Part 15

2041 Words
Part 15 "Mami hati-hati ya di sana," ucap Nafa sambil menciumi wajah Ifa. "Papi gak nih? "tanya Kayden pada anak bungsunya itu. " Papi jahat. "Kedua mata Nafa malah berkaca-kaca ketika Kayden memeluknya. "Dua bulan itu lama bagi kita." akhirnya Noel yang berada di sebelah Nafa mengeluarkan suaranya. "Mami usahakan pulang cepet kok. "Ifa sebenernya tak tega meninggalkan anaknya karena pertama kalinya berbeda dengan Kayden yang sering keluar kota apalagi honeymoon ini juga liburan berdua di Negeri Ginseng. " Papi juga sebenarnya mau ngajak kalian tapi berhubung Nafa sedang ulangan terus Noel juga, nanti kalau liburan tahun baru tiba papi janji kok akan bawa kalian liburan dan apapun yang kalian minta papi akan turutin semuanya. "Nafa makin menangis mendengar ucapan papinya. " Udah dong, anak papi jangan nangis! "ucap Kayden lembut sambil mengusap air mata Nafa yang kian mengucur deras. " Noel jaga adiknya baik-baik ya, "ujar Ifa sambil mencium wajah putra pertamanya itu yang sangat berharga baginya. " Iya mi, mami jangan telat makan nanti maagnya kambuh. "setelah mencium punggung tangan Ifa, Noel memeluk Ifa dengan rasa sayang. Wanita pertama yang ia sayangi dan cintai adalah maminya walau maminya sering sibuk tapi tak pernah ia merasakan kurang kasih sayang dibandingkan temannya yang lain mengalami broken home. "Iya sayang, mami akan jaga kesehatan. " " Mamimu gak bakalan kurang makan di sana. Papi yang bakal nyuruh mami makan banyak lagian di sana juga butuh energi yang banyak kok. "Kayden merangkul mesra Ifa, isteri yang sangat ia cintai terlihat pipinya memerah malu. " Papi ishh! "Ifa menyikut perut suaminya itu. Di depan kedua anaknya masih saja berucap seperti itu. " Wah mami harus makan banyak dong, jangan gemuk ya mi. Nanti kalau gemuk kayak boneka dong,"ucap Nafa dengan tatapan yang polos. "Gara-gara kamu nih,"bisik Ifa pada suaminya. "Boneka kan cantik sayang bisa dipeluk. "Kayden tersenyum sambil mengusap puncuk rambut Nafa. " Tapi Nafa gak suka kalau mami gendut. " " Astaga Nafa, dikeluarga papi dan mami itu gak ada yang gemuk. Ya pasti gak bakal gemuk lah. "Noel merasa lelah mendengar perdebatan antara Nafa dan Kayden. " Udah jam 6 nih, yaudah mami sama papi berangkat dulu ya. "Mereka pun berpelukan lagi hingga terakhir Nafa menangis lalu digendong oleh Noel menuju kamarnya. " Den sarapannya udah siap, yuk sarapan dulu, ajak Nafa juga. " Inilah keinginan Kayden sedari dulu ingin menambah anak lagi, keinginan yang akhirnya dikabulkan oleh Ifa setelah beberapa tahun. ... " Waduh telat gak yah? "Noel merasa cemas melihat jam tangannya yang melingkar dipergelangan tangannya. Noel pun berlari kencang walau beberapa sopir angkot menawarinya tapi tak membuat Noel berhenti berlari. Jam sudah hampir pukul 06.40 dan lima menit lagi gerbang akan ditutup, keringat mengucur deras di sisi wajahnya bahkan sekujur tubuhnya seperti mandi keringat. Napasnya yang memburu serta jantungnya makin berdegup sangat kencang akibat berlari hingga tiba akhirnya di depan gerbang tapi ternyata terlambat. Bertepatan ia sampai di sekolah ternyata gerbang sudah di tutup dan pastinya ia akan menunggu selama lima belas menit lagi jika ingin masuk sekolah dan juga akan dikenai hukuman oleh guru tata tertib sekolah. Noel yang pasrah pun duduk selonjoran di depan pos satpam depan gerbang bersamaan dengan itu ternyata ada sekitar sepuluh siswa juga telat dan duduk berjejeran di depan gerbang. Seorang satpam keluar dari dalam lalu mengawasi para murid yang terlambat sedangkan beberapa dari mereka ada yang nekat lompat pagar padahal sudah diberitahu jika puncak pagar itu sudah diberi kawat berduri oleh satpam. Ya namanya anak nakal dan suka nekat dibiarkan oleh sekolah dan yang paling penting cctv selalu menyala di setiap sudut tempat yang biasanya dijadikan tempat untuk membolos. Noel langsung menoleh ke samping kala mendengar suara seseorang yang ia kenali. Mobil mewah berwarna hitam bermerk terkenal yang hanya bisa beli di luar negeri terpakir di depan gerbang, keluarlah seorang gadis dengan raut wajah yang murung sembari mengomel entah apa yang dirinya bicarakan bersama orang yang berada di dalam mobil itu. Noel yang tadinya lesu pun langsung berdiri kala melihat Siska yang tengah berdiri bingung sebab yang terlambat hari ini hanyalah murid laki-laki, mobil yang mengantar Siska tadi melaju pergi meninggalkan Siska yang masih berdiri menatap mobil sesekali kedua matanya melirik sekitar dan merasa jika ia perempuan sendiri yang terlambat. "Siska? "panggil Noel dari depan pos satpam. Siska membalikkan badannya dan menatap Noel yang sedang melambaikan tangannya ke arahnya bertanda lelaki itu menyuruhnya untuk ke sana. Siska yang yang merasa kedua kakinya pegal pun akhirnya berjalan ke arah sana, ia juga sempat melirik Noel yang menunjukkan jika ada bangku yang masih kosong. "Siska kamu duduk di sini aja. "Noel tersenyum kecil menawarkan tempat duduknya tadi. " Gue bisa duduk di tempat lain. "Siska tersenyum sinis menatap Noel yang baginya sok baik itu. Siska malah menghampiri seorang lelaki berambut grondong tengah duduk santai sambil bermain game. " Eh gue duduk di sini, lo di sana dong! "sentak Siska pada laki-laki remaja itu yang ternyata kelas 2. " Apaan dah lo nganggu orang nyantai! " Noel melihat jika Siska berusaha mengusir laki-laki itu tapi laki-laki itu membentaknya berulang kali. " Minggir dong! "Siska tak merasa takut sama sekali pada laki-laki itu yang terkenal berandalan. " LO BISA GAK DIEM! "teriak laki-laki itu yang mulai beranjak dari duduknya setelah itu ia mendorong Siska hingga gadis itu tersungkur. " Awh! "ringis Siska ketika tubuhnya yang terkena latar sekolahan itu terasa sakit. Semua murid yang merasa ada keributan mulai berdiri menatap Siska serta laki-laki yang tengah emosi. Walau tubuhnya sakit, gadis itu mencoba berdiri sambil menatap tajam laki-laki tersebut. Ia tak pernah takut siapapun walau dia berhadapan dengan laki-laki. "Sialan lo! "Siska mulai berjalan mendekat tapi seseorang menarik tangannya kuat. " Siska, kenapa kamu cari gara-gara sama Rachel? "tanya Noel yang merasa khawatir pada Siska. " Apaan sih! Ini bukan urusan lo! " " udah aku tawarin tempat duduk tadi malah gak mau, sekarang kamu nyerobot tempat duduk yang diduduki kakak kelas. Itu salahmu Siska. "Noel mencoba bersabar menghadapi singa betina ini. " Ya serah gue dong, tempat duduk lo itu panas. Gue gak mau kulit gue yang perawatannya mahal rusak gara-gara duduk di sana. " Noel menghela napasnya namun tangannya tetap memegang Siska agar gadis itu tak berulah kembali, ia menatap kakak kelasnya masih ada rasa emosi atas kelakuan Siska yang menurutnya menganggu. " Kak Rachel, maafin temen gue ya. Dia lagi pms jadi gini. "walau ia tak salah apapun, ia tak mau jika Siska berhadapan dengan para murid berandalan ini. " Lain kali tuh pacar lo dikasih tau jangan mencari masalah sama gue! "suara Rachel terdengar menahan amarah tapi mengingat Noel itu pemilik perusahaan tempat dimana ayahnya bekerja akhirnya memutuskan untuk pergi dari tempat ini. " Huuu dasar! "cibir Siska lalu ia segera duduk di tempat itu. " Napa lo lihatin gue? " " Gak bilang makasih gitu? " " Hilih ngapain?"wajah Siska mengejek Noel tapi bagi Noel, wajah Siska itu imut jika begini. Noel pun duduk di samping Siska yang sedang bermain ponsel, ia melirik layar ponsel Siska menampilkan isi percakapan gadis itu bersama Niko. Niko? Kakak tiri Siska sekaligus kekasih Siska. Noel pun tersenyum masam dan tak lama suara gerbang terbuka membuat keduanya langsung beranjak berdiri. Tidak hanya mereka saja yang berdiri namun beberapa murid lain yang ikut terlambat juga ikut berdiri tegap. Di sana terpampang wajah guru tata tertib berjumlah enam orang. Tiga guru wanita dan tiga guru pria yang rata-rata mereka adalah guru killer dan juga terkenal kejam jika memberi hukuman untuk para murid perempuan maupun laki-laki. "Berbaris rapih! "teriak salah seorang guru wanita dengan tegas, guru itu berbadan gemuk, memakai polesan make up yang nampak tebal serta selalu membawa garisan berbahan kayu dengan ukuran panjang. Guru itu juga mengajar matematika kelas 12. Sekitar tujuh orang berdiri dengan rapih, tiga orang lainnya sudah pergi karena kejadian Siska memarahi seorang kakak kelas tadi. ... "Menjijikan deh! "decak Siska kesal dengan hukumannya ini, ia dihukum membersihkan tong sampah plastik kotor. " Ya emang menjijikan tapi kalau cara kamu bersihinnya gitu yang kapan selesainya? "Noel juga mendapatkan hukuman yang sama, tangannya memegang selang air dan satunya memegang tong sampah. Sedari tadi Siska memegang tempat sampah itu tidak di bersihkan malah sesekali di buang karena tak kuat mencium bau busuk dari sampah. " Bau ihh! "Siska pun menjauh membuat para siswa lainnya yang dihukum juga memarahinya. " Eh lo gimana sih? Dibersihin dong! " " Mentang-mentang lo cewek jadi belagu gini! " " Woyy hukuman lo tuh! " " Gue laporin lo! " Siska merasa sebal pada beberapa murid itu, ia mengurucutkan bibirnya serta menghentakkan kedua kakinya beberapa kali. " Serah gue! "Siska pun duduk santai di tempat duduk yang memang sudah ada di sana. Para murid menjalanlan hukuman itu di halaman belakang sekolah. " Biarkan saja, di cewek ya paati jijik. "Noel mulai membela Siska. " Yaelah tuh pacar lo? Sana lo juga kerja dua kali lipat! " " Yaya gue bakal ngerjain semua hukuman Siska. " " Dasar Cewek nyusahin! "para murid lain menatap tajam pada namun yang ditatap malah bermain ponsel dengan santainya. Beberapa menit kemudian akhirnya Noel telah menyelesaikan hukumannya, ia di sini sendiri sebab yang lain sudah kembali ke kelas apalagi Siska yang juga ikut mereka kembali ke kelas mengabaikan Noel yang menggantikan hukumannya. Entah terbuat dari mana hati Noel sekuat itu menghadapi sifat Siska, ada pepatah tai kucing rasa cokelat? Ya itu lah yang menggambarkan Noel saat ini, ia telah jatuh cinta hingga buta terhadap satu hal padahal Siska sangat sulit diraih olehnya. Untung saja Noel mempunyai seragam lain di lokernya serta tak lupa membawa parfum agar dirinya tak berbau sampah. ... Kantin* "Lo bau sampah gak nih? "tanya Vita sambil tertawa mengejek seakan puas melihat Siska menderita. " Ya enggaklah, gue selalu wangi tau. Apa gunanya punya orang tua pengusaha parfum. "Siska mengibaskan rambut panjangnya dengan gaya sombong khasnya. " Lha terus lo gak ngejalanin hukuman lo gitu? "tanya Bella heran. " Ya ada deh. " " Lo bayar orang itu berapa dah? Enak bener hidup lo nyuruh orang mulu. "Vita menyeruput jus mangganya. " Gratis dong, tanpa dipungut biaya. "Siska mengeluarkan tas mininya yang di dalamnya berisi make up lengkap, tentunya dua temannya itu juga ikut-ikutan. "Siska lo dipanggil kepsek di ruang kepsek!" seru seorang gadis berkulit putih pucat menghampiri Siska dengan napasnya tak beraturan. "Hadeh Sis, lo ngapain lagi deh. " " Sudah kudugong, pasti lo buat ulah lagi nih." "Eh iya Sis, gue lupa. Kalau dua teman lo itu juga ikut dipanggil. "lanjut gadis tadi yang menghampiri Siska cs. " Yaelah! "Vita dan Bella menghela napasnya pasrah. ... " Akhir-akhir ini sering keluar kelas, tumben? "tanya Fio pada Resha yang baru saja masuk ke dalam kelas. " Ada deh. " Fio memutarkan kedua bola matanya malas, selalu yang ia dengar jawaban seperti yang keluar dari mulut Resha. " Lo gambar lagi? "Fio melirik Resha yang tengah menggambar serta senyum lebar menghiasi wajahnya saat menggambar. " Resha suka gambar aja apalagi gambar wajah doi, itu kan penyemangat Resha. "Resha menjawab ucapan Fio tanpa menoleh ke arah Fio. " Lo berubah total Res, biasanya lo ngajak gue belajar. " " Resha belajar di rumah kok. " " Lo deket sama tuh cowok songong? " " Fio jangan manggil Kenzo cowok songong, dia itu baik kok. " " Baik kata lo? Dia itu iblis bagi gue. " " Fio jangan nilai orang dari covernya doang, kalau kamu temenan sama Kenzo juga gak bakal ngomong gitu kok. " " Tapi Resha, Kenzo itu gay! "Lirih Fio. " Jangan bilang gitu ah, Resha gak suka dengernya. Kenzo itu normal kok. " " Buktinya apa kalau gitu? "tanya Fio menantang. " Buktinya, emmm tunggu aja." "Gue cuman memperingati lo, jauhin dia Resha! " " Tapi gue gak mau Fio! " " Dia itu jahat sebenarnya. " " Hah yaudah deh, Resha diam aja daripada ngomong sama Fio, emosi Resha makin menjadi jadi. "Resha pun mengantup bibirnya rapat, ia jadi tak mood lagi untuk menggambar setelah berdebat dengan Fio yang tak kunjung habis. " Oke itu mau lo, terserah! "Fio pun memutuskan keluar kelas dan membolos mapel bahasa Inggris hari ini. Fio berjalan menuju tempat yang pastinya membuat hatinya tenang. Yaitu rooftop, sesekali ia bersembunyi di balik dinding saat ada guru piket lewat di koridor ini. Tak lama akhirnya Fio berhasil berada di rooftop namun kedua matanya membulat melihat sosok laki-laki tampan tengah duduk berjongkok dan yang membuatnya terkejut adalah cowok itu telrihat menyakiti tubuhnya sendiri, ia menyileti lengan tangannya sendiri. Fio pun segera berlari menuju cowok itu lalu dengan cepat mengambil silet yang hampir saja mengenai pergelangan tangan cowok itu, ia mendorong tubuh cowok tersebut hingga terjungkal ke belakang dan gadis itu juga membuang silet ditangan cowok itu ke tempat sampah yang tak jauh dari tempat itu. "LO MAU MATI JANGAN DI SINI! " ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD