PART 2 : STUPID PRINCE

1088 Words
Ody menoel bahu Keryl dari tempat duduknya sambil mendesis memberi kode. Dia melakukan hal yang sama hingga beberapa kali tapi tetap tidak mendapat respon dari subjek kodenya. Ody berdecak, "Hei, perhatikan aku Key!" "Apa?" "Tidakkah kau merasa khawatir tentang kakakmu? Dia sangat memenuhi karakteristik yang diinginkan portal warna." Keryl terdiam, ia sepertinya kembali mengabaikan teman berdarah Jermannya lagi. Tapi, dilihat dari raut wajahnya, dia tampaknya sangat kesal karena diabaikan. Padahal topik Hair Colour Academy adalah topik yang cukup sensitif untuk beberapa orang tapi juga menyenangkan untuk beberapa lainnya. Jika itu tentang saudara dan keluarga, tentu akan sangat menyedihkan dan mengundang ketakutan, sebab belum ada orang yang masuk ke sana dan kembali ke rumahnya. Bahkan mereka—para ilmuan—masih tidak yakin apakah Academy itu berada di dalam bumi atau terpisah dengan bumi, mereka hanya mengatakan letaknya yang berada di utara dengan yakin. Tapi, untuk orang yang sudah sangat putus asa, mungkin menjadi hal baik bagi mereka untuk masuk ke Academy entah berantah itu. Rena menoleh ke belakang, "Apa kemungkinannya sebesar itu untuk Chen masuk ke Academy?" Ody menggeleng, "Entahlah, tapi dari semua karakteristik yang ditampilkan dalam berita, sembilan puluh persen ada pada senior Chen." "Tapi kak Chen itu baru tujuh belas tahun. Mayoritasnya adalah delapan belas," Keryl tiba-tiba menyahut. "Gila? Kakakmu itu sudah delapan belas!" Ody nampak kesal, ia menduga bahwa alasan Keryl mengabaikannya karena dia mengingat usia kakaknya di tujuh belas dan bukan delapan belas. "HUH?!" Keryl memekik di antara keramaian kelasnya. "Peluang sembilan puluh persen itu akan berlaku, dong?" Tanyanya yang dijawab anggukan mantap dari kedua temannya. "s**l! Kenapa aku tahu ini dengan begitu tiba-tiba! Apa ...-" "Selamat pagi anak-anak, silakan buka bab terakhir," ujar guru mapel pagi yang menginterupsi ucapan Keryl. Dia melebarkan matanya seolah-olah menahan rentetan kalimat yang sudah ada di ujung lidahnya. Ody mengendikkan bahu sebagai respon dengan ekspresi yang seolah-olah mengatakan "aku tidak tahu" dan kemudian Rena yang menepuk pundaknya dengan penuh kepasrahan. "Seriously?" Gumamnya. -*- Jam istirahat hampir habis, ketiga orang itu telah menyelesaikan acara makan siang mereka sambari melihat segerombol penggemar fanatik seorang Chen Arsena. Jikapun sepasang saudara Arsena ini telah tinggal lama di Korea hingga memiliki nama Korea sendiri, mereka masih sangat akrab dengan nama dan marga asli "Arsena" di hati mereka. Bahkan, para penggemar Chen di sekolah tidak memanggilnya dengan nama Korea melainkan nama asli Indonesianya. Chen Arsena atau dalam nama Korea Choi Kyuhyun telah berhasil mengumpulkan puluhan gadis sekolah untuk menjadi penggemarnya yang fanatik. Itu sangat menjengkelkan untuk Keryl yang sering berdiri bersama kakaknya, bahkan jika dia tidak masuk dalam club penggemar kakaknya, tapi temannya Rena masuk ke dalam club itu! Dan masalah paling besarnya adalah kakaknya selalu menjadikannya tameng hidup untuk membubarkan kerumunan atau menjadi alasan agar dia bisa lari dari krumunan penggemarnya. Itu tidak masalah jika dia PEDULI pada puluhan penggemarnya dan membawa semua pemberian mereka sendiri. Tapi, dia TIDAK PEDULI bahkan dia hanya memasang wajah biasa yang sangat lembut, dingin, tampan dan kesal, ekspresinya seperti didistrosi sehingga membentuk ekspresi khasnya sendiri yang sama sekali TIDAK JELEK! Keryl menghela napas, meski ia sedikit sering menjadi babu tukang bawa oleh kakaknya, dia tetap mendapat untung dari snack yang dia dapat gratis dari mereka. Benar-benar definisi pangeran bodoh. "Yang benar saja. Apa kira-kira yang mereka lihat dari kakakku?" "Dia pandai, dan tampan," jawab Ody seadanya. "Hah? Konsep dari mana jawabanmu itu? Dari lensa sudut pandang mana kau melihat kakakku begitu, hah?" "Siapa yang bilang kalau itu dari sudut pandangku? Kau barusan bertanya tentang pandangan mereka, bukan aku." "Jadi?" "Pintar, cantik, ceria." "Hah? Maksudmu, kakak ...-" "Bukan." "Lalu?" "Kamu." Ody menatap Keryl dengan mata yang lembut, namun Keryl justru memandang dengan tatapan aneh seolah-olah berkata, "gila, ya?" dan memukul bahu Ody keras. "Ah, aku harus mengusir mereka sekarang, lihat wajah memelasnya. Benar-benar menjengkelkan." Keryl berjalan mendekati kakaknya kemudian entah apa yang dia ucapkan hingga para gadis fanatik itu telah menjauh sejauh dua meter dari tempat mereka, dan kantong-kantong makanan, minuman telah berpindah tangan padanya. Menerima semua makanan yang diberikan dari para gadis membuat Keryl menunjukkan ekspresinya lebih jelas. Sangat kesal. "Ketahuilah bahwa aku sangat membencimu," dengkusnya. Chen tertawa, dia menyatukan kedua tangannya dan berbicara, "Terimakasih, terimakasih, benar-benar terimakasih." "Aku berpikir untuk berdonasi agar mata mereka yang terinfeksi wajahmu bisa sembuh." Keryl menjeda, "atau mungkin aku berdoa saja agar kau menjadi jelek!" "Terserah kau saja, sekarang ayo pulang. Kau rindu pulang bersamaku, kan?" "Najis." Keributan kakak beradik itu terhenti sesaat, namun, ketika mereka telah berada di dalam mobil pertikaian itu kembali berlanjut. "Apa kau memang setampan itu? Hingga gadis-gadis di sekolah berteriak fanatik memanggil dan memujimu?" Keryl berbicara lagi, nadanya masih terdengar jengkel. “Tentu aku sangat tampan, kenapa kau tidak pernah menyadari itu?” “Ya Tuhan, lihat percaya dirinya!” “Tuhan sudah melihatnya, karena Dia yang memberiku berkah ini, hahaha." Keryl mengepalkan tinjunya, terdiam karena itu memang fakta. Meskipun sebelumnya mereka tampak telah berdamai, namun kenyataannya mereka masih asik saling mengganggu dan menggoda hingga berakhir pada keributan baru lagi. Bahkan ketika mobil yang mereka tumpangi telah masuk ke halaman rumah, mereka masih perlu waktu satu jam untuk berdiri di depan mobil untuk melontarkan berbagai argumen tidak berguna. Pada akhirnya, keributan itu terhenti oleh kemarahan nyonya besar keluarga mereka. “Kalian! Ibu bertanya apa yang kalian lakukan di luar dengan pakaian basah seperti ini?" nyonya Arsena menjeda ucapannya, tangannya memijit dahinya yang terasa pening tiba-tiba karena tingkah kedua anaknya. "Apa yang kalian lakukan? Masuk dan berhenti bertengkar!" Titahnya penuh frustasi. Mereka benar-benar kehilangan kata-kata, sehingga mereka hanya langsung berlari masuk tanpa mengatakan apapun. Setelah melewati ketegangan dari kemarahan ibunya, tiba-tiba Keryl teringat tentang HC Academy. Sebenarnya jika saja hal ini tidak menyangkut kakaknya, gadis itu tak akan perlu repot-repot memikirkannya. Namun sialnya, kakaknya memiliki peluang besar untuk masuk ke sana. Tiba-tiba firasat buruk menjalar ke seluruh hatinya. "Kak," panggilnya. Ia menatap kakaknya dari samping yang hanya direspon dengan gumaman samar. "Bisakah kakak berjanji tidak akan meninggalkanku?" tanyanya tiba-tiba. Chen secara otomatis langsung mengalihkan pandangannya pada adiknya, dia bisa melihat sebuah kekhawatiran yang tertanam di mata coklat itu. "Bisakah kakak tetap bersamaku?" Keryl mengulang, suaranya tertahan oleh kepedihan yang tidak tahu datang dari mana. Percayalah, kini Keryl berpikir betapa egoisnya dia pada kakaknya, meski ini hanya tentang kata "meninggalkan" tapi, jika itu meninggalkan tanpa kembali, ia tidak tahu harus berbuat apa untuk mengatasi ketakutannya. Ia hanya bisa menjadi seperti anak-anak yang membuat janji permainan untuk menenangkan hatinya sendiri meski ia tahu tidak akan bisa merubah apapun dengan janji seperti ini. "Apa yang barusan kau katakan?" "Jangan tinggalkan aku, janji?" Chen terhenyak, tersenyum beberapa detik setelahnya, “Tidak."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD