bc

Cincin untuk Cinka

book_age16+
759
FOLLOW
2.1K
READ
family
HE
mate
goodgirl
confident
CEO
drama
realistic earth
poor to rich
like
intro-logo
Blurb

Yes-The Girl Power

Cinka, wanita berusia 30 tahun yang berprinsip untuk tidak menikah karena

trauma sering dikhianati dan dimanfaatkan oleh pria. Namun, karena wasiat orang tuanya,

adik-adiknya mendesak Cinta untuk menikah lebih dulu agar harta warisan orang tuanya

bisa segera dibagikan. Suatu hari, Cinka bertemu dengan Pandu, lelaki miskin tapi baik

hati.

Bukan hal mudah bagi Cinka untuk menerima cinta Pandu. Rasa sakit hatinya

di masa lalu masih terus menghantui. Belum lagi kedua adiknya juga tak suka dengan

Pandu karena dianggap hanya akan memanfaatkan Cinka, seperti mantan-mantannya dulu.

Mampukah Pandu meluluhkan hati Cinka? dan bisakah Pandu membuktikan ketulusannya

pada adik-adik Cinka?

chap-preview
Free preview
Hari Terakhir Bertemu
Meskipun terlahir dari keluarga kaya tak lantas membuat Cinka berpangku tangan. Alih-alih menikmati harta orang tua, Cinka lebih memilih berusaha sendiri hingga mencapai kesuksesan. Saat ini, Cinka menjadi CEO Perusahaan Kosmetik dan juga memiliki beberapa cabang salon kecantikan. Cinka memang berhasil meraih kesuksesan tetapi kisah cintanya tak sesukses karirnya. Cinka beberapa kali dikhianati dan dimanfaatkan oleh pria. Hal itulah yang membuat Cinka trauma untuk kembali menjalin hubungan dengan lelaki. Di usianya yang sudah menginjak 30 tahun, Cinka masih sendiri dan tetap santai seolah tak membutuhkan peran lelaki dalam hidupnya. Cinka memiliki paras yang cantik, body yang bagus, serta kulit putih bersih. Bukan hanya fisik yang menarik, Cinka juga sukses dalam karirnya. Kecantikan dan kesuksesan yang Cinka miliki menjadi alasan mengapa banyak pria mendekatinya. Sayangnya, karena sudah terlanjur sakit hati, Cinka menutup hatinya rapat-rapat untuk semua pria. Di Ruang Makan Malam ini, Cinka menikmati makan malam bersama keluarganya. Ayahnya adalah pengusaha batu bara, sedangkan ibunya merupakan pengusaha barang-barang mewah. Cinka memiliki tiga adik yang semuanya perempuan yaitu Olivia, Sarah, dan Zoya.  Di ruang makan, ayah dan ibunya menanyakan kegiatan anak-anaknya. Mereka ingin tahu apa yang sedang anak-anaknya lakukan dan sudah sejauh mana itu berjalan. Dari dalam hatinya, Cinka berharap kedua orang tuanya tidak membahas pernikahan padanya. Lagipula, Cinka juga tidak masalah jika harus dilangkahi oleh adiknya sendiri. “Zoya, gimana sekolahnya lancar?” tanya Ayah pada si bungsu, Zoya. Sebagai anak bungsu, kedua orang tuanya sangat memanjakan Zoya dan menuruti semua yang dia inginkan. Saat ini, Zoya masih duduk di bangku SMA dan seringkali meraih berbagai prestasi akademik. Karena sudah membanggakan orang tua, maka tak masalah jika ayah dan ibunya menuruti semua permintaannya. “Pasti lancar dong Pah. Malahan besok Zoya mau ikut Olimpiade Matematika mewakili sekolah,” jawab Zoya. “Wah, hebat anak Papah. Nanti kalau kamu juara 1, Papah kasih apa aja yang kamu mau,” ucap Ayah. “Yeay! Bener ya Pah? apa aja yang Zoya mau kan?” tanya Zoya sekali lagi ingin meyakinkan ucapan sang ayah. “Iya,” jawab Ayahnya sembari tersenyum. “Memangnya kamu mau minta apa?” tanya Ibu. “Zoya mau minta mobil Ma. Temen-temen Zoya udah pada punya kendaraan sendiri ke sekolah, ada yang bawa motor dan mobil,” ucap Zoya. “Mobil? Jangan Pah, jangan dikasih. Usianya masih dibawah umur,” ucap Sarah. “Kak, bentar lagi umurku 17 tahun. Jadi boleh dong kalau bawa mobil,” ucap Zoya. “Bentar lagi? 2 tahun lagi kali, masih lama sayang,” ucap Olivia. “Sudah-sudah, jangan bertengkar. Zoya bener mau mobil?” tanya ayah. “Bukan mau lagi Pah tapi mau banget,” jawab Zoya. “Ya sudah, nanti Papah pikirkan lagi yah,” ucap Ayah. “Pah, Zoya kan masih dibawah umur. Kalau permintaan yang ini, jangan dikasih dulu,” ucap Olivia. “Iya Papah tahu, makannya nanti Papah pikirkan lagi. Kalian lanjutkan makan ya,” ucap Ayah. Setelah menanyakan si bungsu, ayahnya ingin mencari tahu bagaimana anak-anaknya yang lain. Ayahnya bertanya tentang kuliah Sarah dan rencana pernikahan Olivia dengan kekasihnya. “Kalau Sarah, gimana kuliahnya?” tanya Ayah. “Ya begitulah Pah. Palingan tahun depan Sarah sudah lulus kuliah,” jawab Sarah. “Nah, kalau Olivia persiapan pernikahan sudah sampai mana?” tanya Ayah. “Olivia sama Damar nyerahin semuanya ke WO (Wedding Organizer) yang ngurus pernikahan kita nanti Pa,” jawab Olivia. “Tapi kalau undangan dan baju pengantin kan tetep kamu yang ngurus liv,” ucap Ibu. “Iya Ma, kalau itu pasti dong. Rencananya sih besok Olivia sama Damar mau fitting baju pengantin sama mau pilih undangan pernikahan yang bagus,” jawab Olivia. “Oh iya Pah. Nanti setelah kak Olivia menikah, Sarah juga boleh menyusul kan?” tanya Sarah. “Boleh. Kamu mau cari kerja dulu atau langsung menikah, terserah kamu. Yang penting, kamu bahagia dengan pilihan yang kamu pilih,” ucap Ayah. “Iya Pah, pasti,” ucap Sarah senang. Sedari tadi Cinka hanya diam karena takut orang tuanya akan membahas pernikahan juga pada dirinya. Apalagi Sarah juga berniat menikah setelah Olivia. Orang tuanya sangat memahami bagaimana Cinka. Karena itu, mereka tak pernah memaksa dan menjodohkan Cinka dengan pria pilihan mereka. Mereka yakin Cinka dapat memiliki pasangan suatu saat nanti. Ibunya memahami apa yang dirasakan Cinka. Meskipun wajahnya tampak senang dan bahagia mendengar kabar pernikahan adiknya tetapi hatinya tak bisa bohong. Sebagai seorang ibu, ibunya tahu bagaimana perasaan Cinka saat ini. “Cinka kamu kenapa? Kok dari tadi diam saja?” tanya Ibu. “Nggak apa-apa kok Ma. Cinka cuma udah kenyang aja,” jawab Cinka sambil tersenyum. “Kamu tenang aja ya. Papah sama Mama tidak akan memaksa kamu untuk cepat menikah. Papah sama Mamah juga tidak akan menjodohkan kamu. Pokoknya apa yang bikin kamu bahagia, Papah sama Mamah pasti dukung,” ucap Ayah. “Makasih yah Pah, Mah,” ucap Cinka. Setelah menghabiskan makan malam, ayah dan ibunya mengatakan bahwa mereka akan pergi ke Pakistan untuk mengurus bisnis. Setelah sukses di dalam negeri, mereka berencana merambah bisnis ke luar negeri bekerja sama dengan pebisnis asal Pakistan. Sebenarnya rencananya sudah lama tapi baru sekarang mereka mengatakannya pada anak-anaknya. “Ada yang mau Papah sama Mamah omongin sama kalian,” ucap Ayah. “Ada apa Pah?” tanya Cinka. “Besok Papah sama Mamah mau berangkat ke Pakistan untuk mengurus bisnis disana. Papah mau kerja sama dengan sahabat Papah yang ada di Pakistan,” ucap Ayah. “Kok ngasih tahu mendadak sih Pah,” ucap Sarah. “Sebenarnya rencana Papah sudah lama tapi baru sekarang Papah bilang sama kalian,” ucap Ayah. “Kalau Papah sama Mamah pergi nanti rumah sepi dong,” ucap Zoya. “Jangan khawatir kan ada kak Cinka, kak Sarah, dan kak Olivia yang nemenin kamu di rumah,” ucap Mamah pada Zoya. “Terus rencana pernikahanku sama Damar gimana dong Pah, Mah?” tanya Olivia. “Mamah sama Papah cuma pergi satu minggu. Lagipula, pernikahan kamu sama Damar kan masih 3 bulan lagi,” ucap Ibu. “Tapi nanti kalau Mamah sama Papah udah pulang, bantuin Olivia ya Mah, Pah. Olivia ingin menggelar pesta pernikahan mewah,” ucap Olivia. “Kamu butuh biaya berapa? bilang saja sama Papah, nanti Papah transfer,” ucap Ayah. “Hehehe makasih Pah. Untuk detailnya, nanti Olivia kasih tahu Papah pas Papah udah pulang aja kali ya. Soalnya banyak hal yang perlu Olivia diskusiin sama Damar,” ucap Olivia. “Ya sudah, atur aja baiknya gimana,” ucap Ayah. Di Bandara Keesokan harinya, ayah dan ibunya meminta diantarkan ke Bandara. Hal ini membuat anak-anaknya heran karena tidak biasanya orang tuanya meminta diantar ke Bandara. Cinka merasa ada yang aneh pada kedua orang tuanya tetapi dia tetap berusaha biasa saja karena tak mau membuat adik-adiknya ikut khawatir. Keluarga ini naik satu mobil yang sama untuk ke Bandara. Mereka menikmati perjalanan sampai tidak ada yang merasa aneh, kecuali Cinka. Ini adalah momen sederhana tapi sangat disukai oleh Cinka. Kesibukan masing-masing membuat mereka sangat jarang pergi bersama dalam satu mobil.  “Anak-anak, Papah sama Mamah berangkat dulu ya,” ucap Ayahnya. “Papah sama Mamah hati-hati ya, perginya jangan lama-lama,” ucap Zoya. “Doakan ya supaya Papah sama Mamah selamat sampai tujuan,” ucap Ibunya. “Iya Ma, Pah, pasti kita doakan supaya Papah sama Mamah selamat sampai tujuan dan semua yang direncanakan berjalan dengan lancar,” ucap Cinka. Pesawat akan berangkat pukul 09.15 pagi. Karena itu, ayah dan ibunya tak bisa berlama-lama karena sebentar lagi pesawat akan terbang. Sebelum pergi, ayah dan ibu memeluk anak-anaknya dengan begitu erat seolah akan pergi jauh, padahal mereka hanya berencana ke Pakistan selama 7 hari. “Zoya, kamu jadi ikut Olimpiade Matematika?” tanya Ayah pada Zoya. “Jadi Pah,” jawab Zoya. “Bagus! Nanti kalau Papah pulang, Papah mau lihat ada piala di rumah. Kamu harus bisa ya,” ucap ayah sembari memegang pundak Zoya. “Semoga Pah, Zoya akan berusaha semaksimal mungkin,” ucap Zoya. “Semangat ya,” ucap Ayah tersenyum pada Zoya. Cinka, Olivia, Sarah, dan Zoya bersama-sama melihat Ayah dan Ibu mereka naik ke pesawat. Mereka melambaikan tangan pada orang tua mereka, begitu sebaliknya. Setelah mengantarkan orang tua mereka, Cinka ditinggal oleh adik-adiknya. Olivia dijemput oleh Damar karena mereka akan fitting baju pengantin. Sarah juga dijemput oleh kekasihnya, Tomi untuk pergi ke kampus. Sementara itu, Zoya lebih memilih naik ojek. “Kak, aku mau fitting baju nih sama Damar. Aku duluan ya,” ucap Olivia pergi lebih dulu. “Sama kak, aku juga pergi dulu ya. Aku mau ke kampus bareng Tomi. Tuh dia udah nungguin disana,” ucap Sarah meninggalkan Cinka. Sementara itu, Zoya masuk ke dalam mobil untuk mengambil tasnya. Zoya harus segera pergi ke lokasi Olimpiade Matematika yang diselenggarakan di sekolah lain. Zoya sudah memesan ojek online, sehingga Cinka tidak perlu mengantarkan Zoya. “Loh, kamu mau kemana?” tanya Cinka pada Zoya. “Aku mau ikut Olimpiade Matematika di sekolah sebelah kak,” jawab Zoya. “Kok gak pakai seragam sekolah?” tanya Cinka. “Seragamnya di dalam tas dong kak. Kalau aku pakai seragam sekolah disini nanti dikira bolos dong aku,” jawab Zoya. “Ya udah, kakak anter ya,” ucap Cinka. “Gak usah kak, aku udah pesen ojek online biar cepet sampai,” ucap Zoya lalu pergi meninggalkan Cinka sendirian di parkiran Bandara. Di Rumah Saat ini menunjukkan pukul 16.30 sore. Cinka baru pulang dari kantor dan saat sampai dirumah, ia melihat Olivia dan Damar sedang bermesraan di ruang keluarga. Cinka lalu menyusul mereka dan duduk di ruang keluarga. “Udah selesai fitting bajunya?” tanya Cinka. Melihat ada Cinka, Olivia dan Damar langsung duduk berjauhan. “Udah kak,” ucap Olivia langsung duduk menjauh dari Damar. “Hahaha ngapain kalian berdua mesti kayak gitu sih? santai aja lagi,” ucap Cinka. “Maaf ya kak, kita cuma nggak enak aja sama kak Cinka,” ucap Damar pada Cinka. “Aku gak apa-apa kok. Lain kali kalian gak perlu kayak gitu ya, kan aku yang jadinya enggak enak sama kalian,” ucap Cinka. “By the way, Sarah sama Zoya udah pulang belum?” tanya Cinka. “Kalau Sarah udah pulang kak dan sekarang lagi ada di kamarnya. Kalau Zoya belum pulang sih kayaknya,” ucap Olivia. Saat mereka sedang berbicara, tiba-tiba saja Sarah datang menghampiri mereka dengan membawa ponsel sambil menangis. “Kak Olivia, kak Cinka,” ucap Sarah sambil menangis. “Kamu kenapa sih sar? Ada apa?” tanya Cinka. “Mamah sama Papah kak!” ucap Sarah yang menangis dan belum menyampaikan apa yang terjadi. “Mamah sama Papah kenapa sar? Jangan bikin kita panik ya” tanya Cinka. “Tadi om Kuncoro nelfon aku, katanya pesawat yang dinaiki Mamah sama Papah kecelakaan dan jatuh ke laut,” ucap Sarah. “Pletak,” bunyi piala Zoya yang jatuh, rupanya Zoya mendengar pembicaraan itu. Zoya membiarkan piala itu terjatuh di lantai dan langsung menyusul kakak-kakaknya di ruang keluarga. Zoya tidak menyangka ayah dan ibunya mengalami kecelakaan naas itu. Padahal Zoya berhasil menjadi juara 1 dalam olimpiade yang ia ikuti dan berhasil membawa piala keinginan sang Ayah. “Kak, Papah sama Mamah bisa selamat kan?” ucap Zoya yang menangis tapi tak ada satupun dari mereka yang menjawab. Cinka, Olivia, dan Sarah tak menyangka tadi pagi adalah pertemuan terakhir mereka dengan orang tuanya. Sayangnya, Sarah dan Olivia tak merasakan firasat tertentu saat kedua orang tuanya pergi. Sementara itu, Cinka sangat terpukul karena perasaan yang ia rasakan benar-benar terjadi. Kedua orang tuanya memang akan pergi jauh dan mungkin tidak akan pernah kembali. Entah seperti apa nantinya, Cinka mengajak adik-adiknya untuk mendoakan orang tuanya. Meskipun kemungkinannya kecil, mereka tetap berdoa agar orang tuanya bisa ditemukan. “Sekarang kita berdoa ya, semoga Papah sama Mamah bisa ditemukan dengan selamat,” ucap Cinka. “Olivia, Sarah, kak Cinka, Zoya, aku turut prihatin ya atas musibah yang menimpa orang tua kalian. Semoga Om dan Tante bisa segera ditemukan dengan selamat,” ucap Damar. “Iya Mar. Kita minta doanya ya,” ucap Cinka pada Damar. “Pasti kak, aku pasti doakan yang terbaik,” ucap Damar pada Cinka.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.0K
bc

My Secret Little Wife

read
98.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.4K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook