Part 7

1972 Words
Part 7 "Apa kamu inget aku? "tanya Devan menatap penuh harap pada Fio yang duduk di sebelahnya. " Lo sapa ya? "tanya Fio balik yang masih belum paham apa yang dikatakan Devan padanya. " Aku Epan, Iyo. "Devan tersenyum manis menambah kadar ketampanan. Fio menatap sinis pada laki-laki itu yang sok kenal dan sok dekat padanya. " Gue gak percaya!"Fio pun beranjak berdiri dari duduknya membuat Devan langsung ikut berdiri dan menarik tangan Fio agar tak pergi. "Aku serius Iyo, aku gak bohong! " " Apaan sih lepas! Dan satu lagi, temen gue udah mati! "Fio menatap nyalang pada lelaki itu sambil telunjuknya menujuk tepat di depan wajah Devan. Devan menggelengkan kepalanya kala mendengar ucapan nada ketus dari Fio. " Lepas! "Akhirnya Devan melepaskan tangan Fio. Fio melirik tajam tepat pada manik kedua mata Devan lalu segera menjauh dari laki-laki asing yang mengaku teman lamanya yang sudah meninggal menurutnya. Devan menatap sendu punggung Fio yang kian menjauh meninggalkan dirinya yang masih duduk di tempat duduk koridor dekat loker. Di lain sisi "Hiks hiks, dia udah mati. Gue benci sama dia! "teriak Fio dengan suaranya yang parau. Saat ini dirinya berada di rooftop, baru kali ini ia pergi ke rooftop saat di sekolah ini berbeda dengan sekolahnya yang lama yang seringkali ke rooftop saat ingin membolos pelajaran. Fio pun berjalan menuju tembok pembatas dan menangis kala mengingat  teman masa kecilnya. "Kenapa sih lo bohongin gue? Lo janji selalu ada di samping gue, tapi kenapa lo malah mengkhianati gue! " " Woy kalau mau bunuh diri jangan di sini! "teriak seseorang dari belakang. Fio yang mendengar suara teriakan itu pun langsung membalikkan badannya ke belakang yang menurutnya orang itu sangat menganggu sekali. " Siapa juga yang bunuh diri? Eh elo! "pekik Fio seraya kedua matanya melotot menatap sosok laki-laki yang ia kenali. Laki-laki itu tengah duduk santai di atas sofa yang terlihat bersih sambil merokok dan laki-laki itu juga tengah menatapnya kaget. Intinya kedua orang itu sama-sama terkejutnya. "Ck! Lo nganggu aja di sini! Pergi lo! "bentak laki-laki itu pada Fio. " Emang ini sekolah punya lo apa? "tanya Fio yang juga dengan nada tinggi. " Lo nggangu! " " Lo juga ngganggu! " Fio pun berjalan cepat mendekat ke arah laki-laki itu dan langsung menjambak rambut laki-laki tersebut hingga membuat laki-laki itu berteriak kesakitan. Laki-laki itu tak tinggal diam, ia membuang rokoknya asal lalu ia berdiri dengan rambutnya yang masih dijambak oleh Fio. Laki-laki itu memegang tangan gadis itu dengan kuat, Fio tak menyerah dan tetap mencoba menjambak rambut laki-laki itu. "Gak bisa kan lo? "laki-laki itu menatap Fio sinis. Fio terlihat kewalahan tapi gadis itu tetap tak menyerah. Fio tersenyum sinis klalu ia berusaha menggigit tangan laki-laki itu membuat laki-laki itu bergerak tak nyaman. " Sialan lo! "laki-laki itu melepaskan tangannya yang mencengkram Fio kala tangannya digigit kuat oleh Fio. " Hahah rasain! Emang enak hah?  "Fio tertawa mengejek menatap remeh laki-laki penganggu itu. " Huh! Lo pikir gue nyerah hah! Nih rasain! "Laki-laki itu mendorong Fio sambil mencengkram bahu Fio. Fio yang belum siap apa-apa pun terjatuh di sofa membuat laki-laki itu terjatuh di atas tubuhnya. Posisi mereka sangat intim sekali di mana laki-laki itu menindih tubuh Fio serta wajah keduanya sangat berdekatan sekali. Laki-laki itu nampak merubah ekspresinya dari yang tadi terlihat garang kini tertegun menatap manik gadis itu, bola mata gadis itu yang sangat begitu indah dan seperti pernah menemui manik tersebut. "Kenzo? "panggil seseorang yang baru saja datang ke rooftop ini. Kedua orang berbeda jenis kelamin itu kompak menoleh menatap seseorang yang kelihatannya baru saja datang ke tempat ini. " Devan! "laki-laki yang menindih Fio pun langsung buru-buru berdiri dan menatap Devan dengan rasa bersalahnya. Laki-laki yang baru saja datang itu Devan, ia menatap kedua orang itu bergantian lalu membalikkan badannya sebelum itu ia sempat berucap. " Maaf gue nganggu. " " Dev! Devan! "Teriak Kenzo yang langsung berlari kecil menyusul langkah kaki Devan yang pergi dari tempat ini. Fio tercengang dengan apa yang baru saja terjadi. " Sialan! Kenapa gue bisa deketan sama laki-laki gay tadi! "Fio mengusap tangannya kasar dan tak terima apa yang terjadi tadi. Apalagi kini Fio nampak kedua sisi pipinya memerah merona malu. "Gue malu bangs*t! "Fio mengusap kedua sisi pipinya. ... Satu tahun yang lalu... Seorang lelaki remaja tengah mengendarai mobil mewah yang masih baru di kawasan yang terlihat sepi sangat sepi, tapi ia nampak santai saja dan tak takut di kawasan yang biasanya terdapat geng motor yang suka merampok pengendara mobil. Suasana hati laki-laki itu tengah sangat senang ketika orang tuanya menghadiahi mobil mewah yang diimpikannya dan oleh karena itu ia mengajak mobilnya itu berkeliling di kota tanah kelahirannya ini. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh sekelompok geng motor yag berjumlah enam orang mengepung mobilnya padahal kecepatan mobilnya sangat tinggi tapi mereka masih bisa mengejar mobilnya. "Bangs*t! "geram laki-laki itu di dalam mobilnya yang otomatis ia hentikan. Beberapa perampok itu tampak mengeluarkan senjata tajam masing-masing dan terlihat tertawa senang mendapatkan mangsanya malam ini. " Keluar! "teriak para perampok itu dari luar mobilnya. Laki-laki itu tampak mengerti betul apa yang mereka minta tapi ia tetap diam saja di dalam mobil, ia sangat takut ketika melihat salah satu dari mereka ternyata membawa sebuah pistol dan itu ditondongkan ke arahnya. "Keluar! "mereka terus-terusan berteriak memintanya untuk turun tapi laki-laki tersebut masih kekeuh untuk tetap di dalam mobil. Mendapati si pemilik mobil yang tak keluar juga dari dalam mobilnya. Para perampok itu langsung berjalan mendekat pada mobil mewah keluaran terbaru itu dan menggendor kata mobil itu hingga membuat laki-laki remaja di dalam sana semakin ketakutan. "Gak! Ini mobil baru gue! Jangan! "Laki-laki itu mengkode mereka untuk berhenti tapi percuma saja mereka adalah para pencari uang dengan cara yang tak lazim. Dari arah depan mobil terdapat cahaya yang sepertinya motor  berhasil menghentikan para perampok tadi yang tengah menggedor-gedor mobilnya. Motor itu berhenti tepat di depan mobil mewah. "Woy kalian! "teriak seseorang yang menunggangi motor besar itu. Para perampok tadi terlihat saling pandang bingung dan terlihat kesal ada yang menganggu aksi mereka. " Kau siapa?! Menganggu saja! "teriak salah satu perampok itu. " Gue orang! Napa lo! Takut kalau gue setan hah! "teriak orang itu yang nampaknya tidak takut sama sekali pada para perampok itu padahal para perampok itu membawa beberapa senjata ditangan mereka masing-masing. " Kau berani huh! "teriak salah satu perampok itu yang mulai berjalan mendekat ke arahnya. " Sepertinya dia perempuan! "sahut yang lain yang dibalas tertawa mengejek teman-temannya pada pengendara motor itu. " Kalau gue cewek,  terus kalian apa? Banci kecebong, iya? "gadis yang masih memakai helm full face itu terlihat pula tertawa meremehkan. " Turun gak kau! "bentak orang yang tengah mendekat ke arahnya. " Ashiap pak! "gadis itu turun dari motornya dan masih memakai helm full facenya berwarna hitam, sama seperti warna motornya. Bruk! Gadis itu sangat gesit dan menendang  kuat salah satu pria paruh baya yang mendekat ke arahnya tadi dengan tiba-tiba hingga membuat tubuh pria tua itu jatuh ke atas aspal yang dingin. Pria itu terlihat menjerit kesakitan kala kakinya diinjak kuat oleh gadia itu. Para perampok yang lain terkejut dan marah mereka meluap tak terima apa yang dilakukan gadis itu kepada temannya. "Semua mendekatlah! "tantang gadis. Lalu para perampok itu mendekat ke arah gadis itu dan langsung mengepung gadis itu tapi mereka tampaknya meremehkan jika gadis itu tak bisa melawan mereka padahal gadis itu memiliki keahlian bela diri yang handal dan memukul mereka dengan cepat. Sedangkan lelaki remaja tadi yang masih di dalam mobil itu keluar menatap kagum seorang gadis yang bisa melumpuhkan para perampok tadi tetapi saat gadis itu usai sudah melawan para perampok yang ternyata masih terbawa pengaruh alkohol, salah satu dari perampok itu menondongkan sebuah pistol membuat lelaki remaja itu keluar dari mobil dan berlari ke arah pertarungan tadi sambil menjerit ketakutan ketika kedua matanya melihat pistol itu ditodongkan tepat di hadapan gadis itu. "Ck! Alaya banget! "gadis itu melihat lelaki remaja yang seolah-olah melindunginya padahal laki-laki itu tengah ketakutan. " Gak usah jadi pahlawan kemalaman aelah! "Gadis itu mendorong tubuh laki-laki itu ke samping lalu menatap tajam perampok yang menondongkan pistolnya ke arahnya. " Halah pistol gak ada peluru aja, coba-coba nakutin gue! "Gadis itu melompat dan memutarkan tubuh bersamaan kakinya menendang tangan perampok itu yang membawa pistol. Pistol itu terpental sangat jauh, perampok itu bergetar ketakutan lalu berlalu sempoyongan pergi dari tempat ini. Gadis itu merenggangkan ototnya yang terlihat lelah padahal besok ia harus pergi ke rumah di luar kota. Ia berada di sini karena suruhan mamahnya untuk ikut ayah tirinya tapi ayah tirinya tak bisa pulang hingga membuat dirinya pulang sendirian menaiki motor milik adik sepupunya. "Em hay? "laki-laki remaja itu mencoba menyapa gadis itu yang wajahnya masih tertutup helm full face. " NORAK! "teriak gadis itu lalu ia berjalan menuju motor besarnya dan menyalakan mesin motor itu. " Cuih! Galak! "lelaki remaja itu meludah ke samping, tatapannya tajam menatap gadis itu saat gadis membuka sedikit kaca helmnya. " Terima kasih! "sindir gadis itu yang kemudian menjalankan motornya pergi meninggalkan tempat itu yang telah membuang tenaganya. " Dia mempunyai mata yang teduh tapi galak banget, gak cocok sama matanya yang indah. "ya laki-laki sempat melihat manik mata gadis itu yang ternyata memiliki bola mata yang indah. " Keren juga. " " Tapi masih keren gue! "laki-laki tertawa senang tapi saat kedua matanya menatap para perampok tadi yang masih terkapar pun dengan cepat ia berlari dan masuk ke dalam mobil. Ia menjalankan mobil dengan kecepatan yang sangat tinggi, pergi segera dari tempat laknat ini. ... " Tumben lo diem? "sindir Devan menatap sinis pada Kenzo. " Serah gue diem apa enggak. "Kenzo langsung merebut gelas yang baru saja dipesan oleh Devan. " Ishh apa-apaan sih ngerebut minuman gue! "bentak Devan tak terima. " Salah lo sendiri yang ngebuat gue buat ulah lagi! " Devan pun akhirnya memilih diam sedangkan Kenzo menyisahkan sedikit minuman tadi kepada Devan. Sungguh Kenzo sangat menyebalkan sekali tapi Kenzo juga sangat menyenangkan baginya, kedua laki-laki tampak santai saja duduk di warung dekat kos rumah Devan. "Berdua mulu, kapan dua abang ini punya cewek? "tanya seorang wanita paruh baya, pemilik warung kopi ini. Dua lelaki remaja itu tampak gelapan sendiri diberi pertanyaan seperti itu. Bukan hanya sekali saja pemilik warung itu menanyai itu tapi sangat sering hingga biasanya membuat dua orang lelaki remaja itu sangat malu ketika makam di sini. Tapi di warung inilah tempat ternyaman Devan kala makan berbeda dengan Kenzo yang lebih memilih makanan yang harganya selangit tapi hanya dapet secuil makanan saja. "Ah budhe ini, ya gimana ya budhe masih belum dapet jodohnya. "Devan menggaruk tekuk lehernya yang tak gatal. " Iya budhe udah berdoa kok pastinya!"sahut Kenzo tersenyum ramah. Ya sebenernya laki-laki itu tak selamanya terlihat garang tapi ia akan terlihat berbeda kala sedang akur dengan Devan, kekasihnya. "Yee berdoa mulu, ya berusaha dicari dong! Masih banyak cewek cantik-cantik gitu kok! Apalagi sekolah kalian, anak budhe aja udah dapet pacarnya cantik kebulean gitu. "logat jawa yang khas dari pemilik warung ini menambah kesan ramah dari beberapa pengunjung di sini. Mereka kompak mengangguk saja dan berterima kasih saat makanan yang dipesan tadi sudah matang dan diletakkan di atas meja depan mereka berdua. Kenzo melirik Devan yang ternyata raut wajah Devan terlihat sedih seperti memikirkan sesuatu. Kenzo menghela napasnya pelan sebab ia paham betul apa yang dipikirkan Devan saat ini. Tangan Kenzo itu memegang erat telapak tangan Devan yang berada di bawah meja. "Kenzo,"lirih Devan menatap Kenzo bingung. "Tolong jangan ninggalin gue! "suara Kenzo yang terlihat parau. Devan menatap sekitar warung ini yang nampak makin terlihat ramai lalu Devan melepaskan tangan Kenzo membuat hati Kenzo makin sedih. Kenzo tak terima dengan kenyataan ini dimana hubungan sesama jenis selalu dipandang sebelah mata jika ada yang tau sedangkan Devan nampak merasa bersalah dan juga merasa jika hubungan ini diteruskan akan menambah dosa. Devan tau jika Kenzo tak mau berpisah dengannya tapi mau tidak mau dan pastinya Devan akan membuat keputusan. Keputusan dimana ibunya sudah tau semuanya. Itulah yang dipikirkan Devan selama ini. ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD