4. MoonCake

1055 Words
Sahnum menatap cup cake yang tergeletak mengenaskan di atas meja. Tangan Sahnum mengambil cup cake itu dan membaliknya. "Aku sudah membuatnya sangat lama, kalau kamu tidak suka setidaknya bisa bilang baik-baik!" ujar Sahnum dengan raut yang kini sudah sedih. Kabiru bungkam, tidak ada niatan untuk menjawab. "Kamu bilang aku ngorbanin diri terlambat demi buat cake ini, seharunya kamu menghargai pemberianku bukan malah merusaknya!" tambah Sahnum lagi. "Cih, kekanakan!" jawab Kabiru sinis. Sanum menatap Kabiru dengan serius. Remaja di sampingnya itu sama sekali tidak punya rasa empati sama sekali. Sahnum memilih memalingkan wajahnya. Gadis itu sangat sakit hati dengan segala tingkah Kabiru dan ucapannya. Sahnum terus menatap cup cake yang tergeletak dengan pandangan nanar. Apa semua laki-laki yang menyebalkan seperti Kabiru?. "Masih layak makan deh kayaknya," ucap Sahnum ketika melihat cup cake itu dengan seksama. Sahnum mengulurkan tangannya ingin memakan cup cake itu karena dia tidak kebagian. Bagi Sahnum harinya tidak akan manis tanpa cup cake. "Heh Sahnum, nih makan punyaku saja. Itu udah kotor karena jatuh," ucap seseorang merangkul bahu Sahnum. Sahnum mendongakkan kepalanya, ia mendapati Caesar yang berdiri merangkul bahunya seraya menunjukkan cup cakenya. "Eh ini kan jatuhnya di meja, bukan di lantai," jawab Sahnum. "Sudah makan ini saja!" paksa Caesar mencengkram pipi Sahnum kuat hingga bibirnya terbuka lebar. Tanpa perasaan Caesar menjejalkan cupcake pada mulut Sahnum. Sahnum membulatkan matanya, dengan keras dia meninju dadaa Caesar. Caesar tergelak mendapati wajah Sahnum yang seperti ikan lohan, semua teman-temannya pun ikut tertawa menertawakan keduanya. "Hati-hati kena rayuannya Caesar. Jangan sampai Sahnum jadi target selanjutnya!" ucap salah satu anak yang membuat seisi kelas langsung bersorak. "Gak mungkin aku kesemsem sama Caesar. Mantan dia banyak, dikumpulin bisa jadi satu kecamatan!" ujar Sahnum setelah melepas cup cake dari bibirnya. Sahnum juga memakan cup cake itu dengan cepat. Kabiru hanya melirik, remaja itu sama sekali tidak bereaksi apapun. Kabiru melirik jelas bagaimana Caesar berusaha membuat Sahnum tertawa. Beberapa kali Caesar melemparkan candaan pada Sahnum. "Pengumuman!" teriak Alfa tiba-tiba dengan suara kencang membuat semuanya terdiam. "Hari ini pelajaran Biologis gurunya tidak datang. Kita diberi tugas merangkum bab dua tema reproduksi!" teriak Alfa lagi dengan kencang. "Asiiik belajar reproduksi. Biar nanti kalau sudah dewasa sudah pro," ujar Caesar sembari tangannya mengacak-acak rambut Sahnum dengan gemas. "Haisss pusing kepalaku!" ketus Sahnum menepis tangan Caesar. Kabiru menatap tangan Caesar yang terus bertengger pada kepala Sahnum, "Caesar, ada tugas kenapa masih berdiri di situ?" tanya Kabiru menatap intens Cesar. Sahnum dan Caesar dengan kompak menoleh, Kabiru menatap keduanya dengan bergantian. "Sahnum, cepat kerjakan tugasmu. Jangan sampai kamu tidak naik kelas gara-gara catatan buruk!" ujar Kabiru lagi. Sahnum mengepalkan tangannya kuat, apa Kabiru mendoakannya tidak naik kelas agar pria itu tidak satu kelas lagi dengannya? Sahnum melirik sinis Kabiru, sedangkan Caesar melenggang pergi seraya membawa cake yang rusak di meja Sahnum untuk dia buang. Kabiru menyobek selembar kertas di bukunya, pria itu membersihkan meja Sahnum yang berceceran cream ketika Sahnum masih sibuk mencari buku biologis dalam tas. Ketika sudah bersih, Kabiru menyimpan kertas kotor itu di bawah meja untuk dia buang nanti. Sahnum membanting buku paket di meja dengan kencang, disusul buku tulis yang dia buka dengan kasar. Merangkum adalah tugas terberat bagi Sahnum, bagaimana tidak kalau dengan merangkum sama saja berjuang melawan kantuk. Sahnum yang nempel dikit molor selalu merasa ngantuk kalau merangkum. Sahnum merebahkan kepalanya di meja membelakangi Kabiru, gadis itu tidak mau melihat wajah Kabiru yang terlewat songong. Sudah sok ngatur, dingin, ditambah lagi mulutnya sangat pedas saat berbicara. Tangan gadis itu mulai menulis rangkuman meski dia sangat malas. Dengan merebahkan kepalanya di meja makin membuatnya ngantuk, tapi ini adalah posisi yang tepat karena dia tidak ingin melihat Kabiru. Kabiru meremas bolpoin yang dia pegang, ia melihat Sahnum yang menghadap berlawanan dari arahnya. "Rangkumannya cepat diselesaikan, nanti dikumpulkan!" ucap Kabiru. Sahnum yang merasa tidak diajak bicara pun sama sekali tidak menanggapi. Ketika melihat tidak ada reaksi apapun dari Sahnum, Kabiru menggelengkan kepalanya dan melanjutkan merangkumnya. Sampai pada waktu istirahat, semuanya sudah selesai mengerjakan. Alfa meghampiri bangku demi bangku untuk mengambil tugas merangkum. "Sudah?" tanya Alfa dengan lembut pada Sahnum. "Sudah," jawab Sahnum menyerahkan bukunya. "Sayang ... Setelah merangkum, aku jadi ngantuk!" ucap Fiya menarik rambut Sahnum dari belakang. "Tidur saja, aku juga mau tidur," jawab Sahnum terkikik geli. "Siapa yang bilang mau tidur?" tanya Erlan dengan garang sembari membawa penggaris besi yang dia pukul-pukulkan ke telapak tangannya. Sahnum membulatkan matanya, sejak kapan Erlan berdiri di sampingnya?. "Kyaaaa ... Kabooor!" teriak Sahnum segera berlari menghindari Erlan yang tampak murka. Erlan mengejar Sahnum yang berlari memutari kelas. "Aku sudah bilang kan tadi, kamu bakal habis saat jam istirahat!" teriak Erlan mengejar dengan kekuatan penuh. Sahnum terus berteriak menghindari kejaran Erlan. Erlan ingin memukul punggung Sahnum yang sudah membuatnya terlambat kali ini. Bagi Sahnum mungkin ini biasa, tapi tidak dengan Erlan yang menjunjung tinggi kedisplinan. Mereka terus berputar kejar-kejaran seperti kucing dan tikus. Kali ini sepertinya Erlan tidak akan melepaskan Sahnum begitu saja. Karena lelah, Sahnum kembali ke tempat duduknya. Napasnya ngos-ngosan sembari masih berdiri. Erlan yang sudah berada di hadapannya menampilkan senyum devilnya. "Kena kau Sahnum!" ucap Erlan mengangkat penggarisnya tinggi-tinggi. "Kyaaaa!" teriak Sahnum histeris. Sahnum menutup matanya dan memundurkan tubuhnya cepat. "Arkhh!" pekik Sahnum saat dia menubruk tubuh Kabiru yang sejak tadi diam. Kabiru merentangkan tangannya melindungi tubuh Sahnum yang akan kena pukul penggaris. Erlan memukulkan penggarisnya dengan kuat, tapi sayang tangan Kabiru lah yang dia pukul, bukan tangan Sahnum. Sahnum terduduk di pangkuan Kabiru, sedangkan kepalanya ada di pundak remaja itu. Semua siswa menatap Kabiru dan Sahnum yang berada di posisi intim. Kabiru menatap tubuh Sahnum yang berada di pangkuannya, begitu pun Sahnum menatap wajah Kabiru. Untuk kali pertamanya Sahnum menatap sangat dekat wajah Kabiru. "Dilihat dari dekat Kabiru sangat tampan," ujar batin Sahnum. Seseorang mengarahkan kameranya untuk memotret keduanya. Kamera sekali jepret yang langsung muncul gambar cetaknya. Sahnum dan Kabiru terjebak dalam tatapan masing-masing, hingga sang pemotret melempar foto cetak mereka ke bangku mereka. "Eh ... Maaf!" ucap Sahnum yang tersadar lebih dahulu, Sahnum segera menjauh dari tubuh Kabiru. Kabiru berdehem sebentar menutupi kecanggungan. Remaja itu melihat satu lembar foto dirinya yang tengah memeluk Sahnum dalam pangkuannya. Kabiru mengambil foto itu dan memasukkannya dalam saku bajunya. "Maaf aku tidak sengaja!" ucap Sahnum yang masih merasa tidak enak. Sahnum juga melirik Erlan yang masih berdiri di sampingnya. Mendapat lirikan tajam dari Sahnum membuat Erlan menggelengkan kepalanya kuat. "Tidak bermaksud!" ucap Erlan tanpa suara.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD