Hot Dancer

1031 Words
Alexa mematut dirinya di cermin. Hari ini, alexa memakai dress selutut dengan warna peach menampakkan kulitnya yang mulus. Rambutnya ia biarkan terurai. Begitu merasa pas, segera saja ia mengambil tasnya dan bersiap-siap ke sekolah. Alexa keluar dari rumahnya dan mendapati ken juga baru keluar dari rumahnya. Di bahunya tersampir tas. Alexa memandanginya dari seberang menimbang-nimbang apakah ia akan memanggil ken? Well, mengingat apa yang terjadi terakhir kalinya, sebaiknya Alexa tidak melakukan hal tersebut. Tapi, tetap saja. Alexa merasa penasaran. Dari pandangannya, alexa tau laki-laki itu menyadari kehadirannya. Ken memainkan kunci mobilnya sambil bersiul. Ia melambaikan tangannya ke arah alexa kemudian masuk ke dalam mobil, meninggalkan alexa tanpa menyapanya. Alexa melotot. Apa yang baru saja dilakukan laki-laki itu? Laki-laki itu bahkan tidak repot untuk menyapanya. Alexa menatap halaman rumah Ken. Ken benar-benar mempermainkannya. ***** Alexa melangkah dengan pasti di koridor Western. Dahunya terangkat mengacuhkan pandangan orang di sekitarnya. Murid-murid western baik laki-laki maupun perempuan memandanginya seolah-olah ia seorang model yang sedang melakukan catwalk. Alexa tidak biasanya berjalan seperti itu. Ia hanya terbiasa mengabaikan pandangan laki-laki di sekitarnya. Hanya saja, ken sukses merusak moodnya. Alexa berhenti di lockernya kemudian mengambil beberapa buku dan membawanya menuju kelas biologi. Ia menyipitkan matanya ketika melihat sosok ken duduk di salah satu bangku. Yang paling membuat alexa kesal adalah gadis di sampingnya. Claire defrance. Gadis plastik satu itu selalu saja mendekati laki-laki seksi di sekolahnya. Suara tawa claire memenuhi ruangan. Alexa mendengus kesal. Senyumnya mengembang ketika melihat Nial memandangi seisi kelas. Jelas tidak ada bangku yang tersisa selain di samping alexa. Hari ini, alexa melakukan sesuatu yang tidak biasa. "Hai, nial! Mau duduk disebelahku?" Ujar alexa sambil tersenyum. Sontak seisi kelas terdiam melihat alexa tersenyum. Terlebih, mendengar suara alexa yang serak benar-benar sangat berefek. Alexa jarang berbicara dengan orang lain. Tidak banyak kesempatan untuk mendengar suaranya. Begitu seisi kelas mendengar suara alexa secara langsung, maka tidak ada lagi keraguan akan keseksian gadis itu. Nial sendiri hanya berdiri tergugu ketika mendengar suara serak alexa yang manja. Alexa memiringkan kepalanya lalu menepuk bangku di sampingnya. "Jika kau mau, nial!" Ujar alexa berpura-pura kecewa. Begitu mendengar suara kecewa nan manja milik alexa, Nial segera saja memanfaatkan keadaan. Ia segera duduk di samping Alexa. Alexa tidak pernah menolak orang-orang yang berniat duduk di sampingnya. Alexa hanya akan tersenyum tipis kemudian menghabiskan sisa waktunya dengan belajar atau memainkan smartphonenya. Hal itu dilakukannya karena alexa capek dengan pujian, godaan serta tatapan memuja lawan jenisnya. Sementara gadis lain? Mereka hanya akan membatasi dirinya dengan alexa tanpa repot-repot mengenalkan dirinya. "Terimakasih!" Ujar nial gugup. Alexa tertawa kecil menanggapi reaksi Nial. Di sisi lain, Alexa tau Nial merupakan teman dekat Ken. Jika laki-laki itu menjauhinya, setidaknya teman dekatnya yang akan mendekatkannya. Alexa yakin Nial akan membicarakannya seharian. ***** "Aku enggak bakal bolos pelajaran biologi" cerocos Nial. Laki-laki itu berulang kali menghela napas panjang mengingat obrolan panjangnya dengan alexa. "Kamu enggak tau, ken! Bayangin aja senyumnya dan suara seraknya ketika mendengar dan menanggapi ceritaku! Oh, masa indah!" Ken hanya mengangkat alisnya. Laki-laki itu kini berjalan mundur dengan hodie yang dipakainya. Begitu mencapai lockernya, ken segera membuka locker tersebut dan menenggelamkan wajahnya ke dalam locker. "Kuharap, aku bisa mendengar suaranya setiap hari. Setidaknya, menjadi temannya saja. Kau pasti mengerti, ken! Bayangkan...." Nial berhenti berceloteh ketika melihat Alexa, jarak beberapa locker dari Ken. Sementara ken, laki-laki itu tidak menyadari kehadiran gadis itu. "Aku enggak bakal mengerti, nial!" Ujar ken cukup keras. Suaranya bergema di dalam locker. Ya, dia tidak akan mengerti. Berada di sekitar alexa, hanya akan membuat ken merasa tidak nyaman. Daya tarik gadis itu benar-benar diluar nalar. "Kalo aku jadi kamu, aku tidak akan mensyukuri kejadian tadi. Aku selalu merasa tidak enak di sekitarnya!" Ken menutup locker lalu menepuk bahu nial. Ken membenci perasaannya yang meledak-ledak di dekat gadis itu. Nial tidak menolak maupun menerima ucapan ken. Laki-laki itu justru memandang lurus melewati ken. Laki-laki itu mengikuti tatapan nial. Benar saja! Tatapannya bertabrakan dengan mata biru tajam milik alexa. s**l! Gadis itu menutup pelan lockernya lalu berjalan melewati ken. "Hai, nial!" Sapa alexa. Nial lagi-lagi tersenyum. Sementara ken? Laki-laki itu menampar pelan pipi Nial. "Damn! Kenapa kamu enggak bilang, nail?" Geram ken. Sementara alexa? Gadis itu segera menemui temannya di taman Western. Benar saja, karla masih sibuk-sibuknya bersandar sambil mencium leher daren. "Kok lama?" Karla menegakkan tubuhnya. "Ke locker sebentar tadi" ujar alexa singkat yang dibalas dengan siulan henry. "Suaramu makin hari makin seksi, babe!" Ujar henry sambil mencium punggung tangan kanan alexa. "Apaaan sih, henry!" Ujar alexa kesal. Henry hanya tertawa. "Alexa, liat nih! Anak ini sedang menjadi trending topic di Western" Alexa mengangkat alisnya malas. Karla memberikan smartphonenya menunjukkan seorang laki-laki yang sedang melakukan dance. Gerakannya pas dan juga, laki-laki itu memiliki tubuh seksi dengan mata tajam yang siap menarik napas kaum hawa. "Katanya, grup dance WAB, bakal hidup lagi gara-gara anak ini" Alexa mengangkat alisnya tertarik. WAB, memang kelompok dance Western yang sempat populer 15 tahun yang lalu. Hanya saja, kelompok ini terancam bakal hancur dikarenakan tidak ada bakat yang berpotensi mengangkat nama WAB. ***** Ken berdiam diri di studio. Ia memandangi Eve dan Ryan selaku anggota WAB. kini, kelompok tari tersebut terdiri dari 3 orang dengan penambahn Ken sebagai anggota. "Apa lagi yang ditunggu?" Eve mengernyit kesal ke arah Ryan. "Ada satu orang lagi yang akan masuk WAB" ujar ryan senang. "Benarkah?" Eve tersenyum senang. "Kau mengenalnya, eve" Pintu studio terbuka menampilkan sosok jenjang seorang perempuan. Eve memekik melihat sosok yang dikenalnya masuk ke dalan studio dengan pakaian yang sesuai. Jelas sekali Alexalah anggota barunya. Segera saja Eve melompat mendekati alexa. Sementara ken? Mata laki-laki itu membulat dengan kehadiran alexa. Ken bisa melihat mata gadis itu ikut terkejut saat melihatnya. Apakah alexa tidak tau ken anggota WAB? Mata ken menelusuri tubuh gadis itu. Yang benar saja, ia tidak akan konsen menari disini. Damn! Ken merutuki keberuntungannya. "Kau yakin dia bisa dance? Wajahnya menunjukkan ia hanyalah barbie girl!" Cetus ken cukup besar. Alexa membulatkan matanya. Laki-laki ini jelas membencinya. s**l! Sampai kapan laki-laki itu membencinya? "Dia pernah belajar ballet, ken! Menurutku, itu cukup" ujar Ryan yang dibalas dengan tawa ken. "Keduanya berbeda ryan. Aku ingin dia di test seperti aku. Besok!" Ryan dan Eve hendak membantah ucapan Ken ketika Alexa berjalan pelan ke arah laki-laki itu. Ia mendorong d**a bidang ken dengan telunjuknya. "Watch me tomorrow, Mr Mohler" ujar alexa dengan penuh penekanan. Ken terdiam mendengar suara serak alexa. Matanya memandang tajam wajah gadis itu. Lalu pandangannya tertuju ke bibir merah milik alexa. Segera saja ken menjauh dari alexa. "Kita lihat saja nanti, Ms. Grignard"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD