2. MoonCake

1223 Words
Tulungagung, 2011. Pukul dua belas siang, bel istirahat berbunyi nyaring membuat siswa siswi tanpa sadar bersorak 'Yes' karena kegirangan. Begitu pun Sahnum yang bernapas lega. Sahnum melirik remaja di sampingnya yang masih diam tanpa suara. Bahkan saat teman-temannya bersuka cita, dia hanya diam. Jantung Sahnum sangat deg degan duduk di samping Kabiru. Bagaimana tidak kalau Kabiru sama sekali tidak mempunyai ekspresi kecuali datar. Sahnum takut kalau tiba-tiba dia dimakan habis oleh Kabiru yang sangat menyeramkan. Sahnum memukul kepalanya sendiri karena pikiran anehnya. Karena tidak mau kena tekanan strees, Sahnum membalikkan badannya dan membuka resleting tasnya. Sahnum mengambil dua cup cake yang terbungkus rapi dalam wadah kotak. Sahnum meletakkan di atas mejanya. Saat perempuan itu membuka kotak cup cakenya, wajah perempuan itu lantas berbinar senang. Setiap hari Sahnum akan membawa cup cake untuk bekalnya ke sekolah, Sahnum seakan tidak bosan dengan makanan manis yang penuh cream di atasnya itu. Sahnum mengambil satu dan menyodorkan pada Kabiru. Kabiru melirik cup cake yang ada di depannya. Sejak kelas sepuluh, Kabiru sering melihat Sahnum memakan cup cake, dan kali ini Sahnum masih memakannya. Sesuka itu Sahnum dengan cup cake. "Kamu mau?" tanya Sahnum menatap Kabiru. Kabiru menggelengkan kepalanya tanda tidak mau. Sahnum pun menarik kembali cup cakenya. "Bagaimana kalau camilan lain? Aku juga bawa," tanya Sahnum meletakkan kembali cup cakenya. Sahnum membuka tasnya lagi dan mengambil camilan yang masih utuh. Ia menyodorkan kembali pada Kabiru. Kabiru menggelengkan kepalanya lagi. Sahnum menarik camilannya, gadis itu mengambil permen dan kembali menyodorkan pada Kabiru. Lagi-lagi Kabiru menggelengkan kepalanya. "Terus apa yang kamu sukai? Cake tidak mau, camilan tidak mau, permen tidak mau, kenapa kamu sulit banget mau makan saja?" tanya Sahnum meringis. Kabiru tidak menjawab, remaja itu merogoh mejanya dan mengambil kotak makan, meletakkan sedikit kencang di meja. "Apa itu nasi?" tanya Sahnum penasaran. Kabiru pun membukanya. Bekal itu berisi nasi, telur dan tumis kangkung. "Waaah... Kabiru menerapkan hidup sehat ya. Makan makanan yang bergizi," ucap Sahnum berbinar. "Setidaknya ini tidak mengandung gula berlebihan. Sejak muda harus menghindari makanan yang mengandung banyak penyakit," ujar Kabiru dengan ekspresi datarnya seperti biasa. Diam-diam Sahnum tersenyum tipis, ia merasa tersentil dengan ucapan Kabiru. Sahnum mencebikkan bibirnya, kenapa harus repot mikir masa depan? Hidup untuk dinikmati, sekarang ya sekarang. Kalaupun penyakit datang nanti juga diobati, setidaknya itu prinsip Sahnum. "Sahnum!" panggil Erlan menghampiri Sahnum. Tangan Erlan mendarat di pundak Sahnum dengan kencang membuat Sahnum mendengus karena sakit. "Gak nyangka kalau kamu naik kelas. secara nilai kamu paling jelek di kelas, dan masuk peringkat terakhir juga di seluruh sekolahan," ucap Erlan. "Bodo amat!" jawab Sahnum dengan ketus. "Makanya kamu belajar sama aku. Kamu punya temen ganteng, pinter, selalu ranking lima, kenapa gak kamu manfaatin?" "Jadi ranking lima saja bangga. Coba kamu kalahkan Kabiru untuk dapat ranking satu!" tantang Sahnum yang membuat Erlan menjitak kepala Sahnum dengan kencang. "Aku malas belajar, makanya dapat ranking lima. Kalau aku lebih rajin lagi, jangankan ranking satu, pasti aku ranking nol koma satu. Lebih tinggi dari Kabiru," oceh Erlan dengan sombong. Kabiru mendengar ucapan Erlan dan Sahnum. Meski namanya disebut-sebut, itu tidak membuat Kabiru lantas ikut di perbincangan mereka. Kabiru masih diam, baginya Sahnum dan Erlan hanya alien yang mendarat di bumi lalu mengoceh dengan bahasa asing. Kabiru menutup bekal makannya saat sudah habis. Remaja itu merogoh tasnya untuk mengambil minum, tapi saat ia mencari di dalam tasnya, tidak ada tanda-tanda botol minum yang selalu dia bawa. "Uhukk... Uhukkk .... " Kabiru terbatuk karena tersedak. Pria itu mengurut lehernya sendiri sembari tangan kanannya masih sibuk mencari botol. "Uhuuukk uhukkk.... " Sahnum yang mendengar batuk pun lantas menolehkan kepalanya ke Kabiru, "Kabiru, kenapa kamu batuk-batuk?" tanya Sahnum. Kabiru menggelengkan kepalanya, ia menutup tasnya kembali saat sudah memastikan botol minumnya tertinggal di rumah. Namun batuk Kabiru terus muncul membuat Kabiru tersiksa. "Kamu tidak membawa air?" tanya Sahnum yang melihat Kabiru tampak terus terbatuk. Kabiru menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Buru-buru Sahnum mengambil botol air yang terletak di tasnya bagian samping khusus tempat minun. Botol berwarna biru dengan air yang tinggal separuh Sahnum sodorkan ke Kabiru. "Minum airku saja!" ucap Sahnum sekalian membuka botolnya. Kabiru melihat botol berwarna biru itu dengan seksama. Air itu tinggal separuh, kemungkinann besar sebagian sudah diminum Sahnum. Sahnum yang melihat mata Kabiru terus menatap ke botolnya pun buru-buru mengambil tissu dan mengelap ujung botolnya. "Ini aku minumnya gak aku tempelin bibir, kok. Aku juga gak rabies, jadi ini aman," ucap Sahnum. Kabiru masih tidak menjawab meski tenggorokannya terasa sakit karena tersedak. Melihat keterdiaman Kabiru membuat Sahnum bingung. Gadis itu terus menggamati Kabiru yang menatap botolnya. "Kalau gitu kamu tunggu di sini, aku belikan air di kantin," ujar Sahnum beranjak dari duduknya. "Tunggu!" cegah Kabiru membuat Sahnum berhenti melangkah, gadis itu menatap kembali teman satu bangkunya. Tanpa suara Kabiru menyambar botol minum Sahnum. Kabiru menegak air mineral itu dengan cepat. Sahnum tersenyum tipis, gadis itu kembali ke tempat duduknya. "Katanya kalau minum di tempat yang sama bisa membuat cowok dan cewek jatuh cinta. Apakah Kabiru bisa jatuh cinta?" tanya Sahnum terkikik dalam hati. Malang, 2021. "Saat itu aku menilai Kabiru adalah pria dengan banyak gengsi. Dia sudah tersedak atau bahkan hampir mati, tapi tetap saja tidak mau meminum air di botolku," ujar Sahnum memukul dadaa suaminya dengan kesal. "Dia pikir aku rabies apa? Huh meyebalkan!" Maki perempuan itu lagi. "Saat itu kamu sungguh berisik. Menawariku ini itu. Asal kamu tau, tidak ada yang boleh mengusik ketenanganku," jawab Kabiru dengan datar. "Lihat, kamu bahkan masih sama datarnya seperti dulu. Aku sungguh menikahi orang yang salah," Desis Sahnum yang membuat Kabiru memelototkan matanya. "Apa maksudmu menikahi orang yang salah?" tanya Kabiru menatap dalam manik mata Sahnum. "Nih buktinya, kamu gak bisa berekspresi, kamu selalu memasang wajah datarmu. Dan lagi, kamu adalah teman yang paling sulit didekati." "Sejak kecil aku memang sulit didekati, tapi aturan siapa yang mengharuskannya setiap orang mudah didekati?" tanya Kabiru menaikkan alisnya. "Menyebalkan!" "Mari kita lihat seberapa menyesal kamu menikah denganku!" ujar Kabiru membalikkan posisinya hingga Sahnum yang kini berada di bawah. "Akhhh... Apa yang kamu lakukan?" pekik Sahnum yang kini badannya sudah ditindih oleh suaminya. "Melakukan yang sudah seharusnya," jawab Kabiru. "Aaaa... Aku tidak mau!" pekik Sahnum mencoba mendorong tubuh suaminya. Namun meski dia sudah mendorong dengan keras, tubuh Kabiru tidak juga menyingkir dari tubuhnya. "Aku tidak mau... Tidak jadi malas-malasan di kamar, aku mau jalan-jalan saja di luar!" ucap Sahnum. "Kalau begitu, ini dulu!" bisik Kabiru menunjuk pipi kanannya. Tanpa pikir panjang Sahnum mencium pipi kanan suaminya dengan kilat. Kabiru kembali menunjuk pipinya, tapi bagian kiri. Sahnum langsung menciumnya. Kabiru menunjuk dahi, hidung juga bibirnya. Dengan senang hati Sahnum menciumi seluruh wajah suaminya. Kabiru tersenyum lebar melihat istrinya. Takdir memang di luar batas kuasa manusia, siapa yang mengira gadis bodohh di bawahnya adalah istrinya. "Ayo kita jalan-jalan!" ajak Kabiru menarik tangan istrinya untuk beranjak. Ketika sudah berdiri, Sahnum langsung ngacir ke kamar mandi. Kabiru menatap pintu kamar mandi itu seraya menggelengkan kepalanya. "Meeong.... " suara kucing terdengar membuat Kabiru menundukkan kepalanya. Kucing kecil berbulu tebal berwarna putih itu menuju ke kaki Kabiru dan mengusap-usapkan kepalanya di sana. Kabiru duduk untuk mengelus kepala kucing yang bernama Biru Juniorr itu. Istrinya sungguh menyamakannya dengan seekor kucing. "Kamu boleh manja, tapi sama aku saja. Jangan sama Sahnum!" ucap Kabiru memperingatkan kucing kecil yang tengah dia elus. Kabiru sungguh lucu, kadang dia bisa cemburu akut dengan seekor kucing. Bagaiamana tidak cemburu kalau hari-hari Sahnum terbiasa mengelus juga mencium kucing kecil itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD