Part 8

1736 Words
Part 8 "Kamu udah tenang kan sekarang? "tanya seorang lelaki berkaca mata kepada gadis remaja yang masih menangis sesenggukkan di sebelahnya. " Hmm. "gadis itu Siska, memikirkan perkataan papahnya tadi membuat ia takut sendiri jika harus pulang ke rumah. " Mau air? Aku ambilkan punyakku. "lelaki itu menarik tas sekolahnya ke hadapannya dan di taruh diatas pahanya. " Gak usah. "Siska merasa gengsi menerima botol berisi air mineral dari laki-laki yang selalu ia bully dan caci maki bersama teman-temannya itu. Ya lelaki berkaca mata itu ialah Noel. " Oh ya udah, aku habisin aja. "Noel mulai membuka tutup botol minumanya sedangkan Siska langsung menoleh menatap botol yang dibawa lelaki cupu itu seraya menegukkan salivanya karena sedari tadi ia menangis membuat tenggorokannya terasa kering. " Ishh mana-mana! "sentak Siska sambil tangannya merebut botol berisikan air mineral ditangan Noel. Noel tersenyum tipis saja seraya kedua matanya menatap Siska yang tengah meneguk habis air mineralnya menandakan jika gadis remaja itu sangat merasa haus sekali. Dengan mudahnya Siska membuang botol plastik itu ke sembarang arah membuat Noel menghela napasnya pelan. Lelaki berkaca mata itu beranjak berdiri dari duduknya, kakinya melangkah menuju botol plastik yang dibuang ke sembarang arah dan botol itu ia ambil lalu ia buang ke tempat sampah. "Sok bersih! "decak Siska yang kini ikut berdiri. " Jangan buang sampah sembarangan. " "Aishh basi!" Noel hanya menggelengkan kepalanya tak menyangka jika gadis itu memiliki sifat yang angkuh dan arogan. Pantas saja papahnya sangat menyeramkan ternyata anaknya pun juga tak kalah menyeramkannya. "Udah sore, kamu gak pulang? "tanya Noel pada Siska. " Entahlah, emang lo mau pulang? Yaudah sana hus hus! Ngapain di sini terus? "usir Siska kasar mengibaskan kedua tangannya pada Noel. " Baiklah, aku pergi dulu. "Noel pun langsung berjalan pelan menuju ke arah gerbang. Sebab sepedanya masih dalam perbaikan entah beli lagi atau diperbaiki. Maminya menyuruh dirinya pulang naik angkot atau gojek. Katanya anak lelaki gak pantas diantar jemput sopir pribadi. Noel menuruti perkataan maminya itu, biarpun anak dari seorang pengusaha terkenal namun Noel tak pernah mengeluh tentang keadaannya. Seperti menaiki angkot yang berdesakkan dengan banyak orang, berjalan kaki pernah dulu saat masih sekolah dasar bahkan sering diejek oleh teman-temannya. Siska mengerucutkan bibirnya maju ke depan seraya tangannya dilipat dan dijadikan sandaran dagunya, matanya menelisik ke sekitar sekolah yang mulai sepi karena hari kian sore menuju maghrib. Siska menatap lelaki cupu itu berdiri di depan halte melalui celah-celah dinding gerbang sekolahan tapi dahinya mengernyit bingung ternyata Noel malah membalikkan tubuhnya dan berjalan masuk kembali ke sekolahan. Siska yang tadinya menatap laki-laki itu pun membuang pandangannya ke arah lain. "Yuk pulang bareng! "ajak Noel pada gadis itu. Siska tertawa sinis menatap Noel yang berdiri di hadapannya itu. " Lo gak ngelawak kan? "tanya Siswa disela-sela ia terlekeh pelan. " Enggak, aku ngajak kamu pulang bareng. Sekolah mau tutup. "Noel menunjuk salah satu satpam yang tengah membawa gembok berkeliling kelas untuk mengunci satu per satu kelas. " Rese lo ah! "akhirnya Siska berdiri dan berjalan mendahului Noel. Sedangkan Noel berjalan di belakang Siska, mengikuti langkah gadis itu pergi. Siska menggigit bibir bawahnya sambil menatap sekitar, ia bukan asli orang Jakarta bahkan ia tak pernah berniat berkeliling di kota ini. Ia liburan saja di luar negeri bukan di Indonesia. Ayahnya memiliki perusahaan parfum terbesar di Cina sedangkan almarhum ibunya berasal dari Malaysia dan dulunya berasal dari keluarga kalangan konglomerat. Ia tinggal di Indonesia bersama ibu tirinya dan itupun ia dilarang sering keluar rumah. Hampir saja Noel menabrak tubuh Siska dari belakang sebab gadis itu berhenti mendadak sekali. "Kamu kenapa? "tanya Noel pada Siska. Siska melirik cemas ke arah lelaki cupu itu dan berkata," Lo ngapain ngikutin gue? Kalau pulang ya pulang sana! " " Yakin kamu bisa pulang sendiri, di daerah sini banyak preman yang suka nyulik anak perawan lhoh? "goda Noel sembari tersenyum miring. Siska langsung mengusap kedua lengan tangannya dan bergidik setelah mendengar ucapan Noel yang membuatnya langsung merinding ketakutan. " Gimana? "tanya Noel lagi. " Lo sengaja nakut-nakutin gue kan? "Siska memukul lengan Noel secara kasar hingga membuat Noel meringis. " Yah terserah kalau enggak percaya. "Noel mengendikkan bahunya tak acuh tapi ia tetap berjalan di samping Siska, si serigala. " Capek! "gerutu Siska sambil membungkukkan badannya kala kedua kakinya terasa lemas berjalan entah kemana. Noel hanya diam saja di samping Siska. Ia tak tega jika harus meninggalkan gadis bermata sipit itu di daerah ini. Ia masih punya hati baik walau seringkali disakiti oleh gadis itu. Apalagi mengingat bagaimana emosi papah Siska sampai main tangan pada Siska membuat hati Noel tersentil. "Lo gak capek apa? "tanya Siska yang tanpa sadar pertanyaan itu seperti mengkhawatirkan lelaki cupu di sampingnya. Noel tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya pelan lalu berkata," Kalau capek istirahat. " " Ishh gerah, bau apek juga. "Siska menghentakan kedua kakinya, ia merasa risih dengan tubuhnya yang terasa sangat lengket sekali. " Pulang ke rumahku aja, mandi dan ganti baju biar gak risih, gimana? "tawar Noel pada Siska. Kedua mata Siska membulat seketika mendengar ucapan Noel itu lalu beberapa detik kemudian ia tertawa mengejek Noel. " Haha paling rumah lo kumuh kan? Iuhh gak level sama gue. "Siska mengibaskan rambut panjang dan bergaya sombong khasnya. Noel hanya tersenyum tipis saja, ia sudah terbiasa mendengar ucapan remehan dari beberapa murid entah kelasnya atau murid dari kelas lain. Noel melihat sepasang sepatunya yang memiliki harga sangat fantastis yaitu sekitar US$ 300, jam US$ 200, jika tas yang dipakai entah harganya berapa tapi sekitar 2 jutaan lebih. Itupun tak ada yang mengetahuinya kecuali sahabatnya alias teman sebangkunya atau benar-benar orang yang tau harga mehong. "Terus mau sampai kapan kamu disini? "tanya Noel pada Siska. "Eh iya deh." Siska menepuk dahinya pelan. "Yaudah deh gue ikut lo aja! "akhirnya Siska pun pasrah, tak mungkin jika ia meminta bantuan pada temannya karena ia sangat memiliki rasa gengsi yang tinggi. " Yuk! " " Apaan sih! Gak usah pegang - pegang! "Siska menepis kasar tangan Noel yang menarik tangannya. " Ah maaf, gak sengaja. " " Halah modus lo, bilang aja! "Kini keduanya berjalan kaki. " Eh eh, anterin gue ke toko baju! "kini gantian Siska yang tanpa sadar menarik lengan Noel hingga membuat Noel hampir terjungkal. " Gak usah ke toko baju! "Noel menarik tangan Siska membuat tubuh Siska memutar ke arahnya serta membentur d**a Noel. Harum parfum yang sangat familiar membuat Siska tanpa dasar mendengus harum seragam yang dipakai Noel tersebut. " Wangi, "gumam Siska tanpa sadar. " Gak usah ke toko baju, nanti pinjem baju mamiku aja. " Siska yang sudah sadar dari lamunannya pun langsung melepaskan tangannya yang tadinya memegang seragam Noel. "Mami lo? Ishh!" "Kenapa memangnya? Mamiku masih muda kok, baju yang dipakai pun seperti gadis remaja jaman sekarang. " Siska berdecak sebal lalu ia membuka isi tasnya untuk mencari dompetnya. Beberapa menit setelah mencari dompetnya hingga barang-barang di dalam tasnya keluar semua berceceran di atas trotoar sampai dipandang orang-orang yang lewat, Siska masih belum sadar. "Dompet gue mana? "Kedua mata Siska mulai berkaca-kaca hingga pada akhirnya ia menangisi dompetnya yang entah kemana hilangnya. Sedangkan Noel hanya melihat Siska menangis tapi ia sibuk merapikan kembali barang-barang milik Siska ke dalam tas. Mengenaskan sekali gadis remaja itu, pikir Noel. "Ikut aku pulang aja. " " Gue gembel dong! Hiks hiks, gue pengen kaya, gue gak mau hidup susah! "Siska berdiri dan mengentakan kedua kakinya sambil menangisi dompetnya serta menyesali hidupnya yang sial hari ini. " Gak kok! " " Atm ku huaaa hiks hiks! " Noel meringis melihat gadis itu menangis layaknya anak kecil yang kehilangan mainan kesayangannya. Tangan lelaki itu terulur merapikan rambut Siska yang berantakan, tindakan itu membuat Siska seketika diam dan berhenti menangis namun masih sesenggukkan. " Ayo, keburu mau maghrib nih. "Noel melirik jam tangannya yang melingkar dipergelangan tangan kirinya. Dengan hati yang kacau akhirnya Siska menurut saja. Hanya butuh waktu yang tak lama kini telah sampai memasuki gerbang perumahan yang terkenal elit dan biasanya yang tinggal diperumahan itu adalah orang-orang kaum elit serta para artis pun tinggal di sana. Tubuh Siska membeku menatap sekitar kawasan elit ini dan ia mengernyit bingung menatap Noel yang tampak santai saja memasuki perumahan ini. "Lo mau maling ya?! "tuduh Siska pada Noel membuat Noel tersentak kaget. " Eh ya enggak lah! "Noel menggerakan tangannya ke kanan dan ke kiri. " Trus kenapa ke sini? "tanya Siska panik. Bagaimana tak panik, ia berpakaian layaknya orang gembel tak punya apa-apa memasuki perumahan elit dab satu satu temannya ada yang tinggal di sini. " Lhoh kan aku ajak kamu ke rumahku. " " Rumah majikan lo maksudnya? Enggak ah lo malu-maluin gue aja! "Siska berjalan mundur secara pelan. " Eh hati-hati ada mobil! "Noel menarik tangan Siska agar mendekat ke arahnya. " Eh! "pekik Siska yang lagi-lagi kepalanya menubruk d**a Noel. " Udah lah, jangan bawel! "Noel pun sudah lelah dan capek jika mendengarkan ocehan Siska yang tak jelas baginya. " Ehh kenapa narik tangan gue sih! "Siska mencoba melepaskan tangan Noel yang menggenggam tangannya. " Udah diem! " ... " Cupu lo kalau ngelawak gak lucu deh! "Siska menggaruk rambutnya yang tak terasa gatal. Ia meringis menatap gerbang berwarna hitam yang menjulang tinggi. Gerbang itu tertutup rapat sangat rapat tapi yang lebih menariknya di samping gerbang itu terdapat sidik jari. " Aku gak bisa ngelawak. "Noel berjalan mendekati kotak sidik jari lalu ia menempelkan jari jempolnya di sana. Kedua mata Siska melotot melihat gerbang itu secara otomatis terbuka lebar setelah Noel menempelkan jari jempolnya dikotak sidik jari itu tersebut. " Halah paling lo anak pembantu juga, bisa juga kan? "Siska masih tak percaya jika sebesar dan semewah ini adalah rumah Noel. Noel tetap berjalan memasuki perkarangan rumahnya sedangkan Siska yang pada akhirnya mengikuti langkah Noel dari belakang. Siska berdecak kagum melihat perkarangan rumah ini yang sangat indah, sejuk serta nyaman. Ia yakin pemilik rumah ini menyukai tanaman hijau segar. Beberapa macam tanaman di sini yang ia lihat sesekali ia tersenyum lebar melihat bunga-bunga cantik bermekaran itu tersebut. Siska menoleh ke arah pintu yang tiba-tiba terbuka sendiri, entahlah atau dirinya yang tak tau jika tadi Noel sempat menekan bel rumah itu. "NOEL! "teriak Ifa senang menatap sang anak laki-lakinya sedari tadi ia tunggu kepulangannya di rumah. " Mami, "lirih Noel sembari menggaruk tekuknya yang tak gatal. " Anak tampan ku ini! "pekik Ifa sambil menguyel gemas pipi Noel. Ifa masih belum menyadari jika seorang gadis remaja tengah menatap cemas ke arah Noel. " Mih itu--"Noel menunjuk Siska yang berada di sampingnya membuat Ifa menoleh ke arah gadis remaja yang menurutnya cantik dan manis. Seketika Siska ingin pingsan saat itu juga di tempat dirinya berdiri. APA! INI RUMAH SI CUPU?! ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD