Part 4

2607 Words
Judul: Our Story Penname: Niwi Time Link cerita: https://m.dreame.com/novel/8t7C/Hlj1WWf7FYY0guPgw==.html ________________________________ Part 4 "Saya sudah ajarkan bab ini berulang kali, kok nilainya bisa jelek? Padahal ini bukan ulangan, ini tugas dan bisa melihat cara dibuku!"bentak seorang guru kepada ketiga gadis remaja muridnya. "Kalau kalian tidak bisa, tidak paham bisa tanya ke saya! Kalian akan naik ke kelas 11 tapi tetap saja tidak berubah sedari dulu! "seorang guru wanita itu terlihat frustasi melihat ketiga gadis remaja itu yang tengah menundukkan kepalanya. " Saya akan carikan soal untuk kalian kerjakan lagi! Ini semua demi kalian agar kalian bisa! Kamu Siska walau kamu anak dari salah satu donatur sekolah ini tapi bagi saya, kamu sama saja dengan anak yang lain. Tidak ada yang namanya membeda-bedakan murid di sekolah ini! " Iya gadis itu ialah Siska, Bella dan Vita tengah terdiam membisu di hadapan guru kimia sekaligus menjabat sebagai wakil kepala sekolah. Sekarang ketiga gadis remaja itu keluar dari ruang wakil kepala sekolahnya dengan membawa tiga lembar soal kimia. Vita tengah mengumpat mengabsen seluruh nama hewan buas yang terlintas dikepalanya langsung sedangkan Bella nampak tengah mengusap bahu Siska yang sedang menangis. "Gue takut dimarahin papa Bel hiks hiks."Siska menangis tersendu-sendu dan kini ketiga gadis tersebut tengah duduk di gaezebo yang terletak di depan ruang guru. Bella dan Vita saling pandang lalu memeluk Siska yang sedang pupus hatinya. Harapan yang ingin memerkan nilai bagus pelajaran kimia pada orangtuanya gagal total bahkan sangat membuat orangtuanya malu pastinya. "ini gara-gara si cupu itu kalau gak dia siapa lagi? "Vita menyatukan kedua tangannya dan mengepalkan kedua tangannya sangat kuat. " Udah Vita jangan begitu, si cupu itu anak ips bukan anak ipa. Ya pastinya beda lah pelajarannya. "Bella menghela napasnya panjang, ia harus bersikap dewasa di situasi seperti ini. " Benar kata Vita, semua ini gara gara tuh cupu! "sarkas Siska yang langsung beranjak berdiri disusul oleh kedua temannya. " Siksa jang--"ucapan Bella terhenti kala terdengar suara bentakkan dari Siska. "STOP! "teriak Siska frustasi lalu ia berlari meninggalkan tempat itu dan langsung dikejar oleh kedua temannya. ... " Sis pliss jangan lakuin ini! "Bella menatap tak percaya apa yang dilakukan oleh Siska. Ya Siska memanggil tukang kebun di sekolah ini dan ia memberi perintah untuk melepaskan ban sepeda milik seseorang dan ban sepeda itu digantungkan di atas pohon. Tukang kebun itu diberi lembaran uang ratusan ribu dari Siska. Siska mengabaikan perkataan Bella untuk menghentikan aksinya ini, ia sudah terlanjur emosi dan amarahnya sudah meluap hingga ke ujung ubun-ubunnya. "Sis jangan lakukan seperti ini! Lo bakal kena imbasnya, ah gue males kalau gini-gini terus. Kita harus berubah," ujar Bella pada Siska. "Lo kok sekarang gak kayak dulu? Lo dulu suka tuh kalau kita usil kayak gini. "Vita nampak tak suka pada Bella yang menurutnya sifat temannya itu sungguh berbeda dengan yang dulu. Karena kalian itu salah orang, jangan Noel kalah yang lain gapapa-jerit Bella dalam hatinya. Bella pun hanya diam saja dan mengikuti Siska pergi, intinya mereka saat ini membolos di kantin. ... Aku benci ayahmu Devan! "Tulisan itu.... ? Lagi?" gumam Devan saat dirinya baru saja duduk dibangkunya lalu melihat selembar kertas berwarna putih berukuran kecil berada di dalam loker mejanya. Devan mengacak rambutnya frustasi, ia tak tau siapa yang selalu menerornya semenjak dirinya masuk kelas 12. Isi surat itu selalu sama yaitu tentang ayahnya, ada apa hubungan orang yang membuat surat ini dengan ayahnya apalagi sekarang ini ia memiliki hubungan buruk dengan ayahnya dan ayahnya hilang entah kemana. Ia tidak peduli lagi tentang ayahnya. "Ancaman lagi Dev? "seseorang tiba-tiba datang dan duduk di samping Devan. " Eh elo Rur, hmm betul. Ini ancaman ke 15 kalinya, entahlah gue bingung maksud dari ancaman ini bahkan gue berulang kali nyari siapa yang neror gue pun gak nemu-nemu," Gerutu Devan lalu ia meremaskan kertas itu dan dibuang begitu saja. Temannya yang bernama Ruri itu menepuk bahu Devan mencoba memberi kekuatan pada temannya itu. "Gue juga bakal bantu nyari Dev, tenang aja! " " Tapi gue gak bakal tenang kalau gak nemuin peneror ini. " " Namanya juga belum ketemu, ya pastinya bikin gak tenanglah."Ruri terkekeh pelan. Devan menatap sekeliling di dalam kelasnya itu yang nampaknya hanya dirinya dan Ruri saja. "Mana Eros? Tumben gak sama elo? "tanya Devan pada Ruri, Eros juga teman mereka berdua. " Oh itu dia lagi sama gebetan barunya, menurut gue juga gak cantik-cantik amat. "Ruri tertawa mengejek mengingat wajah adik kelas yang menjadi pacar temannya itu sangatlah tak sesuai dengan ekspetasinya. " Jangan gitulah Ruri! Gitu-gitu kan temanmu, ya walau apa katamu benar. "Devan ikut terkekeh pelan. " Oh iya gimana hubunganmu dengan Kenzo? "tanya Ruri penasaran. Hanya Ruri, temannya tau segala hal tentangnya. Ruri tau jika Devan penyuka sesama jenis karena seseorang semenjak smp. Ruri dan Devan memang sudah berteman sedari masa sekolah menengah pertama itu tersebut sedangkan Eros hanya teman saat mereka memasuki SMA ini. Bagi Devan, hanya Ruri saja yang bisa dipercaya menjaga rahasia besarnya itu sedari dulu, teman yang sangat bisa diajak curhat dan saling memberi saran. Ruri selalu mengingatkan dirinya jika menyukai sesama jenis itu tak baik dalam agama mereka. "Please, jangan bahas itu! Gue lagi males dengerinnya. "Devan menggelengkan kepalanya serta wajahnya terlihat kusut. " Lhah gue kan ingin tau kalian gimana? Kalau dilihat dari sekarang, lo kayaknya udah bosan ya sama Kenzo? Baguslah kalau gitu, gue ingin sekali lo suka sama cewek entah itu jelek atau gendut, gue janji gak akan ngejek lo deh! "Ruri menaik turunkan alisnya sambil menunjukkan dua jarinya dikedua tangannya. Hanya Ruri saja yang mengetahui jika dirinya gay bahkan berpacaran dengan Kenzo. " Bukan masalah itu Rur, tapi ini soal perasaan. "Devan nampak menghembuskan napasnya pelan lalu melanjutkan ucapannya. " Sepertinya gue udah nemuin 'Iyo' teman semasa kecil gue, gadis mungil imut dan cantik itu. Kok gue gak bisa nemuin dia ya, pahadal gue udah kembali lagi ke Jakarta setelah beberapa tahun lamanya gue di Medan. "wajah Devan terlihat sedih membuat Ruri merasa iba. " Trus kata lo tadi, katanya lo udah nemuin Iyo, teman lo. Tapi kok bisa? Maksudnya kok lo bisa nebak gitu aja? "tanya Ruri lagi. " Ya gue sih gak tau tebakan gue benar apa salah tapi gue yakin dan perasaan gue gak salah lagi setelah melihat kedua matanya yang indah itu sangat mirip dengan Iyo. " " Kalau benar-benar dia Iyo, apa yang lo lakuin? "tanya Ruri heran. " Gue bakal berubah, gue pengen jadi cowok normal seperti yang lain. " " Gue dukung itu! " ... " Gilaaa! Kenzo kalau udah pakai kostum basket gantengnya menambah ya!"pekik seorang gadis remaja dari lantai 2 tengah melihat ke bawah yaitu lapangan basket sedang diramaikan beberapa anak basket yang sedang latihan karena sebentar lagi di sekolah mereka diadakan lomba basket antar sekolah. "KENZOOOO! ILY!"Teriak beberapa siswi menyoraki seorang lelaki tampan berwajah judes itu tengah menggiring bola berwarna orange itu di lapangan dengan lincahnya. "GUE PENGEN NGELAPIN KERINGETNYA! ASTAGFIRULLAH! "teriak lagi, hampir semua siswi heboh melihat Kenzo tengah berlatih dengan teman-temannya. Namun laki-laki tampan dan sangat terkenal di seluruh seantero sekolah SMA Raya ini sebenernya tak seperti mereka lihat jika lelaki itu tak mungkin menyukai seorang perempuan melainkan ia menyukai laki-laki macho dan tampan. Mereka alias para gadis yang sedang berteriak heboh itu tidak tau apa-apa dan rasanya mereka percuma jika mengharap Kenzo menyukai mereka. "Zo! "teriak temannnya, lalu Kenzo mempassing bola basket itu ke arah temannya itu dan selanjutnya mereka melakukan latihan itu dengan serius dan tak main-main sebab seorang kapten basket yaitu Kenzo, biasanya dijuluki kapten galak atau si raja hutan alias singa jantan. Beberapa menit kemudian akhirnya sang pelatih (bukan guru olahraga) memberikan waktu untuk istirahat sejenak pada para siswa yang berlatih untuk lomba dalam waktu dekat ini walau begitu masih saja ada yang ingin berlatih. Kenzo lebih memilih istirahat untuk menjaga staminanya yang tengah terkuras habis apalagi ia juga menjabat sebagai kapten yang tentunya ia turut andil dalam mengatur strategi dan sebagainya. Kenzo berdiri sambil melihat teman-temannya sedang berlatih sedangkan disisi lain... "Fio!"bentak seorang guru tengah berada di samping seorang gadis yang tengah menangkupkan wajahnya di atas meja alias tidur di kelas. Seluruh murid di sini melihat ke arah bangku Fio apalagi Resha tengah berulang kali mencoba membangunkan temannya itu yang tertidur pulas. "Fio bangun, pliss! "Resha menarik salah satu sisi telinga Fio membuat Fio langsung menegakkan tubuhnya walau kedua matanya masih tertutup. " Ada apa sih? "Fio masih memejamkan matanya dan tak mengetahui jika ada guru berdiri di sebelahnya. " Fio! "sentak guru itu yang tengah emosi lalu tangannya menarik salah satu sisi telinga Fio membuat Fio reflek memukul tangan itu padahal itu tangan gurunya. Serentak semuanya menahan tertawa melihat bagaimana ekspresi guru bhs Inggris yang terkenal killer itu tengah kesakitan akibat kibasan maut dari tangan Fio. "KURANG AJAR KAMU! "teriak guru itu menggema di dalam kelas itu tersebut. Sontak hal itu membuat Fio langsung membukakan kedua matanya lebar-lebar dan seketika ia terkejut melihat gurunya tengah menatap tajam padanya. Guru wanita itu tengah mengeluarkan asap putih di kedua sisi telinga kana kirinya serta tak lupa terdapat tanduk di kepalanya, itulah penggambaran Fio ketika melihat gurubya yang tengah marah itu. "SILAHKAN KELUAR! BERSIHKAN SAMPAH YANG ADA DI SEKITAR LAPANGAN BASKET!!! " Fio mengumpat di dalam hatinya lalu dengan kasarnya ia menggebrak bangkunya membuat semua di sini juga merasa kaget apalagi guru bahasa Inggris itu tersebut kemudia gadia itu keluar dari kelasnya tanpa pamit pada gurunya. " Ah males gue," gumam Fio tapi kakinya tetap melangkah menuju lantai dasar. Kedua matanya menatap sekitar lapangan yang nampak ramai oleh para siswa yang nampaknya tengah berlatih basket di lapangan itu. "Ck! Ketemu anak itu! "desis Fio saat kedua matanya bertemu pandang dengan salah satu siswa yang tengah berlatih itu. " Ah bodo amat ah! "Fio pun tak ada niatan untuk membersihkan sampah di sekitar lapangan basket itu padahal sampah di sini tak ada bahkan sangat bersih. Terlalu fokus mencari tempat aman agar tak mengantuk lagi sampai tak merasa jika sebuah bola besar melayang di udara lalu meluncur tepat di kepalanya, Fio yang masih terasa pusing pun karena bangun tidur tiba-tiba tadi mendapat benturan keras dari bola berwarna orange itu hingga membuat dirinya tak sadarkan diri. Kenzo dari kejauhan sana langsung berlari ketika beberapa murid mengerumuni seorang gadis tengah pingsan karena bola basket dari temannya itu melandas dikepalanya. Wajah Kenzo terlihat panik karena bagaimana pun juga ia yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi saat berlatih. Beberapa murid tengah bersorak-sorak ria ketika lelaki yang terkenal cueknya pada seorang perempuan kini tengah menggendong seorang gadis cantik berkulit putih s**u itu ala bridal style kemudian Kenzo berlari menuju ruang uks disusul para temannya yang tadi tak sengaja membuat gadia itu pingsan. Ruang kesehatan itu terbuka dan menampilkan Devan tengah menatap bingung ketika Kenzo menerobos masuk ke dalam ruang uks, kedua mata Devan melotot ketika seseorang orang yang dikenalinya tengah tak sadarkan diri dan kini tengah dibaringkan di atas brangkar. "Emm Devan, gue gue,"gugup Kenzo ketika ditatap tajam oleh Devan. "Pergi lo! "usir Devan sambil jari telunjuknya menunjuk pintu luar ruang kesehatan itu. Dua teman Kenzo mendekat ke arah Devan lalu berkata," ngapain lo marahin temen kita, dia gak salah tapi kita. Kita gak sengaja karena sedang latihan tapi gadis itu tiba-tiba menyeberang lapangan saat kita latihan. " Hati Kenzo terasa sakit ketika Devan tengah mengobati gadis asing itu, ia pikir Devan marah padanya karena dekat dengan perempuan tapi ia salah melainkan Devan marah karena ia mengira jika dirinya yang menyakiti gadis itu. Kenzo merasa baru kali ini Devan berubah drastis seperti padanya, dulu Devan pernah melarangnya dekat dengan para siswi tapi sekarang justru berbalik. Kenzo memegang dadanya terasa sesak membuat dua teman yang berada di sampingnya heran. "Lo kenapa Zo mandangin mereka? Yuk balik! " " Atau jangan jangan lo suka sama cewek itu ya? "goda temannya. Kenzo langsung sadar dan menatap mereja tajam hingga kedua temannya itu tak lagi mengusiknya atau menggodanya kemudian ia keluar dari ruangan uks itu tapi sebelum keluar ia melirik Devan dan bertepatan itu Devan juga menatapnya tapi hati Kenzo merasa tersayat ketika Devan langsung membuang mukanya dan sibuk mengobati seorang gadis yang tengah tak sadarkan diri di atas brangkar uks itu. "Sialan gara-gara gadis itu hubungan gue dengan Devan renggang!" "Lihat aja, gue bakal bales tuh cewek! " Kenzo pergi dengan perasaan kecewa ketika dirinya diabaikan oleh sang kekasih. Di dalam ruang uks tersebut, Devan sedang meletakkan bantal di bawah kaki gadis itu, posisi kedua kakinya yang lebih tinggi dari jantung. Devan mendekat ke arah gadis itu, kedua matanya menatap name tage yang tertera diseragamnya. "Fiona Nadine R, " gumam Devan ketika membaca nama gadis itu. " Emm nama itu seperti tak asing lagi bagi gue. " kedua tangan Devan terulur ke depan, ia berniat melonggarkan sabuk hitam yang dipakai gadis itu. Kedua mata gadis itu langsung terbuka lebar dan ia memekik kaget melihat seorang laki-laki yang mendekat padanya. " KYAAAA MAU NGAPAIN LO! "teriak Fio panik lalu ia memundurkan tubuhnya hingga punggungnya menempel di dinding. " Eh enggak enggak, gue gak ngapa ngapain kok. "Devan menggelengkan kepalanya ikut panik juga. " terus tadi apa coba? Lo mau buka seragam gue kan? "Fio menatap nyalang laki-laki tersebut. " Enggak mungkin lah, gue--" Belum sempat Devan melanjutkan ucapannya, Fio memotong ucapannya secara cepat. "Oh ya gue lupa kalau lo gay, haha gak mungkin lah lo nafsu ke gue. "Fio terkekeh pelan seraya tangannya memijit pelipisnya karena kepalanya terasa pusing. Deg! Entah mengapa ucapan gadis itu sangat menusuk hingga ke relung hatinya, ia akui benar ucapan itu tapi kenapa dirinya tak terima jika gadis itu mengucapkan kalimat itu padanya. "Lo mau kemana? Ini minum dulu! "Devan langsung menyodorkan botol berisi air mineral pada gadis itu, sebenarnya itu miliknya dan baru ia beli dari kantin. Jam terakhir seperti ini ruang uks sepi, Devan tadi hanya mengembalikan minyak kayu putih milik anak pmr ke ruang uks sebab tadi teman sekelasnya ada yang sakit demam dan kebetulan hari ini ia piket membuatnya langsung saja membersihkan ruang kesehatan itu lebih awal agar nanti pulang sekolah ia bisa segera pulang. "Emm makasih," Ucap Fio pada lelaki itu setelah meneguk air putih yang cukup untuk menyegarkan tenggorokan. "Sama-sama, emm nama lo Fio ya? "Lelaki itu menjulurkan tangannya ke arah Fio membuat Fio menaikkan sebelah alisnya heran. " Hmm. "Fio hanya berdehem dan membalas uluran tangan itu kemudian gadis itu beranjak dari duduknya. " Nama gue Devan. "Devan nampak kecewa ketika gadis itu tak menanyai namanya. Fio melirik sejenak padanya setelahnya ia mengangguk pelan dan berjalan keluar ruangan kesehatan itu yang biasa ia sebutkan tempat tidur. Devan memandang punggung gadia itu kian menjauh, ingin sekali ia bertanya lebih tapi mungkin saja perasaan canggung itu ada namun ia harus mencari tau apakah Fio benar teman semasa kecilnya jika benar itu tandanya Fio adalah jodohnya, bagi ia sendiri. "Gue pengen berubah, " ucap Devan yakin dalam hati. .... " Noel! "teriak Fio ketika keluar dari ruang uks, ia tak sengaja melihat Noel yang wajahnya kini sedang murung. Noel menghentikan langkah kakinya lalu ia memutarkan tubuhnya seratus delapan puluh derajat untuk melihat seseorang memanggilnya. " Napa wajah lo? Jelek, udah jelek tambah jelek aja lo! "Fio berjalan mendekat ke tempat Noel berdiri. Noel menghela napasnya pelan lalu berkata," Kak Fio kok belum pulang? " " Oh itu, gue habis tidur, ngantuk. Hoamm! " " Kak aku bareng pulang ya? " " Lhah napa sepeda lo? "tanya Fio heran. " A anu kak itu, dipinjem temen. "Noel merasa gugup ketika ditatap intens oleh kakaknya seolah mengintrogasinya. " Oh gitu, yaudahlah beneran. Nih kunci motor, lo yang nyupir ya! "Fio melempar kunci itu tepat mengenai d**a Noel yang langsung ditangkap oleh Noel secara cepat. Noel menghela napasnya lega sebab kakaknya itu tipe orang yang tak menanyankan sesuatu secara rinci. Jika kakaknya tau pasti, kakaknya itu akan mengadu ke maminya. ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD