Bab 1 : Terlambat

1397 Words
Jam weker berdering cukup keras di atas nakas. Sehingga membuatku terbangun. Aku pun langsung mematikan jam weker itu. Ketika melihat angka jam menunjukkan pukul enam, aku terbelalak kaget dan mengutuki diriku sendiri. Oh Tuhan ... ternyata aku salah memasangkan alarm. Seharusnya aku bangun jam lima pagi, aku langsung bergegas ke kamar mandi. Usai mandi aku langsung mengenakan seragam putih biru serta menguncir dua rambut panjangku mengenakan pita merah putih. Tidak hanya itu, aku juga memakai topi kerucut dari kertas karton. Kalau sedang tidak mengikuti MOS aku tidak akan melakukanya.       Setelah semuanya rapi aku pun langsung keluar kamar menuruni anak tangga, kulihat ibuku sedang menyiapkan sarapan pagi. Ibu menawarkan sarapan pagi, namun aku menolaknya karena hari ini merupakan hari terakhir MOS. Aku harus datang ke sekolah tepat waktu. Sebelumnya ketua OSIS menginformasikan pukul 06.00 WIB sudah berada di sekolah.          Aku melirik jam tangan sudah menunjukkan pukul 06.10 WIB. Oh Tuhan ... aku benar-benar terlambat belum lagi menaiki angkutan umum yang menghabiskan waktu 20 menit untuk sampai ke sekolah. Jarak rumaku dengan sekolah itu memang cukup jauh. Aku tinggal di salah satu kompleks perumahan yang ada di Bandung. Di rumah hanya tinggal berdua yaitu aku dan ibuku, ayah sedang bekerja di Jakarta. Ayahku seorang manajer di sebuah perusahaan terbesar di Jakarta. Namun sayangnya, ayah hanya pulang ke Bandung satu bulan sekali, biasanya paling lama satu minggu di Bandung. Aku dan ibu pun mengerti karena pekerjaan ayah sangat sibuk. Sebelumnya ayah sempat menawarkan aku dan ibu untuk tinggal bersama di apartemen, namun aku tidak mau, aku tetap pengin tinggal di Bandung.      *** SMA Smart Indonesia.  Itulah sekolah favoritku sekarang yang terpampang jelas di atas gerbang sekolah. Sesampainya di gerbang sekolah, dua orang senior yang bertugas menjaga gerbang sekolah menghampiriku. "SUDAH JAM BERAPA INI? KAMU MAU MASUK SMA TAPI GAK DISIPLIN!" ucap salah satu senior dengan suara meninggi, yang membuat tubuhku bergetar ketakutan. Aku mengenali senior itu dia bernama Kak Farid bertugas sebagai seksi di bidang keamanan. Aku mengetahuinya saat pertama kali MOS pada saat perkenalan semua anggota OSIS. "Ma--maaf Kak," ucapku pelan sambil menunduk. "SANA IKUT BARIS DI DEPAN!" bentak Kak Aldo. Aku pun mengangguk patuh. Kemudian ikut berdiri di depan dengan siswa yang terlambat. Terpaksa aku mendapatkan hukuman jalan bebek mengelilingi lapangan basket. Oh Tuhan ... sungguh memalukan. Setelah usai dihukum, aku langsung berlari menuju ruangan gugusku. Saat berlari tiba-tiba dari belakang ada seseorang yang menabrakku sehingga aku pun tersungkur ke lantai. Aku bangkit sambil merapikan rambut kemudian menatap tajam ke arah seseorang itu yang tak lain seorang cowok yang telah menabrakku. "Woy! Kalau jalan lihat-lihat dong!"ucapku kesal. "Salah sendiri ngalangin gue jalan!" balasnya. "Enak aja! Lo yang salah!" kataku tidak terima. "Lo yang salah! Cepetan minta maaf sama gue!"  Mataku membulat sempurna. Sumpah tuh cowok nyebelin banget! "Apa? minta maaf sama lo? Ogah minta maaf sama cowok nyebelin kek lo!" "Apa nyebelin?" "Iya lo cowok nyebelin, yang gak mau minta maaf sama cewek duluan!" Karena malas berdebat dengan cowok itu, aku pun pergi dan memasuki ruangan gugusku. Untungnya, pengurus ruangan ini sangat baik. Sehingga Aku diperbolehkan untuk duduk meski pun terlambat. Baru saja aku duduk, ketiga seniorku yang mempunyai jabatan tinggi di OSIS itu datang ke ruangan. Mereka adalah Kak Bagas, Ketua OSIS yang terkenal alim dan ganteng, Kak Aldo, Wakil ketua OSIS dan Kak Chika, sekretaris OSIS yang terkesan judes. "Apa di sini ada yang bernama Azalea dan Dimas?" ucap Kak Chika dengan nada meninggi.  Lantas aku mengangkatkan tanganku. Aku terbelalak kaget melihat cowok yang mengangkat tangannya ternyata dia yang menabrakku tadi. Jadi selama ini dia satu ruangan denganku? "Azalea, Dimas kalian ke depan!" ucap Kak Aldo mengintruksi. Mau tidak mau pun aku maju ke depan dan berdiri di samping cowok menyebalkan itu.    "Apa kalian tahu, alasan saya menyuruh kalian ke depan?!" tanya Kak Aldo. Kami menggelengkan kepala karena tidak tahu. "Saya menyuruh kalian ke depan karena kalian tidak disiplin!" tegas Kak Aldo. "Apa yang telah dilakukan oleh Azalea maupun Dimas itu sudah melanggar tata tertib sekolah ini, jadi kalian jangan seenaknya datang terlambat ke sekolah!" lanjut Kak Chika dengan mimik muka judesnya. "Coba Azalea, Dimas kalian jelaskan pengertian disiplin bagi siswa!" kini Kak Bagas ketua OSIS yang bicara, sambil menatap ke arahku dan Dimas. Aku dan Dimas alias cowok menyebalkan itu saling pandang. "Gue baru tahu, cewek rese terlambat, karena lo rese, lo harus jelasin tuh pengertian disiplin sama tuh senior!" bisik Dimas di samping telingaku. "Heh, cowok nyebelin! Telinga lo budeg ya? Lo juga datang terlambat, jadi otomatis lo juga harus menjelaskan pengertian disiplin itu sama senior! Oh gue tahu, lo gak bisa ya?" ucapku terkekeh seraya meledeknya. Kak Bagas mendekat ke arah kami. Kontan aku menundukan pandangan. "Ekhem ... di sini saya meminta kalian buat menjelaskan pengertian disiplin bagi siswa bukan buat mengobrol!" tegas Kak Bagas. "APA KALIAN GAK BISA MENJELASKAN PENGERTIAN DISIPLIN KEPADA TEMAN-TEMAN KALIAN?!" ucap Kak Bagas lagi dengan suara meninggi. Aku sangat takut mendengar suara Kak Bagas yang keras itu sehingga aku hanya menunduk. "Gue bisa!" balas Dimas. Sontak membuatku kaget dan menatap ke arahnya. "Disiplin merupakan suatu kondisi yang terbentuk dari proses dan serangkaian perilaku yang menunjukan nilai ketaatan, kepatuhan, dan ketertiban. Dengan adanya kedisiplinan di sekolah diharapkan mampu menciptakan suasana lingkungan belajar yang nyaman dan tentram di dalam kelas. Siswa yang disiplin yaitu siswa yang biasanya hadir tepat waktu, taat terhadap semua peraturan yang diterapkan di sekolah, serta berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku." jelas Dimas, hingga membuat semua teman-teman MOS di ruangan ini sangat takjub dengan penjelasannya dan memberikan tepuk tangan yang meriah. "Ya, saya akui kamu bisa!" ucap Kak Bagas. Aku tidak menyangka cowok menyebalkan itu bisa. "Sekarang giliran kamu Azalea! Tapi saya minta penjelasan kamu berbeda dengan Dimas!" ucap Kak Bagas. Aku pun mengangguk. "Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh dalam melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung jawabnya atau dengan kata lain suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan tanggung jawab sudah seharusnya dilakukan. Misalnya, bagi seorang siswa mempunyai tanggung jawab yang harus dilakukan di sekolah seperti siswa datang tepat waktu dan selalu mengumpulkan tugas tepat waktu. Hal ini merupakan salah satu contoh bahwa disiplin seorang siswa memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa tersebut, karena disiplin siswa memberikan dampak terhadap proses pendidikan yang diikuti oleh siswa dalam kelas." jelasku. Yang disambut tepuk tangan yang meriah dari teman-temanku. "Baik, Azalea dan Dimas saya rasa kalian sudah mengetahui pengertian disiplin itu sendiri. Jadi saya minta, untuk ke depannya kalian gak boleh terlambat atau melanggar tata tertib sekolah. Kalian sudah tau kan peraturan sekolah ini?" ucap Kak Bagas. Kami pun mengangguk. "Yasudah kalian boleh duduk ke tempat masing-masing." lanjut Kak Bagas. ***        Matahari mulai meninggi, cuaca siang ini cukup panas. Usai salat zuhur bersama, semua peserta MOS berkumpul di lapangan basket akan ada pengumuman penempatan Jurusan kelas IPA atau IPS untuk kelas X baru. Aku sangat senang karena mendapatkan Jurusan IPA dan mendapatkan kelas X IPA 1. Tidak hanya itu, aku juga senang karena tidak satu kelas dengan Dimas. Aku mendengar nama Dimas mendapatkan kelas X IPS 1. Aku pun melirik ke arah Dimas yang berdiri di belakangku. "Akhirnya gue gak satu kelas sama lo." kataku senang. "Idih ... gue juga ogah satu kelas sama lo! Yang ada nanti darah tinggi deket-deket sama lo cewek rese!"balasnya. "Dimaaaaasssss!!" teriakku sambil melotot ke arah Dimas. Sehingga teman-teman yang lain langsung melihat ke arah kami. Tiba-tiba pembina OSIS menghampiri kami. "Azalea! Dimas! Maju ke depan!" seru Pembina OSIS. Lagi-lagi Aku mendapatkan hukuman, Oh Tuhan ... menyebalkan sekali! Aku dan Dimas disuruh berlari mengelilingi lapangan basket sebanyak lima putaran. Sementara siswa-siswi yang lain dibolehkan untuk pulang. Aku mengurucutkan bibirnya saat Dimas terus menerus menertawakanku.  "Memangnya ada yang lucu ya?" tanyaku kesal. Bukannya menjawab pertanyaanku, Dimas terus-menerus menertawakanku, membuat semakin kesal. Dia tidak gila bukan? aku pun mencubit tangannya dengan keras. "Aww ... lo selain rese ternyata galak juga ya!" ucap Dimas sambil mengelus-ngelus tangan kirinya. "Memang iya gue galak! Puas lo?" ucapku menatap tajam ke arahnya. "Galak, rese dan lucu hahaha..." "Lucu?" Aku mengernyit bingung."Apanya yang lucu?" tanyaku lagi tidak mengerti. "Muka lo itu polos kek anak TK hahaha..." jawab Dimas. "Dimaaaaassssss!!"Aku kembali mencubit tangan Dimas dengan keras karena kesal. "AZALEA! DIMAS! SINI!" teriak Pembina OSIS. Aku dan Dimas saling pandang, kemudian kami pun datang mendekat. "Ada apa, pak?" ucap Dimas. "Hukuman kalian selesai, sekarang kalian boleh pulang." "Terima kasih Pak." jawab kami serempak.        Hari terakhir MOS yang sangat menyebalkan bagiku. Sungguh demi apapun, aku benci hari ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD