PART 3

1034 Words
******* Danen memperhatikan langkah cepat Aludra yang keluar dari cafe. Senyum kecil terlihat dari bibir tipisnya. ‘Kita lihat saja sampai kapan kau mampu mempertahankan kesombonganmu, Aludra.’ Danen memutuskan pergi meninggalkan Cafe. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat bahu Aludra yang menegang di depan  pintu cafe. Ketika Danen melihat sumber ketegangan dari Aludra, satu alis Danen terangkat.           ‘Kekasih Aludra?’ fikir Danen.           “J-jivar, sedang apa di sini? bukankah seharusnya kamu di perusahaan?”           “Bukankah aku yang seharusnya bertanya seperti itu, sayang?" Penekanan kata 'Sayang' oleh pria tersebut membuat Aludra menundukan gugup.           Danen bisa merasakan ketegangan antara kedua orang yang berdiri di depan cafe tersebut. Bahkan Danen juga dapat merasakan kekhawatiran yang dirasakan Aludra hanya degan melihat bahu perempuan itu yang menegang.           “ A … ku hanya bertemu dengan pelanggan VVIP dokter Faris. Masalah pekerjaan.” Danen bisa mendengar nada santai yang dibuat-buat Aludra untuk menutupi kegugupan gadis itu.           “Hanya berdua dengan seorang laki laki?” Kerutan di dahi pria yang dipanggil Jivar oleh Aludra masih menandakan kecurigaan pria tersebut pada Aludra. Danen melihat Aludra menganggukan kepala. Menjawab pertanyaan dari kekasihnya tersebut.            Sepertinya menyenangkan membuat sedikit keributan, pikir Danen. Dengan tenang Danen keluar dari cafe tersebut. Suara lonceng dari pintu cafe tersebut membuat sepasang kekasih tersebut menoleh ke arahnya.           “ Oh, Dokter Aludra.” Danen memasang wajah seolah terkejut dengan Aludra yang masih ada di depan Cafe. Ketika melihat pada lelaki yang ada di depan Aludra Danen bisa melihat keterkejutan yang ada di mata lelaki yang tingginya setelingga Danen tersebut. Satu alis Danen terangkat ketika melihat wajah pria tersebut. Wajahnya tidak asing.           Aludra menjawab sapaan Danen dengan kepala yang dianggukan. Sedangkan aura permusuhan sangat jelas terlihat dari kekasih Aludra tersebut.           “Saya rasa anda perlu mempertimbangkan tawaran saya, karena saya yakin ini akan menguntungkan untuk kita berdua. Sampai bertemu lagi dokter Aludra.” Danen  menundukan wajahnya agar sejajar dengan Aludra, lalu menaik turunkan alisnya dengan senyum manis yang  pria itu buat-buat. Sedangkan kekasih gadis itu melingkarkan tangan kanan nya pada  perut Aludra seolah menandakan kepemilikan terhadap Aludra. Sedangkan gadis itu hanya bisa terdiam, kegugupan sangat jelas di wajahnya.  Bibir Danen membentuk smirk tanpa sadar . “Mari.”  Senyum smirk Danen membuat Jivar mengepalkan  tangan kirinya yang tak merangkul perut Aludra. Senyum Danen lenyap begitu pria itu berbalik badan. Danen berjalan menuju mobil Audi hitamnya. Danen mengendarai mobilnya dengan pelan. Danen baru melangkah untuk menjalankan rencananya. Danen tak pernah ditolak perempuan. Penolakan Aludra seolah melukai harga dirinya. Cepat atau lambat Danen harus mendapatkan Aludra sekalipun menggunakan cara kotor. ***** Danen memeriksa file-file yang menumpuk di atas mejanya dengan teliti. Suara deringan handphone miliknya. Pria berjas abu abu tersebut mengangkat panggilan tersebut ketika menggetahui bahwa panggilan tersebut dari dokter Faris. “Apakah Aludra menerima tawarannya Dra?” pertanyaan dokter Faris dari seberang. “Belum.” Karena Danen yakin sebentar lagi gadis sombong itu pasti akan menerimanya. Pasti Candra sudah mewanti wanti anak gadisnya untuk atak berurusan denganya. “Kau yakin? bagaimana kalau Aludra tak akan pernah menerima tawaranmu?” “Kita lihat saja nanti. Cepat atau lambat Aludra harus ada ditanganku.” Danen sangat yakin akan hal itu dan Ia tak akan melepaskan mangsanya. Terdengar helaan nafas dokter Faris dari seberang. “Baiklah, terserah kau saja. Aku hanya minta jangan menyakiti gadis itu. Dia terlalu baik untuk disakiti.” Danen tak menjawab permintaan dokter Faris. Ia tak yakin tak akan menyakiti Aludra. Karena balas dendam tak mungkin tidak menimbulkan luka. Ketika sambungan tertutup, Danen melanjutkan pekerjaanya yang tertunda hingga tanpa sadar bulan sudah duduk di atas singgah sananya.  Ketika Danen memasuki halaman rumah miliknya gonggongan  Roxy menyambutnya. Anjing ras Lundehund Norwegia itu  mengikuti laju mobil Danen yang menuju carport. Danen keluar dari mobilnya dan di sambut oleh goyangkan badannya  Roxy. Danen tersenyum melihatnya. Roxy memang anjing yang sangat manja kepadanya, padahal anjing ras Lundehund Norwegia bukan termasuk ras yang manja karena mereka adalah jenis anjing pemburu di alam bebas. Saat Danen mengusap leher berbulu lembut Roxy, seorang pegawai mendatanginya. “Maaf, Tuan. Roxy belum makan malam. Biar saya bawa terlebih dahulu” Seolah tahu akan dibawa pergi dari tuanya. Roxy mengeluarkan suara rengekannya. sebagai tanda ia tak mau pergi dari sisi tuannya. Mengetahui hal tersebut Danen mengusap kepala Roxy dengan lembut. “Tak usah, berikan saja makanya.” Pegawai tersebut hanya menjawab dengan anggukan kepala  dan berlari menuju bangunan khusus makanan hewan peliharaan tuannya. “Roxy …. come on.” Dengan semangat Roxy mengikuti Danen menuju kamar Tuanya. Danen melihat Roxy tertidur di atas kasurnya ketika keluar dari kamar mandi. Pria berusia 30 tahun itu tersenyum ketika melihat tempat makan Roxy yang sudah bersih. Rupanya anjing itu tertidur setelah merasa perutnya kenyang. Danen memutuskan pergi ke ruang kerja miliknya ketika melihat chat dari Bram bahwa laporan yang  ia minta telah ada diatas meja kerjanya di rumah.  Danen memang sempat meminta laporan kegiatan Chandra dan Aludra hari ini. Ia merasa bahwa Chandra sedang merencanakan sesuatu hal di belakangnya. Walaupun ia tahu bahwa pak tua itu pasti tak akan menyerah sebelum mendapatkan semua harta miliknya. Dengan tenang Danen membuka amplop coklat di atas mejanya. Mengerutkan dahinya. Untuk apa Candra pergi ke makam kedua orang tuanya? Bukankah kemarin pagi pria tua itu sudah ke sana? Bahkan kedatangan tua bangka itu ke makam kedua orang tua nya saja membuah Danen geram. Bagaimana mungkin seorang pembunuh datang ke makam  mangsanya, pada hari kematian mangsanya. Chandra seolah mengejek kematian kedua orang tuanya menurut Danen. Dan Danen tak akan diam melihat orang tuanya di perlakukan seperti itu. Danen akan membayar lunas perbuatan Chandra kepada keluarganya. Pasti. Setelah selesai melihat laporan Chandra, Danen membuka amplop coklat lainya yang ia yakini milik Aludra.  Danen tersenyum mengejek melihat foto-foto Aludra di mall dengan tas belanjaan yang memenuhi tangan gadis berbaju biru itu, tak lupa nama brand-brand terkenal yang menghiasi tas tas tersebut. Danen lupa, tak mungkin anak  perempuan  Chandra  hidup dengan kemiskinan, melihat sebanyak apa harta milik kedua orang tuanya yang telah dicuri Chandra. Penolakan Aludra pada tawarannya pasti karena Chandra sudah mewanti wanti gadis itu untuk tak berurusan dengan Danen. Mungkin Chandra takut jika Danen mengetahui semua perbuatannya. Tanpa tahu jika dari awal permainan, Danen sudah mengetahui semua perbuatan tua Bangka itu. Si pemangsa rupanya tak tahu jika buruannya hewan yang sangat beracun.                     
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD