Part 6

2166 Words
Part 6 "Lo udah gak sayang sama gue lagi? "tanya seorang lelaki berwajah garang pada sosok di sampingnya yang sibuk membaca soal ditangannya. Sosok di sampingnya tak menjawab pertanyaannya membuatnya kesal. " Devan! "sentak laki-laki itu yang sudah mulai emosi. Sosok itu yang sedang fokus membaca soal tadi terkejut dan menatap tajam ke arah laki-laki di sampingnya. " Lo ngapain nganggu gue sih Ken? "tanya Devan sambil membalikkan lembaran soal di tangannya ke halaman baru. " Lagian gue ngomong gak pernah lo denger, gue nanyain lo malah lo diem,"Kenzo menangkup tangannya dan menatap ke depan. Di malam hari mereka berdua berada di lapangan basket perumahan yang letaknya tak jauh dari rumah mereka berdua yang mana memang rumah kedua orang tua mereka berdekatan. Bedanya jika sekolah, Devan kost tapi ia sesekali ke rumah ibunya juga sebab rumah Devan sangat jauh menuju ke sekolahan sedangkan Devan suka jalan kaki ketika berangkat sekolah membuat ibunya memperbolehkan Devan untuk nge-kost sedangkan Kenzo tidak ngekost tapi hampir setiap hari ke kost-kost'an Devan namun saat sekolah keduanya pura-pura tak saling kenal. "Udahlah diem aja, gak usah tanya aneh-aneh! "suruh Devan tanpa menatap Kenzo. " Lo kok ngomong gitu sih? "tanya Kenzo seraya menarik tangan Devan hingga membuat Devan langsung menatap tajam padanya. " Apaan sih Ken! "sentak Devan sambil berusaha melepaskan tangan Kenzo yang memegang tangannya kuat. " Lo jawab dulu! " " Tingkah lo kayak anak kecil gini bikin gue muak tau gak?! "bentak Devan sambil menyentak tangannya dan hampir membuat Kenzo tersungkur. Devan beranjak berdiri disusul pula oleh Kenzo, keduanya saling menatap tajam satu sama lain. " Apa karena cewek itu kan? "tanya Kenzo dengan suaranya yang lantang. " Cewek siapa? " " Apa dia teman masa kecil lo? "tanya Kenzo dengan tatapan memintidasi. " Hah! Gak mungkin lah. "Devan berusaha menetralkan degub jantungnya yang tak beraturan ketika paham arah pembicaraan Kenzo apalagi ini mengenai masa lalunya itu. " Kok lo bisa tau jik--" "Iyalah gue tau semuanya, lo kira gue bodoh apa? "Kenzo memotong ucapan Devan secara cepat. " Lo gak inget janji lo dulu apa? "tanya Kenzo yang kini wajahnya memerah marah. " Janji apa Zo? "tanya balik Devan yang masih belum paham. " Lo bakal sama gue seterusnya kan? "tanya Kenzo lagi dengan tatapan memohonnya. " Entahlah Ken, gue gak bisa mikir tentang itu." raut wajah Devan nampaknya sangat malas, terlihat jelas jika lelaki itu ingin segera pergi dari tempat ini. "Lo b******k! "Kenzo langsung membogem salah satu sisi pipi Devan hingga membuat Devan terjatuh karena terkejut. " Lo kenapa mukul gue Ken? "Devan pun langsung berdiri dan menghadap ke arah Kenzo. Kedua orang itu sama-sama saling menatap tajam satu sama lain. " Lo yang buat gini Dev! Lo yang buat gue jadi suka sama lo! LO BAHKAN YANG BUAT GUE GAY! "teriak Kenzo merasa frustasi bahkan kini ia mendorong tubuh Devan namun Devan bisa menyeimbangkan tubuhnya agar tak tersungkur ke belakang. " Sorry Zo, gue tau gue salah waktu itu. Gue gue--"Devan tak bisa melanjutkan ucapannya, bibirnya terkatup rapat serta tangannya mengacak-acak rambutnya. "Gue gak bakal mau pisah, gue pengen tetep sama lo Devan! "setelah itu Kenzo berlari keluar dari lapangan basket lalu menaiki motor besarnya dan pergi meninggalkan Devan yang meneriaki namanya. " Arghh sialan! "Devan juga merasa khawatir sebab sifat Kenzo itu sangat kanak-kanak sekali. Devan pun kembali pulang ke rumah ibunya dan pastinya besok ia membolos dan mencoba meminta maaf pada Kenzo. Ini semua kesalahannya dan wajar saja jika Kenzo marah padanya. ... Seorang lelaki remaja merasa kacau sedang mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, ia tak pedulikan beberapa orang yang meneriakinya mungkin mereka mengira jika dirinya ikut balapan liar. Kedua matanya memerah karena amarahnya semakin naik bahkan wajahnya pun merah padam. Kedua mata hitam yang tajam menatap lurus ke depan tapi saat tiba-tiba seseorang akan menyebrang jalan... Cittttttt~ Ya, lelaki mengerem motornya secara mendadak saat ada seorang gadis remaja yang seumuran dengannya menyeberang asal di hadapannya. Lelaki itu langsung melepaskan helm full facenya lalu turun dari motor besarnya. "Ck! Lo kalau nyebrang dilihat dulu! Mata lo gak buta kan? "sentak lelaki bernama Kenzo, sedari tadi sudah emosi kini makin emosi lagi di depan gadis remaja yang tengah menundukkan kepalanya ketakutan. " Maaf tadi gue reflek nyebrang, gue ngusir kucing yang tidur di tengah jalan, gue hanya takut kucing itu ketabrak kendaraan yang lewat. "tubuh gadis itu mulai bergetar tapi itu tak membuat emosi Kenzo luntur atau merasa kasihan pada gadis itu. " Tapi yang lo lakuin bahaya congek! Keselamatan diri lebih penting! Apalagi gue, gue bisa jadi jatuh karena lo juga njing! "keluar sudah kata-kata kasar yang dilontarkan dari mulut Kenzo. " Yaya gue minta maaf, "ucap gadis llau mendongak menatap polos pada Kenzo. Kenzo mendecih lalu berjalan menuju motornya dan melajukan motornya dengan kecepatan tinggi lagi tak memperdulikan gadis tadi tengah meneriakinya. " Eh eh! Anting lo jatuh! "teriak gadis itu sambil mencak-mencak di tempat dirinya berdiri. " Haduh! Gue takut kena masalah nih! "gadia itu menggigit bibir bawahnya bingung. " Ternyata Kenzo galak juga ya, si kapten basket yang terkenal cueknya itu, "gumam Gadis itu yang mana ia mengenali lelaki tadi tapi Kenzo tak mengenalinya. " Tapi ini anting mahal lhoh, kayaknya dari Korea emm kpop-kpop gitu eh bentar-bentar, emm bagus juga! "pekik gadis itu berbicara sendiri ketika menatap anting itu disertai senyuman lebarnya. ... Pagi hari sekali Fio datang memakai seragam olahraga karena di hari ini sekolah mengadakan acara kerja bakti dan per kelas akan dilombakan. Fio tidak seperti anak lain yang memakai seragam olahraga sekolah melainkan memakai kaos oblong berwarna hitam serta training berwarna hitam putih. Setelah memakirkan motor ninja andalannya kini Fio bersantai di bawah pohon serta menunggu kedatangan Resha di tempat itu. Matanya menelisik sekitar sekolahan yang nampak ramai sebab sudah dimulai acara kerja bakti ini, tak mungkin bagi Fio mengikuti acara seperti itu sebab kamarnya saja tak pernah ia bersihkan kenapa harus susah-susah bersihin kelasnya yang memang sudah bersih? "Fiooooo! "suara cempreng itu membuat Fio langsung menampar pipi orang itu, bagaimana tak kaget orang itu berteriak tepat di samping telinganya. "Bisa gak sih? Gak usah teriak-teriak." Fio menatap tajam Resha yang kini meringis merasakan pipinya yang panas. "Sakit Fiooo, tangan lo tajam, ishh ngeri! "Resha bergidik ngeri menatap tangan Fio yang terlihat berurat layaknya orang pertarung. " Rasain sendiri cari gara-gara sama gue. "Fio pun beranjak berdiri dari duduknya serta mengibaskan celana belakangannya yang kotor terkena tanah. " Mau kemana Fi? "Resha pun juga ikut berdiri. " Jalan-jalan,"balas Fio singkat. "Kemana? Ikut! "teriak Resha lagi kala Fio berlari kecil menuju lapangan basket entah gadis itu akan pergi kemana. " Lo bukannya panitia lomba? " " Iya sih, tapi nanti dulu deh. " Kedua gadis remaja itu berjalan-jalan melihat-lihat sekitar kelas yang nampak dibersihkan lalu langkah Resha berhenti mendadak disertai pekikan dari mulutnya kala melihat sosok yang dikenali lewat di hadapannya. "Kenzo! "Teriak Resha semangat lalu berlari kecil menuju laki-laki tampan itu yang tengah bersama ketua pmr sekolah ini. Fio yang tadinya ingin memaki-maki Resha diurungkan lalu maniknya melihat apa yang dilakukan temannya itu pada laki-laki menyebalkan di sana. "Kenzo ini punyamu kan? "tanya Resha pada laki-laki bertindik itu di hadapannya. Laki-laki bernama Kenzo itu menaikan sebelah alisnya bingung menatap seorang gadis berwajah ceria itu di depannya. Kedua mata Kenzo membulat melihat sebuah anting miliknya ditangan gadis itu dan langsung saja ia mengambil anting miliknya itu. "Lo maling ya? "Kenzo menatap tajam gadis yang dikenalinya itu dan sepertinya mengingat jika sempat bertemu kemarin malam. Resha tertegun mendengar ucapan Kenzo, ia memang gadis yang mudah baper dan sifatnya cenderung anak-anak. Kedua mata Resha berkaca-kaca dan kepalanya menggelengkan pelan. "Gue bukan orang kayak gitu kok. " " Halah alay, gitu doang nangis! "bentak Kenzo lalu pergi meninggalkan Devan serta Resha di tempat itu. Devan menghela napasnya pelan lalu berkata," Aku mewakili ucapan Kenzo, terima kasih. " Devan tak sengaja bertemu pandang pada sosok gadis yang berdiri tak jauh dari sini tapi ia pun langsung berlari kecil menyusul Kenzo yang sedang emosi. Resha mengusap air matanya kemudian ia membalikkan tubuhnya dan ternyata Fio sudah berada di belakangnya. "Lo diapain sama tuh cowok tengil? "tanya Fio dengan wajahnya yang datar namun hatinya merasa khawatir pada temannya satu itu. Resha hanya berteman dengan Fio, Resha memiliki sifat yang terlalu kekanak-kanakan membuat beberapa murid kelasnya tak mau berteman dengannya dan terlihat risih. "Gapapa kok Fi. " Resha tersenyum tipis, hanya Fio yang mau berteman dengannya walau sifatnya sangat galak. ... Devan, kedua tangan laki-laki itu tampak bergetar kala menarik sebuah kertas yang diselipkan dilokernya, di tengah kertas itu berlumur darah segar dan itu benar asli darah sebab berbau anyir. Devan bergidik ngeri lalu ia buang kertas itu di tempat sampah yang letaknya di samping loker. Di koridor ini memang disediakan loker untuk murid-murid menyimpan barang milik mereka. Bulu kuduk Devan berdiri kala melihat sekitar koridor ini yang nampak sepi lalu ia menatap isi lokernya dan ya benar dugaan Devan. Kertas putih bertuliskan 'GUE BENCI AYAH LO!' Tulisan itu berwarna merah dan juga dari darah membuat Devan langsung membuang ke tempat sampah. Devan bingung dan merasa marah pada seseorang yang menerornya ini. Tangan Devan memukul dinding di sebelah lokernya hingga berbunyi benturan keras tak peduli jika tangannya berdarah. "SIALAN NJING! SIAPA PELAKUNYA! KELUAR LO! "teriak Devan dengan suaranya yang mulai serak. Urat-urat lehernya menonjol sangat jelas membuktikan jika dirinya benar-benar sangat marah besar. Baru pertama kali dirinya diteror bahkan itu isinya tentang ayahnya. Memangnya apa yang dilakukan ayahnya di masa lalu? Hingga membuat dirinya diteror semenakutkan ini. Devan juga membenci ayahnya karena perbuatan ayahnya yang membuat dirinya menjadi begini. Orang gang meneror dirinya pun juga nampak membenci ayahnya. Devan ingin tau siapa pelaku peneror ini dan pastinya itu salah satu diantaranya warga sekolah sini. Dari kejauhan sana dibalik dinding itu terdapat seorang lelaki bertopi sekolah menatap Devan dengan tatapaj rasa bersalahnya. "Maafin gue, telah berkhianat. "laki-laki itu pun pergi setelah melakukan semuanya. Disisi lain... Napas Devan memburu dengan kedua tangannya terkepal kuat kemudian ia berjalan cepat pergi dari koridor ini, ketika berada di persimpangan koridor lelaki itu tak sengaja menubruk seseorang hingga membuat orang itu terjatuh. Devan yang tadinya ingin memarahi orang itu seketika diurungkan kala melihat seorang gadis yang ia kenali. "Fio? "Devan pun membantu gadis itu yang terduduk di lantai akibat tabrakan dengannya. " Gak usah! Gue bisa sendiri! "Fio menepis tangan Devan lalu berdiri sendiri. Devan tertegun melihat sikap Fio padanya tapi ia sadar jika Fio memang belum mengenalinya dan ia yakin jika Fio adalah teman masa kecilnya dulu. Perasaan Devan yang emosi tadi kini menghilang digantikan dengan perasaan yang ingin tau. "Eh jangan pergi! "Devan menarik tangan Fio yang tadinya gadis itu akan pergi. " Aku ingin berbicara denganmu sebentar. " ... " Kamu itu ya di sekolahan mahal-mahal tapi tetap seperti ini! Mau kamu apa hah? Papah rugi besar kalau kamu tetap jadi anak bandel seperti ini! Bikin papah malu aja kamu ini! "seorang pria paruh baya berbicara tegas dan penuh emosional pada anak gadisnya di hadapannya. Anaknya tengah menundukkan kepalanya takut-takut padanya. " Siska! "bentak papahnya lagi membuat Siska yang tadinya menangis pun berhenti. Kedua orang itu berada di parkiran mobil dengan Siska yang tak pakai seragam olahraga melainkan pakaian santai untuk keluar atau jalan terlihat gadis itu memakai celana jeans dan baju biasa yang memperlihatkan lengan tangannya berkulit putih mulus. "Lihat ini! Lihat nilai kimiamu jelek! Bagaimana kamu akan meneruskan perusahaan parfum papah jika nilaimu jelek semua?! " " Tapi pah, aku memang gak bisa pelajaran anak ipa, aku dari dulu minat smk pah bukan sma. " " Halah! Kamu mau jadi salon? Salon itu bayarannya kecil tak sebanding jika kamu berada di perusahaan papah! " " Pah aku itu mau bekerja pakai usaha sendiri bukan langsung dapet kerjaan dengan gaji yang besar. " " Dasar anak pembangkang! "Papahnya menamparnya dengan keras dan itu sukses membuat Siska meringis kesakitan. Itulah yang tidak disukai Siska, papahnya suka bermain kasar bahkan almarhum mamahnya pun pernah dipukuli hingga sakit dan berakhir meninggal. Papahnya kejam membuat Siska menjadi anak pembangkang sebab ia pun merasa tertekan dengan kondisi ini. "Anak pembawa sial! Kenapa kamu tak menyusul mamahmu di alam sana hah! "Paaohnya kembali menaikkan tangannya untuk menamparnya lagi tapi suara seseorang yang baru saja datang itu menghentikan aksinya. " Kau siapa? Berani-beraninya menghentikanku hah! "bentak papah Siska pada sosok laki-laki berkaca mata yang kini berada di depannya yang otomatis Siska berada di belakang laki-laki itu. " Jangan kasar dengan anak sendiri pak! Kasihan anak bapak apalagi anak bapak itu perempuan. Perempuan itu dijaga pak bukan dikasari. Dia anak bapak kenapa bapak malah memukuli? "sentak lelaki remaja tersebut menatap tak terima apa yang dilakukan pria paruh baya itu pada Siska walau laki-laki itu tau jika orang di hadapannya itu adalah orangtua Siska. " Halah omong doang kamu!"Pria paruh baya itu melirik tajam pada laki-laki itu serta Siska pun juga mendapatkan lirikan tajam kemudian pria paruh baya itu pergi meninggalkan tempat ini dan masuk ke dalam mobil mewah berwarna hitam mengkilap. Laki-laki itu menghembuskan napasnya lega lalu ia membalikkan badannya dan menatap sendu pada Siska yang tengah menangis. "Tenang Siska, ada aku di sini. "Laki-laki itu memeluk Siska dengan erat dan yang membuat laki-laki itu senang adalah Siska membalas pelukannya. " Gue takut. " ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD