Part 2

1864 Words
Noah POV Selesai ngantar Luna pulang, gue langsung pergi ke kantor. Luna baru akan mulai kerja besok pagi, gue juga udah minta mantan sekretaris gue kirimin file-file pekerjaan ke Luna biar dia bisa bisa pelajari. Luna mah pinter, gue yakin gak butuh waktu lama buat dia pelajari semuanya. Gue memasuki Arlando Holding dengan begitu berwibawanya. Saat gue masuk semuanya tampak menunduk saat melihat gue. Gue hanya mengangguk kecil membalas sapaan mereka. Gue memang harus menciptakan citra yang berwibawa dan dingin di depan karyawan gue biar mereka semua gak semena-mena sama gue dan ada rasa takut-takutnya. “File-file semua agenda Tuan sudah dikirimkan oleh ibu Amanda ke ibu Luna. Untuk hari ini Tuan ada pertemuan dengan investor dari Jepang pukul 1 siang kemudian dilanjutkan dengan rapat pembelian saham bank yang sudah tuan sepakati bulan lalu untuk penandatangan kontraknya.” Sembari gue berjalan, Indah, sekretaris pengganti sementara terus mengoceh ngasih tahu jadwal gue hari ini. Sebenarnya gue udah tahu dan gak mungkin lupa karena kecerdasan otak gue diatas rata-rata. Tapi tetap saja, sekretaris harus selalu mengingatkan biar tetap ada kerjaannya. “Ini laporan bulan ini Tuan.” Indah memberikan beberapa tumpukan file hasil laporan bulan ini dari berbagai cabang perusahaan gue. Sambil nunggu jam 1 untuk meeting, kayaknya gue harus kerkutat dengan laporan-laporan ini. Sebenarnya gue bisa aja langsung tanda tangan karena laporan ini pasti udah melewati banyak pengecekan sebelum akhirnya sampai ke tangan gue. Tapi gue tetap gak mau ada satu kesalahanpun, jadinya gue tetap harus mengecek, sepaling tidak bagian-bagian pentingnya aja. “Tuan mau sarapan apa hari ini?” “Saya sudah sarapan, terima kasih,” balas gue tanpa melirik kearah Indah dan mulai membuka satu persatu berkas yang ada. Tidak mendengar pintu tertutup, gue mendongakkan wajah dan melihat Indah masih berdiri ditempatnya sambil menatap gue dengan senyum yang gak lepas dari bibirnya. Kayaknya dia lagi menikmati ciptahan Tuhan nih, tapi maaf banget Ndah, kamu bukan seleraku. “Sudah selesai memandangi saya?” tanya gue yang bikin Indah terkesiap. Kayaknya dia dari tadi gak sadar kalau gue ikut memperhatikan dia. “Ma.. maaf Tuan.” Indah langsung tertunduk malu dan berpamitan keluar ruangan. Susahnya jadi orang ganteng, selalu jadi pusat perhatian. Gue tersenyum bangga lihat isi laporan yang selalu memperlihat peningkatan setiap bulannya. Gak salah memang papa kasih perusahaan ini sama gue karena gue benar-benar bisa mempergunakannya dengan baik. Saat gue sedang asik mengecek berkas-berkas tiba-tiba ponsel gue berbunyi. Gue tersenyum saat melihat tulisan ‘Airin’. Airin adalah gebetan gue yang merupakan model terkenal. Gue kenalan sama Airin sebulan yang lalu dikenalkan oleh rekan bisnis gue saat gue menjadi investor salah satu perusahaan iklan. Airin cantik, tinggi, langsing, dan yang terpenting montok. Gue langsung mengangkat panggilan Airin, kayaknya gue butuh penyegaran sedikit. “Halo.” “Halo sayang. Kamu lagi apa? Ke mall yuk, aku pengen belanja.” “Aku banyak kerjaan hari ini, besok aja ya.” “Yah, aku maunya sekarang. Ada koleksi tas baru dari LV dan launching hari ini.” “Kamu pergi sendiri aja ya, aku transferin uangnya.” “Okey, aku mau 300jt ya.” “Okey.” “Makasih sayang, kamu memang yang terbaik. Nanti malam kita ketemu di apartemen aku ya.” “Okey.” Gue menutup telfon menyudahi pembicaraan kami. Begitulah cara sederhana meyenangi hati wanita. Beliin aja tas baru, nanti juga pasti luluh. Setelah mengtransferkan uang buat Airin belanja, gue kembali fokus bekerja. *** Author POV Airin menuangkan segelas wine dengan jenis Cabernet Sauvignon kemudian memberikannya kepada Noah yang baru beberapa saat yang lalu mendatangi apartemennya sesuai dengan undangannya tadi pagi. Noah tampak mengambil segelas wine itu kemudian meneguknya dengan sekali tegukan tanpa berekspresi seolah-olah wine yang memiliki rasa black currant yang sangat pekat itu hanyalah air mineral biasa. Airin menatap Noah tanpa berkedip memandangi wajah Noah dari samping yang terlihat begitu sempurna. Tatapan Airin beralih ke bibir merah dengan ukuran ideal milik Noah yang terlihat sangat menggiurkan. Tidak salah jika Noah menjadi banyak perbincangan orang-orang di luar sana karena ketampanannya selain kekayaannya yang juga tidak bisa diragukan lagi. Bukan hanya itu, Noah juga terkenal sering bergonta-ganti pasangan, tapi hal itulah yang membuat ia tampak makin menarik dan seksi. “Mau lagi?” tanya Airin, Noah mengangguk kemudian menyodorkan gelasnya yang kembali diisi oleh Airin. Airin menyandarkan kepalanya ke d**a Noah kemudian memainkan dasi Noah yang sudah tidak terpasang beraturan karena saat ia datang tadi Airin langsung menyerangnya dengan ciuman panas karena tidak tahan dengan pesona Noah yang saat itu datang dengan jas yang sudah terbuka dan hanya ia gantungkan dipundaknya, serta kemeja putih yang membungkus sempurna badannya. “Aku kangen banget sama kamu,” ucap Airin terdengar manja. Noah hanya terlihat tersenyum kecil, bukan sekali dua kali ia mendengar ucapan wanita seperti itu. Tidak ada wanita yang pernah puas akan dirinya. Airin mendongakkan wajahnya menatap Noah. Meskipun Noah selalu mudah tergoda dengan para wanita-wanita cantik nan seksi, namun Noah sering bersikap dingin kepada wanita-wanita itu membuat perasaan mereka campur aduk karena terkadang merasa tidak begitu dibutuhkan oleh seorang Noah Arlando. Airin mengubah posisi duduknya menjadi duduk di pangkuan Noah sembari tersenyum. Dress pendek ketat berwarna hitam yang ia pakai terangkat memperlihatkan pahanya yang mulus, tangan Noah secara refleks bergerak mengelus bagian itu. Airin mendekat pada Noah kemudian mencium bibir Noah yang selalu terlihat menggoda. Didalam hati Airin menggeram saat Noah sama sekali tidak membalas ciumannya. Airin mengelus rahang kokoh Noah berusaha membangkitkan gairah Noah, dan berhasil. Noah membalas ciumannya membuat Airin tersenyum senang. Suara decapan mereka memenuhi ruangan membuat suasana semakin panas. Dengan mudahnya Noah mengangkat tubuh langsing Airin kemudian membawanya ke dalam kamar. Airin rasanya Ia ingin berteriak senang karena ia akan menjadi orang pertama yang akan ditiduri oleh seorang Noah berkali-kali. Bagaimana tidak bangga, Airin sering mendnegar bahwa Noah adalah orang yang suka merasa bosan dan tidak akan meniduri seorang wanita lebih dari satu kali. Airin yakin itu karena wanitanya yang tidak menarik, jadi hal itu tidak berlaku untuk dirinya yang memegang predikat sebagai model tercantik. Noah membaringkan tubuh Airin di ranjang kemudian menatapnya dalam dengan tatapan elangnya. Dengan tatapan itu saja Airin sudah merasa ditelanjangi oleh Noah. Noah tersenyum miring melihat Airin yang terlihat sangat menginginkan dirinya. “Tidurlah, aku akan pulang,” ucapan Noah itu sukses membuat mata Airin membulat sempurna. Pulang? Maksudnya apa? “Pulang? Kita bahkan baru mulai.” “Kamu mengharapkan apa? Rasanya aku udah cukup bermain-main sama kamu, dan tidak begitu mengesankan. Jadi ini terakhir kalinya kita ketemu. Senang berkenalan sama kamu.” Noah tersenyum sebelum akhirnya meninggalkan Airin yang terdiam membeku. “Noahhh…. Noah… Arghhh…” Airin memekik kesal melihat kepergian Noah. *** Noah POV Gue berdecak kesal melihat ponsel gue yang tak kunjung berhenti berdering sejak tadi. Mau apa lagi sih tu perempuan. Gini ni kalau cewek dikasih hati dikit, langsung ngelunjak. Bagi gue wanita-wanita itu Cuma sebagai hiburan saat gue merasa capek dengan aktivitas sehari-hari yang selalu diisi dengan kerja. Gue sama sekali gak berniat untuk menseriusi salah satu dari mereka, makanya gue lebih suka gonta-ganti dari pada hanya fokus sama satu orang, nanti dia malah besar kepala dan ngira gue suka. Gue langsung memutuskan untuk nge-block nomornya si Airin biar gak bisa gangguin gue lagi. Ini si Luna mana sih, udah jam segini kok belum datang, gak ada adatnya banget sebagai sekeretaris mentang-mentang sahabat gue. Masa boss yang nungguin sekretarisnya. “Selamat pagi Noah.” Tiba-tiba pintu ruang kerja gue terbuka memperlihatkan Luna yang datang tanpa permisi dan langsung masuk ke ruangan gue dengan senyuman tanpa dosanya. Untung aja Luna, kalau orang lain, udah gue sembelih kali ni orang. “Ini jam berapa? Dihari pertama kerja aja udah telat,” kata gue. “Ya maaf, gue tadi beli baju dulu. Lo tau sendirikan gue gak pernah kerja kantoran apalagi jadi sekretaris gini. Setelah gue research, salah satu bagian terpenting dari sekretaris itu adalah penampilan. Jadi gimana penampilan gue?” tanya Luna. Luna terlihat berputar untuk memperlihatkan penampilannya secara keseluruhan. Gue bangkit dari kursi kebesaran gue kemudian duduk bersandar di meja kerja untuk memperhatikan penampilan Luna hari ini dari ujung kaki sampai ujung kepala. Hari ini Luna pakai baju kemeja berwarna nude yang dilapisi blazer coklat serta rok sebatas lutut, terlihat sempurna. “Bagus,” puji gue yang bikin Luna tersenyum. “Tapi…” Gue berjalan mendekat kearah Luna. Tangan gue terulur membuka ikatan yang Luna pakai untuk mengikat rambutnya. “Hari ini gue lagi mau rambut sekretaris gue digerai.” “Oh, okey.” Luna merapikan rambutnya membuat gue tersenyum, sekarang penampilannya terlihat lebih sempurna. “Oke tuan Noah, jadi kerjaan saya apa?” “Kalau lagi berdua gak usah formal gitu.” Luna mengangguk. Gue kembali duduk di kursi kerja gue. “Lo udah pelajari berkas-berkasnya?” tanya gue. “Udah, gue juga udah susunin jadwal lo. Jam 10 ini lo rapat perebutan tender di Tama Corp.” Luna tampak melihat catatan di ipadnya. Gue tersenyum puas, benarkan dia bakal cepat beradaptasi. Sekarang dia malah kelihatan kayak sekretaris beneran. “Oke, bentar lagi kita berangkat kesana, sekarang lo siapin aja berkas-berkas yang harus gue bawa. Cari di lemari sana,” kata gue menunjuk lemari besar yang berada di ruang kerja gue. Luna mengangguk paham terus langsung kerjain apa yang gue instruksiin. Gue duduk bersandar sambil memperhatikan gerak-gerik Luna yang terlihat sangat cepat dan tanggap. Untuk beberapa saat gue gak mengalihkan pandangan gue ke wajah Luna yang terlihat sedang serius memilih-milih berkas. Gue akui, Luna adalah wanita yang cantik. Bukan cuma gue kayaknya, dulu waktu sekolah Luna terkenal juga karena kecantikannya. Namun gak kayak cewek-cewek lainnya, kadang Luna gak sadar atau malah gak percaya diri sama dirinya sendiri padahal dia cantik. Tubuhnya yang tidak begitu tinggi tapi gak pendek juga, dengan berat badan ideal, rambut panjang yang sedikit ikal bagian bawahnya, mata cekung yang bulat dengan bola mata berwarna coklat gelap, hidung mancung, bibir merah tipis bikin dia terlihat sempurna sebagai wanita. Dulu waktu sekolah gue gak jarang berantem sama cowok yang berusaha dekatin Luna. Gue gak mau Luna didekatin cowok b******k, mungkin karena kebiasaan gue larang-larang dekat sama cowok ini itu, Luna jadi jarang dekat sama cowok. Bagi gue Luna sangat berharga dihidup gue. Walaupun hidup gue sering dikelilingi cewek-cewek, namun selalu Luna yang jadi prioritas. Dulu Luna suka ngomelin gue kalau gue suka gonta-ganti cewek, tapi belakangan ini apalagi saat kami udah makin dewasa, Luna jarang ngomel-ngomel. Kata Luna gue udah besar, dan bisa menentukan sendiri mana yang baik sama enggak dalam hidup gue. Kadang gue sengaja gonta-ganti pasangan dan pamerin ke Luna biar dia omelin gue lagi, tapi kadang responnya bikin gue nyesek, masa dia cuma bilang ‘lanjutkan’. Padahal gue kan kangen diomelin sama dia. Luna adalah satu-satunya wanita yang bisa bikin gue gak mengalihkan pandangan padahal dia lagi gak godain gue dengan baju seksi atau apapun itu. Gue senang karena Luna mau jadi sekretaris gue, itu artinya gue bisa ketemu dia setiap hari karena sejak gue kerja, gue jarang bisa main sama dia apalagi saat dia dulu milih buat seriusin bidang menulisnya yang bikin dia juga sibuk. Sibuk memperhatikan Luna, tiba-tiba gue keingat mama yang terus-terusan mendesak gue buat segera menikah. Entah kenapa tiba-tiba terlintas di otak gue. Kayaknya gue udah dapat deh calon mantu buat mama.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD