Part 24

1603 Words
Part 24 Terlihat seseorang tengah berbaring lemas tak berdaya di atas brangkar, tangan kanannya diperban karena luka yang cukup dalam serta salah satu kakinya pun diperban karena cidera dibagian pergelangan kaki. Ini bukan pertama kalinya mengalami seperti ini dan itu pun tergantung dengan moodnya. Jika ia memiliki banyak pikiran selalu tak fokus saat sedang berkendara apalagi juga tepat hari ini ia mengalami demam. Sesekali ia memejamkan kedua matanya saat merasakan kepalanya yang pusing namun sulit untuknya tidur apalagi badannya terasa pegal dan suhu demamnya masih tinggi. Terdengar suara pintu terbuka membuat ia melirik pintu itu dan betapa kagetnya ia melihat dua orang yang ia kenali tengah berjalan mendekat ke arahnya. "Kenzo. "Devan memanggilnya dengan raut wajahnya khawatir sedangkan Fio mengambil kursi untuk ia duduki di sebelah Kenzo. " Napa kalian ke sini? "Kenzo menatap malas ke arah mereka berdua. " Lo sakit Zo ya kita njenguk lo lah,"jawab Devan. "Hah jenguk gue? Lo pasti seneng kalau gue sakit kan? "Nada suara Kenzo terlihat meremehkan ketika berbicara begitu di depan Devan. " Kenapa lo berkata seperti itu Zo? " " Karena gue benci sama lo Dev! Benci sangat benci! "teriak Kenzo bahkan terlihat urat-urat dirahangnya muncul apalagi tatapan yang sangat tajam mampu membuat Fio yang berada di sebelah cowok itu tersentak. " Lo suka kalau gue sakit gini kan! Lo selalu bikin gue ingin mati! Lo tau kalau gue itu butuh sosok teman tapi lo malah ninggalin gue! Sekarang puas kan lo lihat gue menderita kayak gini! "kedua mata Kenzo memerah melihat Devan yang seolah cuek padanya. " Maaf Zo. "Devan merasa sangat bersalah pada Kenzo. Kenzo terpuruk karenanya juga. " Pergi lo! Gue muak lihat lo ada di sini! " " Kenapa sih kalian ribut-ribut kayak anak kecil aja! "Fio akhirnya membuka suaranya menatap kesal pada Kenzo yang mencoba mengusir Devan dari ruangan ini. " Gak usah ikut campur! "Kenzo menatap tajam pada Fio, melihat itu Devan pun langsung berada di samping Fio saat gadis itu berdiri. " Devan itu ada niat baik dateng ke sini, bukannya berterima kasih malah lo marah-marah kayak gini. " " Fi udah jangan bilang seperti itu, memang aku yang salah kok. "Devan merangkul Fio dan itu membuat Kenzo makin muak melihatnya. " Cih yaudahlah kita pergi aja! "Fio pun menarik tangan Devan tapi saat kedua orang itu berbalik bersamaan itu pintu terbuka menampilkan Dokter Fadli bersama seorang asistennya di belakangnya. " Lhoh Fio, akhirnya ke sini juga. Om kabarin kamu dari satu jam yang lalu. "Dokter Fadli tersenyum ramah. " Iya om, oh ya Fio mau balik dulu om. " " Kenapa buru-buru? "tanya dokter itu pada Fio. " Udah selesai kok om. " " Sini ikut om, om mau bicara serius denganmu!"suruh Dokter Fadli itu pada Fio. Fio mengangguk dan menyuruh Devan untuk menunggunya di depan klinik. Kini Fio berada di ruang kerja dokter pribadi keluarganya itu. Dokter Fadli nampaknya sedang mencatat sesuatu di catatanya lalu setelah selesai ia melepaskan kaca matanya dan ditaruh ke tempatnya. "Sebenarnya ada apa om memanggil Fio ke sini? " " Ada sesuatu yang perlu om beritahu padamu. " Fio pun diam dan menyimak apa yang diucapkan dokter Fadli. " om tadi saat dalam perjalanan menuju klinik tak sengaja melihat segerombolan orang di pinggir jalan, om tebak adanya kecelakaan membuat Om langsung menuju ke sana. Ternyata teman kamu kecelakaan dan itu akibat dirinya sendiri untungnya tidak ada orang yang ditabrak oleh temanmu itu. Temanmu ternyata lagi demam lalu jatuh dari kendaraannya karena tak fokus menyetir akhirnya om bawa ke sini dan mengobati luka-luka temanmu. Dia terlihat menyedihkan sekali sepertinya temanmu itu membutuhkan seseorang yang siap sedia menemaninya. Oh ya, apakah temanmu itu anak broken home? " " Fio tidak tau om. "Fio tersenyum tak enak. " Sepertinya iya jika dilihat saat kamu bawa ke kilinik om pertama kali, orang yang memiliki depresi itu membutuhkan seseorang di sampingnya. Apa temanmu itu pernah konsultasi ke psikolog? " " Tidak tau juga om. " "Haduh kamu ini, yaudah lebih baik om minta sama kamu temenin dia sampai dia sembuh dari depresinya. Intinya kamu harus rawat dia, om juga takut nak kalau lihat orang yang depresinya kambuh gitu." "Baik om. "Fio pun tak bisa membantah lagi jika sudah mendengar ucapan tegas dari sang dokter. Ia memang tak tau menahu tentang depresi hingga membuatnya pasrah diperintahkan untuk merawat lelaki itu. "Semoga aja tuh cowok cepet sembuh deh." ucap Fio dari dalam hati. " Om tebak kamu lebih cocok dengan temanmu itu. " " Yang mana? " " Yang sakit, Kenzo kan namanya? " " Iya. "Fio tersenyum terpaksa karena ucapan dokternya itu selalu disertai godaan andalannya apalagi tentang jodoh jodohan seperti ini. " Yaudah Fio permisi dulu. " " Jangan lupa sama pesannya om Fadli ya. " " Siap! " Akhirnya Fio memutuskan untuk menemani Kenzo dan menyuruh Devan untuk pulang lebih dulu walau Devan memaksanya untuk ikut pulang tapi ia tetap pada pendiriannya untuk merawat Kenzo. Kenzo yang memiliki sifat kekakanak-kanakan itu membuat ia juga susah sendiri merawat lelaki bermuka garang itu. "Ini suapan terakhir, lo harus makan banyak. " " Udah, gue gak suka bubur bikin eneg! "Kenzo menutup mulutnya ketika Fio menyodorkan makanan lagi padanya. " Harus habis! "bentak Fio. " Gak mau! " " Ayo dong! " " Gak mau! " " Gue bilangin dokter Fadli, gue suruh buat nyuntik lo, tau rasa lo! "ancam Fio membuat Kenzo langsung mati kutu. Dengan keterpaksaan, Kenzo akhirnya mau membuka mulutnya untuk melahap suapan makanan terakhir dari Fio. Kenzo diam saja saat melihat Fio membersihkan area mulutnya yang belepotan memakan bubur, ia melihat jika Fio sangat telaten merawatnya seperti ini apalagi ia tak pernah merasakan dirawat oleh seorang ibu dan baru kali ini ia merasa seperti diperhatikan oleh sosok ibu yang ia harapkan dari dulu. "Obatnya pahit, gue gak bisa minum obat yang belum di hancurkan. " "Yaelah lo tuh kayak anak kecil, obat bentuknya kecil gini aja gak bisa lo minum. Tinggal gelegek gitu doang kok!" Fio tetap memaksa Kenzo untuk menelan obat pil itu. Kenzo memutahkan air yang tadi ia minum serta obat yang akan ditelan tadi karena tak kuasa menahan rasa pahit yang hinggap dilidahnya. "Pahit! Gue gak suka! "Teriak Kenzo sambil membekap mulutnya dan meminum air putih lagi. "Ya ampun!" Fio mencak-mencak sendiri melihat Kenzo seperti anak kecil lalu ia pun mengambil selimut yang terkena air muntahan Kenzo untungnya Kenzo hanya memutahkan air saja. "Lepas baju lo nanti tambah sakit, nih gue ada permen biar lidah lo gak kepahitan. " " Gue gak bisa lepasin baju. " Fio menepuk jidatnya pelan saat mengetahui jika tangan Kenzo yang satunya sedang diperban. Gadis itu pun melepaskan kancing baju Kenzo karena Kenzo memakai kemeja jadi mudah baginya untuk melepaskan baju yang ia pakai. Fio merasa gugup saat membuka kemeja Kenzo dan terpampanglah apa yang biasanya membuat seorang gadis menjerit histeris tatkala melihat sesuatu berbentuk kotak-kotak diperut seorang lelaki tersebut sedangkan Kenzo merasa cuek saja saat melihat Fio yang gugup membuka bajunya. "Gue pinjemin baju dokter Fadli dulu. " " Hmm. " " Dan juga, gue bakal tumbuk tuh obat biar lo bisa minum obat. " " Hah! "Kenzo menghembuskan napasnya secara kasar. " Badan keker kayak gitu aja takut suntik sama obat! "ejek Fio dan langsung mendapat tatapan tajam dari Kenzo. ... " Kak Bella, kak Siska jangan pulang dulu ya! "teriak seorang anak perempuan berusia sembilan tahun itu pada dua gadis remaja yang sebenarnya akan pulang. " Lhoh kenapa? "tanya Bella yang kini memposisikan tubuhnya untuk berjongkok menyamakan tinggi Nafa. " Nafa gak punya temen, kak Noel sibuk terus. " " Yaudah kalau gitu main sama kak Bella ya. " " Tapi Nafa maunya di rumah aja. " " Yaudah, yuk! "Bella pun menggandeng tangan Nafa lalu ia menatap Siska yang terlihat seperti keberatan. " Siska kalau lo mau pulang, pulang aja gapapa kok soalnya gue mau nemenin Nafa. Gue kasihan sama dia. " " Yahh. "raut wajah Siska kecewa tapi mau gimana lagi ia juga merasa kasihan pada Nafa yang tak punya teman apalagi kedua orang tuanya tengah berada di luar negeri. " Kalau lo mau nunggu, lo tunggu aja di ruang tamu atau ikut gue juga silahkan. Sorry ya Sis. " " Iya gapapa,, tapi lebih baik gue tungguin lo aja di ruang tamu. Gue males pulang soalnya. " " Yaudah, gue tinggal dulu ya. Gapapa kan? " " Hmm, santai aja. " Siska pun memutuskan untuk duduk di ruang tamu saja sambil menonton televisi dan memakan cemilan yang disediakan di sini. Ia menganggap ini seperti rumah sendiri bahkan ia tiduran santai di atas sofa yang terasa empuk itu. " Dua kali, gak sopan! "suara sindiran dari seseorang yang baru saja datang di sini membuat Siska langsung memposisikan tubuhnya duduk. " Kata adek lo aja bilang anggep rumah sendiri, yaudah gue rebahan. " " Gitu aja sewot! "Noel meletakkan beberapa buku di atas meja yang tadi ia bawa kemari. Siska hanya diam dan malas membalas ucapan Noel. Ia lebih memilih menonton tayangan kartun di televisi berlayar lebar itu. " Emm ah ini salah, seharusnya yang ini tapi kok kayaknya bukan deh. Bentar gue itung dulu! "dumel Noel. Noel berbicara sendiri saat mengerjakan tugas sekolah di ruang tamu membuat Siska merasa terganggu dengan dumelan Noel yang tak ada habis-habisnya. " Bisa gak sih lo diem dulu! Ganggu banget deh lo! " " Rumah rumah siapa? " " Lagian lo kalau belajar juga bisa kan di kamar. " " Males. " " Sengaja kan lo ganggu gue. " " Yee pede banget. " " Kenapa lo ngeselin banget sih! "Siska pun melemparkan bantal mini tepat di d**a Noel. " Serah aku dong! "Noel membalas melemparkan bantal pada Siska dan terjadilah pernah lempar-lemparan bantal hingga suara pembantu menghentikan aksi mereka karena takut jika bantal yang dilempar mengenai barang di rumah ini yang barangnya pun berharga fantasis seperti guci yang dibeli langsung dari luar negeri. Noel dengan wajah tak berdosanya melanjutkan belajar dan itupun tetap berbicara dengan suara yang keras. Siska yang merasa risih pun akhirnya berlari menuju kamar Nafa untuk menyusul Nafa dan Bella yang beramin bersama. Melihat itu Noel tertawa puas tapi merasa bersalah bersamaan. Ia juga merasa kasihan ketika Bella memberitahukan jika Siska sedang kesepian. "Lucunya. "Noel tertawa mengingat wajah Siska yang terlihat marah padanya tadi. ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD