Puspa memanjangkan tangan untuk menjangkau ponsel yang berdering nyaring, bahwa lima menit Puspa telah habis. Tetapi tampaknya deringan itu hanya didenger oleh telinganya saja, sebab Gahar matanya terpejam seperti orang tidur tapi kedua tangannya bisa memeluk Puspa sangat erat sampai-sampai Puspa tidak bisa bergerak. “Har, sudah, dong,” decak Puspa berlagak sebal lantaran Gahar sungguh kekanakan. “Memang hari ini beneran nggak bisa libur saja atau masuk siang seenggaknya?” Lelaki itu bersuara tanpa sedikit pun mengendurkan pelukannya. “Nggak bisa, di mana-mana nggak bisa tukar jadwal seenaknya. Aku bukan anak yang punya Honnes.” “Tapi aku jam empat nanti mesti balik lagi, Pus.” “Ya bagaimana lagi?” tanya Puspa pasrah, keadaannya memang begini. Puspa sudah mencoba bertukar jam kerja

