Part 14

2197 Words
Part 14 "Lo ya gue cariin ternyata udah balik ke kelas. "Fio menghela napsnya lega kala menemukan temannya itu yang ternyata berada di dalam kelas. " Eh Fio, tadi Resha juga cariin lo kok cuman karena ketemu pangeran tampan jadi lebih milih ikut pangeran daripada cariin lo. "Resha tersenyum lebar menatap Fio setelah itu ia melanjutkan menggambarnya. Resha memang memiliki hobby menggambar dan melukis wajah seseorang. " Pangeran? Siapa pangeran yang lo maksud? " " Ada deh,"balas Resha sambil cengengesan. "Yaelah, alay lo! "Fio pun duduk di samping Resha. " Nanti lo jadi ke rumah gue gak? "tanya Fio pada temannya itu. " Jadi dong, kan Resha pengen ketemu adik Fio. " " Lo gambar apa sih? "Fio pun mengintip apa yang digambar Resha sampai membuat temannya itu senyum-senyum sendiri. " Eitss Fio gak boleh lihat! "Resha langsung menutupi kertasnya dengan kedua tangannya. " Yaelah pelit lo, tapi gue kepo! "Fio mencoba menarik tangan Resha dengan mudahnya. " Ihh Fio curang! "teriak Resha namun tak membuat Fio melepaskan tangannya, Fio menatap gambaran Resha dan tiba-tiba ia teringat sesuatu. " Lo gambar muka anak songong itu. " " Dia baik kok dan namanya Kenzo bukan anak songong. "Reaha mengusap tangannya yang terasa sakit. " Iyaya tapi udah gue bilangin lo ngeyel mulu sih. " " Bilangin apa sih Fi? "tanya Resha bingung. " Ya ampun Resha baru kemarin gue jelasin, masak lupa lagi sih. " "Bentar bentar Resha pikirin dulu, emm yaya Resha inget." "Nah gimana? " " Gimana apanya. " " Resha inget kemarin Fio habis hajar orang lagi--" "Eh bukan itu Resha! "teriak Fio tapi ia mengabaikan teman-temannya yang merasa terganggu. " Lha trus apa? " " Sini, gue bisikin lo! " Resha mendekatkan telinganya ke depan Fio lalu Fio membisikan sesuatu membuat Resha langsung menggelengkan kepalanya beberapa kali tak percaya. " Fio jangan mengada-ngada deh! "Resha mulai emosi atas apa yang dibisikan oleh Fio tadi. " Lhah emang bener kok. " " Iss Fio gak asik ah, minggir Resha mau keluar! " Akhirnya Fio mengalah dan lebih memilih untuk memberi Resha jalan sebab tempat duduk Resha dekat dengan dinding sehingga tak biaa keluar sendiri. Resha keluar dengan hati yang sangat senang sambil membawa kertas gambar yang gambarnya hampir jadi. Ia tadi memang menggambar wajah seseorang yang ia cintai sekarang ia akan merasakan cintanya sudah tak bertepuk sebelah tangan lebih tepatnya besok ada kejutan untuknya entah kejutan apa yang diberikan oleh lelaki yang dicintainya itu. Saat berjalan kedua matanya bertemu pandang oleh sosok yang sedang berdiri di depan kelas dan gadis itu tersenyum lebar ketika lelaki itu menyuruhnya tuk ke sana menghampirinya. "Kenzo! "Resha berlari kecil menghampiri lelaki tampan yang tengah berdiri tegap di depan jendela yang dimana di depan kelasnya masih diperbaiki tempat duduk yang langsung menempel dinding kelasnya. " Resha. "Kenzo hanya tersenyum tipis saja walau sebenarnya ia merasa tak nyaman sebab ini pertama kalinya ia mencoba dekat dengan perempuan. " Kenzo ngapain ada di sini?" "Ini kelas gue. " " Maksud Resha, kenapa Kenzo berdiri di sini? Gak masuk ke dalam? " Cerewet banget nih cewek-batin Kenzo. " Pengen aja berdiri di sini, di dalam kelas rame. " " Oh gitu. "Resha menganggukkan kepalanya mengerti. " Gimana kalau lo nemenin gue ke perpus? " " Wah asik yaya Resha mau! "teriak Resha seperti anak kecil. Mereka berdua berjalan berdampingan menuju perpustakaan, koridor nampak ramai para murid yang tengah berlalu lalang tak sedikit pula mereka menatap Kenzo berjalan bersama gadis yang berpenampilan cupu. " Kok Kenzo mau sih deket sama cewek biasa kayak gitu? " " Ternyata tipe cewek Kenzo kayak gitu ya? " Samar-samar mereka mendengar bisik-bisik para tetangga eh maksudnya para siswi yang merasa iri pada Resha, terutama Resha yang mendengar perkataan mereka yang jelas-jelas menghinanya. Ia menundukkan kepalanya sedih dan sadar diri tak pantas jika bersanding dengan lelaki tampan seperti Kenzo itu. Kenzo merasa jika Resha berjalan pelan di sebelahnya lantas ia menghentikan langkahnya dan itu juga Resha ikut berhenti saat merasa Kenzo menghentikan langkahnya. "kalau jalan itu jangan nunduk! "tegur Kenzo pada Resha. Raut wajah Resha murung membuat Kenzo menghela napasnya pelan menghadapi sifat anak kecil Resha seperti ini. " Gak usah dengerin kata mereka, kurang kerjaan banget dengerin mereka ngoceh. " " Ya tapi kan bikin Resha sakit hati. " " Namanya juga hidup, hidup itu keras dan lo harus bisa buat tameng untuk diri sendiri jadi kalau lo tetep dengerin ucapan mereka sama aja lo tuh jadi manusia lemah. " Kedua mata Resha berkaca-kaca dan tak tau lagi ia harus berbuat apa sebab ia merasa sakit hati dengan ucapan para siswi tadi seolah-olah merendahkan harga dirinya. Kenzo memutarkan kedua bola matanya malas lalu menatap sekitar koridor ini yang nampaknya para siswi sedang berbisik-bisik ria. Tapi tiba-tiba ia bertemu pandang pada manik seseorang yang melihatnya dari kejauhan, Kenzo langsung menoleh ke arah Resha yang terlihat akan menangis. Lelaki remaja itu pun langsung merangkul Resha dan membawanya pergi dari tempat ini sambil menatap tajam para siswi tadi seolah memberi ancaman untuk mereka agar tak berucap buruk tentang Resha dan ia juga menatap tajam seseorang dari kejauhan sana. Sosok itu ialah Devan membuat Kenzo langsung pergi dan merasa jika bertemu dengan Devan, emosinya tiba-tiba meluap begitu saja bahkan Resha ia geret paksa agar berjalan cepat dan intinya segera pergi dari tempat ini. Devan tersenyum lega akhirnya Kenzo bisa mencoba dekat dengan gadis lagi walau nampaknya itu pasti sulit bagi Kenzo dan itu membuat Devan bisa lega juga. Mungkin dengan sedikit demi sedikit Kenzo bisa berubah menjadi cowok normal, itu yang dipikiran Devan saat ini. Entah itu benar atau tidak tunggu saja nanti apa yang terjadi selanjutnya. ... "Iyo iyo! "pekik seorang anak kecil berusia tiga tahun ketika tau suara kakaknya dari luar rumah. " Iko jangan lari nanti jatuh lagi! "tegur Karin dari dalam rumah. " Uuhhh sayang napa lari-lari? "tanya Fio setelah melepaskan sepatu sekolahnya dan ditaruh diatas rak sepatu. " Angen,"celoteh Iko dengan raut wajah yang sedih. "Ya ampun ini adiknya Fio ya, hii cakep? "sapa Resha sambil membenarkan kaca matanya saat melihat adiknya Fio memeluk kedua kaki Fio. " Apah? "Iko menatap sosok gadis asing dimatanya yang tengah berdiri di samping kakaknya. " Temen kakak. "Fio pun menciumi wajah adiknya yang menggemaskan itu seraya menggendongnya. Kepala Iko menjembul ke ke belakang menatap teman kakaknya sesekali ia menyembunyikan wajahnya diceruk leher Fio. " Geli Iko. "Fio tertawa geli melihat kelakuan adiknya ini. Iko suka menciumi lehernya dan mengemut sampai air liur Iko menempel dilehernya Fio. " Kok emes sih! "Resha mencoba mendekati Iko tapi malah membuat Iko meronta dari gendongan Fio. " Napa Iko? "Fio tau adiknya itu sangat malu jika dekat dengan seorang gadis yang seusia dengan dirinya. " Lo duduk di sini aja Res! "Fio menyuruh Resha untuk duduk di ruang tamu. Kemudian Fio berjalan menuju ke arah dapur dan itu masih menggendong Iko, di sana Karin tengah menyiapkan makan malam nanti. " Kenapa Iko? "tanya Karin heran melihat si mungil diam saja digendongan Fio. " Fio bawa temen ke rumah, biasalah ma anakmu ini malu kalau ketemu cewek. " " Mungil. "Karin mencoba mendekat ke arah anak bungsunya itu namun anak itu malah memeluk Fio seakan tak mau melepaskan kakaknya. " Sok kangen-kangen kalau ditinggal kakaknya sekolah, kalau kakaknya di rumah digangguin sampai kak Fio nangis. "Karin terkekeh pelan melihat anak bungsunya ini yang sedang masa nakal-nakalnya. " Mana Oza mah? " " Oza lagi ikut ayah ke supermarket. " "Oh gitu. " " Kerja kelompok kamunya? "tanya Karin pada Fio yang sedang mengambil toples berukuran besar berisikan keripik ketela rasa manis. " Iya ma, tapi yang ngerjain temenku bukan aku. "Fio tersenyum sumringah. " Dasar kamunya yang males. " " Nanti temen kamu suruh ke sini ya, mama masih belum mandi. " " Pantes. " " Pantes apa? " " Ada bau-baunya gitu." Karin menatap tajam Fio tapi malah membuat Fio tertawa kencang lalu ia kembali ke ruang tamu dambil membawa cemilan dan minuman untuk Resha sedangkan Iko ikut mandi bersama Karin sebab Iko tak mau mandi jika tak bersama Karin. "Rumah lo kok banyak pajangan pistol sih? "tanya Resha yang merasa merinding melihat beberapa pistol yang terpajang di dinding ruang tamu rumah temannya itu. Pistol itu dilapisi kotak kaca tembus pandang. " Emang kenapa kalau ada pistol? Bagus tau,"ucap Fio santai. "Bagus apanya sih Fi, ngeri sih iya. " " Halah alay gitu doang kok. " " Mesti lo ngatain gue alay. " " Ya emang lo alay. " Resha mengalah lalu ia mengambil cemilan yang dibawa Fio tadi sesekali menyeruput minuman yang dibuatkan Fio. " Ini ngerjain apa dulu ya? "Resha sibuk memikirkan tugas kelompok mereka sedangkan Fio saat ini tengah berbaring santai sambil memainkan game dihponselnya. Beberapa menit kemudian... Akhirnya tugas kelompok sudah selesai walau hanya sebagian saja dan nanti akan dilanjutkan oleh Resha di rumahnya, kini keluarga besar Fio tengah makan malam begitupula Resha yang diajak makan malam juga. Resha menatap ayah Resha yang sangat familiar seperti pernah bertemu sebelumnya, apa mungkin ia salah penglihatan lalu ia menundukkan kepalanya dan melanjutkan makan lagi. Wajah Edo sangat menyeramkan menurutnya, ia tadi mengira jika ayah Fio galak namun ternyata sangat suka bercanda. Kedua lengan ayah Fio juga memiliki beberapa tatto dan ia sadar pekerjaan ayahnya Fio itu antara mati dan hidup. "Hey, Resha kok melamun? "sapa Karin tersenyum ramah pada teman anaknya itu. " Eh tante, gapapa kok tan." "Jangan melamun lhoh, nggak baik. " " Iya tante. " " Rumah kamu dimana? "tanya Edo pada teman anaknya itu. " Rumah saya di perumahan mawar putih. " " Gak jauh dari sini ya, kayaknya dekat tuh. " " Iya om, Resha ke sini aja jalan kaki bisa kok dan gak capek. "Resha tersenyum sopan. " Kayaknya om pernah ketemu kamu ya. "Edo baru sadar jika ia pernah bertemu Resha. " Eh, iya om Resha juga sempat mikir gitu. " " Emang ayah udah pernah ketemu Resha sebelumnya? Dimana yah? "tanya Fio heran. " Di kantor kakek Rahman, orang tua Resha ini kerja di perusahan kakek Rahman. " Fio beroh ria sama seperti Karin yang kini sedang menyuapi Iko yang sangat sulit sekali dibujuk untuk makan. " Kakek Rahman? "tanya Resha heran. " Kakek Rahman itu seperti keluarga bagi keluarga Radhika ini, kejadian masa lalu membuat keluarga Kakek Rahman jadi dekat dengan keluarga ini. "Karin tau jika Resha terlihat bingung jika keluarga yang terkenal milyader itu dipanggil kakek oleh keluarga ini. Mulut Resha membentuk O dan juga merasa sangat terkejut ternyata keluarga ini begitu dekat dengan keluarga meilyader itu. "Kapan-kapan deh gue ajakin ke sana, lagian udah lama juga sih gue gak ke sana."ucapan Fio membuat Resha tidak akan menolak bahkan terlihat senang diajak jalan-jalan di perusahaan keluarga milyader itu. "Oh ya Fio hari sabtu kamu gak ada latihan sama ayah kan? "tanya Karin pada anaknya. " Enggak mah, kenapa? " " Ada teman mama yang mau ke sini, kamu bantuin mamah ya. Kamu cuman merawat si mungil ini biar gak nganggu mama buat kue. " " Oke mah, kayaknya gak ada. Iya kan yah? "tanya Fio pada sang ayah. " Iya gak ada, ayah sibuk hari sabtu esok. " Setelah acara makan malam usai Resha pamit pulang sebab orang tuanya sudah menjemputnya, sebelumnya orang tua Fio juga berbincang sejenak untuk saling mengenal keluarga satu dengan yang lain. Kini Fio mengajak adiknya bermain bola yang berbahan plastik dan ringan. Merekan bermain di ruang bermain Iko sedangkan Oza sudah ngacir duluan pergi ke rumah sebelah sebab ada tugas yang harus dikumpulkan besok pagi dan itu membuat Oza tak bisa ikut main bersama saudaranya. "Boya boya! "pekik Iko sambil melempar bolanya ke arah Fio walau pastinya melenceng entah itu ke kanan atau ke kiri. " Ditendang Iko jangan dilempar. " " Ndak! "Iko menggelengkan kepalanya bertanda tak mau. " Yaudah kalau gitu, tapi kalau melempar yang pelan aja. " " Cip! "pekik Iko yang sudah tak sabar menerima lemparan bola dari kakaknya itu. "Hiya!"teriak Fio disertai senyuman lebar memperlihatkan deretan giginya yang putih bersih. " Hwaaa! "teriak Iko senang yang akhirnya bisa menangkap bola setelah beberapa menit bermain bola bersama kakaknya itu. ... Beberapa jam yang lalu... Pulang sekolah adalah hal yang paling ditunggu oleh kebanyakan murid di sekolah ini entah juga sekolah lain apalagi ketika mendengar bunyi bel nyaring yang dibunyikan empat kali bertanda jam kegiatan belajar mengajar telah selesai. Seluruh murid SMA RAYA menghela napasnya lega dan bersyukur akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba. Sekolah fullday namun menyiksa bagi mereka sebab tugas yang banyak ditambah lagi kurang tidur hingga membuat esok harinya pasti banyak yang terlambat dan ada pula yang rela membolos karena saking tak kuatnya menahan rasa kantuk. Tahun dimana full day diadakan membuat jumlah para murid yang terlambat, membolos pun kian menambah serta beberapa laporan jika beberapa murid ketiduran saat waktu jam pelajar dimulai. "Gue pulang dulu ya El, adik gue udah cerewet dari tadi! "Putra menepuk pundak Noel pelan. Noel mengangguk saja, ia berjalan menuju lapangan basket yang dimana itu arah menuju ke gerbang sekolahnya sebab ia hari ini berniat naik bus saja daripada menyuruh sopir pribadinya menjemputnya. Ketika ia hampir saja sampai ke gerbang, ia tak sengaja menatap sosok gadis berkuncir satu yang ia kenali sedang asik berbicara dengan sosok lelaki berusia 23 tahun. Kedua tangan Noel terkepal melihat pemandangan yang menyesakkan dadanya. Gadis itu tak sengaja menolehkan pandangan ke samping kiri dan maniknya bertemu pandang dengan Noel. Senyum miring ia perlihatkan saat Noel menatapnya cemburu dan ya hal gila ia lakukan hingga membuat Noel langsung pergi dari depan gerbang. Siska mengecup bibir laki-laki dewasa di sana. Di sisi lain.. "Gue bodoh banget, ngapain gue malah lihat Siska di sana. Ditambah lagi, Siska... AHHHH muntab gue!!!" " Udah tau Siska gak bakalan suka sama gue, gue bukan tipenya. Kenapa gue makin kepedean aja sih! Seharusnya sadar diri! "Noel memaki dirinya sendiri sambil mengacak-acak rambutnya untuk mengurangi rasa kesal yang menghampirinya. ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD