Cie Lagi PDKT Nih

1270 Words
Setelah Cinka membayar tas, kemudian ia pulang bersama adik-adiknya. Sesampainya dirumah, Zoya minta maaf pada kakak-kakaknya. Hal ini karena ulahnya, Cinka harus mengeluarkan uang ratusan juta untuk membeli tas itu. Selain itu, Sarah dan Olivia juga tidak jadi mendapatkan tas gratis dari kakaknya. “Kak Cinka, kak Oliv, kak Sarah. Aku minta ya,” ucap Zoya. “Maaf untuk apa?” tanya Cinka. “Maaf karena gara-gara aku, kakak terpaksa harus bayar tas ini. Terus kak Oliv sama kak Sarah gak jadi dapat tas dari kakak,” ucap Zoya sambil menaruh tas yang dibeli sang kakak di meja. “Kakak tahu kamu salah tapi kakak juga gak terima pemilik toko tas itu semena-mena sama kamu. Kakak gak suka lihat dia marah-marahin apalagi sampai mau berbuat kasar sama kamu didepan umum. Sebandel-bandelnya kamu gak pernah tuh kakak sampai main tangan sama kamu. Karena itu, kakak gak akan biarin siapapun bertindak kasar sama kamu. Lebih baik kakak keluar uang daripada masalah tadi jadi panjang,” ucap Cinka. Olivia merangkul Zoya, “Kamu gak perlu minta maaf sama kakak dan Sarah. Kita menolak dibelikan tas sama kak Cinka itu bukan karena kamu tapi karena keinginan kita sendiri.” “Iya. Kamu gak usah mikir macem-macem. Apa yang udah terjadi tadi harus kamu jadikan pembelajaran supaya kedepannya kamu lebih berhati-hati lagi,” ucap Sarah. “Sebenarnya tadi aku udah hati-hati kak tapi ada yang nyenggol aku sampai bikin minuman yang aku ngenain tas mahal itu,” ucap Zoya. “Udah-udah gak usah kamu pikirin lagi yang penting masalahnya udah selesai,” ucap Cinka. “Nih tasnya,” ucap Zoya memberikan tas yang tadi dibeli pada Cinka. “Kok dikasih ke kakak? Tadi kan kamu yang pilih tasnya. Nah ini jadi milik kamu,” ucap Cinka. “Aku milih bukan karena keinginanku tapi karena apes aja. Aku lagi lihat tasnya bukan mau beli tasnya eh jadinya tasnya malah kebeli. Ini tasnya buat kakak aja deh,” ucap Zoya. “Buat kamu aja,” ucap Cinka. “Tasnya kan kak Cinka yang beli dan belinya juga pakai uang kakak. Jadi yang berhak punya tas ini ya kakak,” ucap Zoya tetap memberikan tas itu pada Cinka. “Zoya bener kak. Kakak kan yang bayar jadi udah sepantasnya itu jadi hak milik kakak. Lagian model tasnya kelihatan lebih cocok untuk dipakai wanita dewasa seperti kakak,” ucap Olivia. Setelah didesak adik-adiknya, akhirnya Cinka mau memiliki tas yang sudah ia beli sendiri. Sebenarnya, Cinka tidak masalah jika tas tersebut menjadi milik Zoya. Namun, sepertinya Zoya tidak menyukai tas yang baru saja ia beli. “Ya udah kalau kalian maksa,” ucap Cinka menerima tas dari Zoya. ***** Satu hari kemudian, tepatnya pukul 14.00 siang Pandu pergi ke rumah Cinka. Pandu datang ingin bertemu Cinka karena ada beberapa hal yang ingin Pandu sampaikan kepada Cinka. Setelah sampai didepan rumah Cinka, Pandu langsung berjalan ke arah pintu dan mengetuk pintunya. TokTokTok “Eh ada bang Pandu,” ucap Zoya ketika membuka pintu. “Hai Zoya,” ucap Pandu. “Ada apa bang?” tanya Zoya. “Abang mau ketemu kakak kamu,” ucap Pandu. “Kakakku yang mana?” tanya Zoya. “Masa kamu lupa sama kakak kamu sendiri?” tanya Pandu balik. “Bang, kakakku ada tiga. Kalau abang gak bilang abang mau ketemu kakakku yang mana ya berarti aku anggap abang mau ketemu ketiga kakakku,” ucap Zoya. Pandu mengatakan, “Bukan-bukan, maksud abang itu abang mau ketemu Cinka.” “Cieee… Abang lagi pedekate ya sama kak Cinka,” ucap Zoya meledek Pandu. “Hahaha kamu apaan sih Zoy, enggaklah. Abang mau ketemu Cinka karena ada yang perlu abang bicarain sama Cinka,” ucap Pandu. “Hahaha kalau emang pedekate juga gak apa-apa kok bang. Aku dukung abang kok,” ucap Zoya. “Ngomong-ngomong Cinka ada dirumah gak?” tanya Pandu. “Kalau jam segini sih kak Cinka masih ada di kantor bang. Tapi kalau abang mau ketemu kak Cinka aku bisa anterin abang ke kantornya,” ucap Zoya. “Beneran?” tanya Pandu. “Iya bang. Udah yok aku anterin ke kantornya kak Cinka,” ucap Zoya menarik tangan Pandu. Kebetulan, Olivia baru saja pulang. Ketika ia turun dari mobil, ia melihat Zoya menggandeng seorang pria yang tidak begitu dikenalnya. Olivia pun langsung menegurnya dan memintanya untuk tidak pergi. “Zoya! Kamu mau kemana? Kamu tuh gak boleh pergi sama sembarang orang yang gak kamu kenal apalagi orangnya laki-laki,” ucap Olivia pada Zoya. “Ini bang Pandu kak, dia kakaknya almarhum Viko. Kakak kan udah pernah ketemu bang Pandu masa kakak lupa sih,” ucap Zoya. “Kakak gak peduli dia siapa yang penting kamu gak boleh pergi sama dia. Kalau dia macem-macem sama kamu gimana,” ucap Olivia. “Hahaha kakak berlebihan banget deh. Ini tuh bang Pandu dan aku udah kenal lama sama dia. Dulu pas Viko masih hidup aku sering main ke rumahnya dan ketemu sama bang Pandu. Pokoknya bang Pandu itu orangnya baik dan gak mungkin macem-macem sama aku,” ucap Zoya. “Terus kamu mau kemana sama dia?” tanya Olivia. “Aku mau nganterin bang Pandu ketemu sama kak Cinka,” ucap Zoya. “Ngapain?” tanya Olivia. Zoya menjawab, “Sebenarnya bang Pandu kesini mau ketemu kak Cinka tapi berhubung kak Cinkanya masih di kantor, jadi aku mau nganterin bang Pandu ketemu kak Cinka di kantornya.” “Heh, kamu mau ngapain ketemu kakak saya? Jangan macem-macem ya sama kakak saya!” ucap Olivia pada Pandu. “Kak Oliv jangan gitu dong sama bang Pandu! Bang Pandu cuma mau ketemu kak Cinka karena ada yang mau diomongin sama kak Cinka,” ucap Olivia. “Kenapa gak disampaikan aja sama kamu nanti kamu sampaikan sama kak Cinka, kenapa harus ketemu segala. Jangan-jangan nih orang mau berbuat sesuatu yang gak baik sama kak Cinka!” ucap Olivia. “Kak Oliv cukup! Jangan nuduh bang Pandu yang bukan-bukan dong. Bang itu orangnya baik dan dia gak mungkin punya niat jahat sama kak Cinka. Lagian kalaupun bang Pandu ketemu sama kak Cinka ya biarin aja dong yang penting kan gak ganggu kakak!” ucap Zoya. “Zoy, kayaknya aku gak jadi aja deh ketemu sama Cinka. Mungkin lain kali aja kalau ada kesempatan,” ucap Pandu pada Zoya. “Enggak bang. Bang Pandu kan udah jauh-jauh kesini jadi bagaimanapun caranya dan keadaannya, bang Pandu harus ketemu sama kak Cinka. Abang gak usah mikirin omongannya kak Oliv dia kalau ngomong emas pedes bahkan lebih pedes dari cabe merah besar. Udah yuk kita harus nyesel kak Cinka ke kantornya,” ucap Zoya menarik tangan Pandu dan mengajaknya untuk tetap pergi menemui Cinka. “Zoya! Zoya! Kamu tuh susah banget sih kalau dibilangin!” ucap Olivia tetapi tidak Zoya hiraukan. Melihat kedatangan Pandu untuk bertemu Cinka membuat Olivia heran. Apa tujuannya ingin bertemu Cinka sampai-sampai datang ke rumah bahkan mau ke kantornya hanya untuk menemui Cinka. Olivia jadi curiga apakah mungkin Pandu menaruh rasa pada Cinka? Jika itu terjadi, Olivia tidak akan tinggal diam. Olivia tidak akan membiarkan Pandu dan Cinka saling cinta. Olivia memang ingin Cinka cepat menikah tetapi bukan Olivia membiarkan Cinka menikah dengan laki-laki sembarangan. Olivia tidak mau Cinka mengalami kejadian serupa seperti yang dulu-dulu yakni dikhianati dan dimanfaatkan oleh pria. “Ngapain sih dia pengen ketemu kak Cinka. Jangan sampai dia naksir sama kak Cinka. Dan kalau sampai itu terjadi, aku akan jadi orang pertama yang menentang hubungan mereka. Aku emang pengen kak Cinka cepet menikah tapi bukan berarti aku biarin kak Cinka memilih laki-laki yang salah. Cowok kere kayak dia palingan cuma mau numpang hidup doang sama kak Cinka,” batin Olivia sambil memperhatikan Zoya dan Pandu yang pergi bersama.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD