Prolog

367 Words
“Kak Alya, aku mohon izinkan kak Fikar menikahiku, untuk menjadi ayah yang ada di rahimku ini kak.” Bagai petir di siang bolong, kalimat itu sungguh meremukkan hati Alya, Risa yang sudah dia anggap seperti adik sendiri sekarang sedang bersimpuh di depannya memohon untuk berbagi suami dengannya. Berharap hanya mimpi dan segera terbangun dari mimpi buruk ini, tapi tidak bisa karena memang kenyataan sedang bercanda dengan Alya. Hati istri mana yang sanggup berbagi suami dengan orang lain, tidak Alya tidak sanggup. Tut..Tut..Tut.. suara telepon tersambung. “Mas Fikar, pulanglah sekarang. Ada yang menunggumu di rumah.” Tanpa menunggu jawaban dari seberang Alya langsung mematikan teleponnya. Sebulir air mata turun di pipinya. “Kak Alya, Risa mohon.” melas Risa. “Sejak kapan?” “Maafkan Risa kak.” Tangis Risa tak henti-henti. “Duduklah, aku tidak mau dianggap sebagai orang jahat oleh orang yang melihatmu bersimpuh seperti ini.” “Tidak kak, sampai Kak Alya mengijinkan, kak Fikar menikahiku.” “Ada apa ini, kenapa Risa bersimpuh didepanmu Alya?” Tanya Fikar yang baru datang. “Kak Fikar,” lirih Risa. “Bangun Risa, kamu ga perlu bersimpuh di depan Alya, apa salahmu sampai kamu bersimpuh seperti ini!” perintah Fikar. Hati Alya sangat sakit, melihat suaminya lebih perhatian dengan Risa. “Mas Fikar, Risa datang meminta ijinku supaya kamu menikahinya.” potong Alya yang tak mau berlama-lama melihat drama antara suaminya dengan Risa. “Apa yang kamu bicarakan Alya, Jaga omonganmu!” Bentak Fikar yang mulai tersulut emosinya. Alya hanya memandang datar ke Fikar, selama pernikahan mereka baru kali ini Fikar membentaknya. Ia tidak sanggup menyampaikannya. “Kak Fikar, Risa hamil, Risa mohon mas Fikar menikahi Risa,” ucap Risa sambil tergugu. “Jangan bercanda kamu Risa, Ini ga mungkin. Aku sudah punya Alya. sekali lagi aku katakan aku tidak bisa dan tidak akan pernah menikahimu Risa. Sekarang pergi dari rumahku. Tolong Risa,” Ucap Fikar dengan menahan emosinya. “Kak Fikar, Risa Mohon. Kak Alya tolong Risa kak, Risa Mohon." “Pergilah Risa, sebelum aku benar-benar marah.” Airmata Alya tak berhenti mengalir dipipinya, pandangannya kosong. Penghianatan itu ada di depan matanya, apa yang akan terjadi selanjutnya, sanggupkah Alya mempertahankan rumah tangganya bersama Fikar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD