kokoh dan hanya ada satu pintu keluar masuk yang dari baja. Danen melakukan hal tersebut agar insting liar pada hewan hewan miliknya tak hilang. Danen duduk di tanah dengan kepala Felix yang ada di pangkuannya. Dengan lembut, Danen mengusap kepala hewan peliharaan itu. " Felix, Kau tahu dokter perempuan yang membantu dokter Faris kemarin? Dengan sombongnya dia menolak tawaranku. Dia pikir dia siapa? Cepat atau lambat dia akan menjadi dokter pribadimu dan teman temanmu." Danen berkata dengan penuh keyakinan. Felix merespon ucapan Danen dengan menggosokkan kepalanya pada paha Danen. Menyetujui ucapan Danen. ***** Saat jam tangan Danen menunjukkan pukul 06.30 pagi. Pria dengan kemeja hitam berjas abu gelap itu memasuki  BMW M3 isle of man green  miliknya. Dengan tenang, Danen mengendarai kuda besi miliknya.  Danen menerima panggilan dari Bram saat Apple carplay dalam mobilnya  memunculkan panggilan dari Bram. " Bacakan!" " Jam 7 nanti anda ada meeting dengan semua  ketua divisi perusahaan,Tuan. Kemudian makan siang dengan perwakilan Sagara Group dan selanjutnya banyak dokumen yang menanti di atas meja anda." " undur meeting sampai jam 8!"  " Baik, Tuan. " Mendengar jawaban Bram, Panggilan langsung dimatikan oleh Danen. Mobil milik Danen menjadi sangat kontras saat memasuki perumahan kalangan menengah ke bawah tersebut. Dengan tajam mata elangnya menatap rumah bercat abu abu bertaman taman kecil di depannya itu. Dengan santai pria setinggi 189 itu mengayunkan kedua kakinya mendekati pintu rumah bercat abu abu muda. Belum sempat tangan kanan nya mengetuk pintu di depannya, seorang perempuan berkuncir kuda membuka pintu tersebut dari dalam. Sedetik kemudian raut wajah terkejut  terlihat di wajah gadis itu. Danen tahu gadis di depannya itu memancarkan aura permusuhan kepadanya, Namun, tanpa ingin tahu. Danen menundukan badannya mensejajarkan wajahnya dengan gadis yang hanya setinggi dadanya tersebut. " Beginikah cara anda  menyambut tamu nona Aludra? Tanpa menyuruhnya masuk?" Dengan senyum yang mereka diterbitkan Danen pada bibirnya. Aludra tersadar dari keterpakuannya saat melihat Danen dengan tanpa malu membuka pintu rumahnya dan masuk tanpa permisi. Membuat gadis itu mau tak mau mengikuti Danen dengan wajah yang ditekuk. Danen memperhatikan sekelilingnya ruangan yang di masukinnya. Tidak ada foto keluarga,  hanya beberapa lukisan, serta hiasan hiasan yang tak menarik baginya. Danen duduk di sofa seolah rumah yang didatanginya itu milik sendiri,  Tanpa tahu jika pemilik rumah sebenarnya hampir saja mengeluarkan tanduk dan asap dari kepalanya.  Chandra sungguh sempurna dalam melindungi anaknya. Bahkan Chandra memberi tempat tinggal pada Aludra, putri kandungnya dengan harga yang Danen yakin tak akan mengurangi satu persen pun harta orang tua Danen yang dicurinya. Sungguh kamuflase yang sempurna. Chandra hanya tidak tahu, bahwa mangsanya memiliki racun mematikan yang akan disemburkan saat musuhnya  mendekat. “ Ada keperluan apa seorang Danendra datang ke tempat kumuh pagi pagi begini?” Danen hanya merespon dengan satu alis yang terangkat, mendengar sindiran Aludra. Aludra memutar bola matanya melihat respon Danen. Danen memang sengaja mendatangi Aludra secara langsung untuk memastikan tentang Chandra pada perempuan ini. Ia pikir, setidaknya ia akan melihat foto Chandra bersama Aludra. Namun, rupanya Chandra benar benar menjaga anaknya. " Tawaran saya  masih terbuka untuk anda, nona Aludra,"  Aludra menatap Danen dengan wajah datarnya. “ Maaf tuan Danendra yang terhormat saya tidak tertarik dengan tawaran anda.”     “ Benarkah? anda yakin tak akan menerima tawaran saya? Anda tahu, untuk menggerakan jarum kompas, anda harus bergerak sehingga jarum itu bisa mengarahkan anda pada tujuan anda. Anda pasti tahu maksud perkataan saya.”      Danen tahu bahwa perempuan di depannya bercita cita untuk mendirikan klinik hewan miliknya sendiri. Keterdiaman Aludra membuat Danen tersenyum smrik. Danen yakin bila Aludra akan termakan ucapannya. Apalagi meniti karir menjadi dokter hewan bukanlah hal yang mudah. “ Nikmati waktumu tuk berpikir nona Aludra,” Saat akan berdiri dari duduknya, Danen baru tersadar bahwa di bawah kakinya ada sesuatu benda berbulu yang cukup besar di dekat kaki kanannya. “ Grey, kemarilah,” Hewan berbulu tak mau pergi dari sisi kaki kanan Danen ketika majikannya memanggil. Kelinci jenis Giant Flemish betina itu seolah tahu orang tampan.  “ Lucu sekali si Grey ini, Mungkin Felix akan sangat senang jika Grey ku bawakan kepadanya. ” Hampir saja bola mata Aludra keluar mendengar kalimat yang sangat ringan keluar dari mulut Danen. “ Apa kau gila! ” Kobaran api semakin terlihat dalam sorot Aludra. Dengan cepat gadis itu mengangkat kelinci berbulu abu abu di samping kaki Danen, dengan sedikit kesusahan. Karena kelinci itu seolah tak mau dipindah dari tempat nyamannya. “ pikirkan lagi tawaran ku. Setidaknya, jika kau menerima tawaranku. kau, tak berakhir menjadi makanan Felix ataupun Max.” “ Saya tak akan menerima tawaran anda tuan Danen yang terhormat.” “ Benarkah? kita lihat saja nanti. Nyonya Aludra. Ah… saya lupa. Tak mungkin anda kekurangan uang jika memiliki ATM berjalan anda.”  Mendengar ucapan Danen mata Aludra membulat. “ Keluar!” Senyum kecil pada ujung bibir Danen, membuat Aludra jengah. Dengan sedikit emosi yang diperlihatkan pada Danen. Aludra membuka pintu rumahnya. Namun, Dewi Fortuna sepertinya tak memberkati Aludra.   Jivar berdiri di depan pintu rumahnya. Keterkejutan sangat jelas dalam raut wajahnya. Danen menanggapi dengan santai.  “ Terima kasih atas sarapannya, Aludra. Sangat lezat. Mungkin lain kali sarapan di rumahmu bukan lah hal yang buruk.”    Danen berkata dengan senyum yang menghiasi wajahnya, membuat Aludra semakin gusar. Dan tanpa memperdulikan keterkejutan Jivar, Danen berjalan menuju mobil miliknya dengan wajah datarnya. Membakar hubungan Aludra dan Jivar sepertinya akan menjadi hobi baru baginya mulai sekarang. Danen tak perduli dengan semua resiko yang akan datang. Ia harus segera mendapatkan buruannya sekarang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD